Berenang lagi! |
Kami sengaja datang sekitar pukul 6 pagi (lewat sedikit) supaya bisa pulang lebih awal. Setelah pemanasan seperti biasa --supaya tidak kram di air-- kami masuk ke kolam besar. Awalnya saya mau latihan di kolam kecil saja. Yah, sudah saya bilang di postingan sebelumnya kan, kalau saya tidak lihai berenang? Bisa berenang sebentar, maju sedikit, tapi setelah itu kehabisan nafas. Karena itu, saya mau latihan mandiri di kolam renang kecil yang tidak terlalu dalam itu. Saya pengen berenang bolak-balik kolam seperti orang-orang itu.
Eh tapi, tapi, tapi tiba-tiba ada serombongan anak remaja berseragam sekolah yang latihan berenang di sana. Mungkin praktik pelajaran olahraga. Ih, senang ya. Jadi ngiri deh. Maklum, dulu sekolah tidak pernah praktik renang. :p Tapi cuma iri gitu doang sih, nggak dengki kok ;) Malah senang sekali melihat orang bisa belajar dari ahlinya. Saya juga mau lancar berenang.
Lama bermain di tepian kolam tanpa teman (soalnya Kanda sibuk berenang kesana kemari), saya merasa bosan. Berkali-kali berusaha berenang, saya tetap tidak bisa melakukannya dengan baik. Kaki saya terlalu ke bawah sehingga susah untuk dikelimpungkan, sementara kayuhan tangan kurang luwes (mungkin karena terlalu di tepi kolam, jadi sebelah tangan yang dekat tepian selalu nabrak). Sebentar-sebentar saya berhenti, coba lagi, habis nafas lagi. Capek. Saat istirahat, saya seringkali mengintip bagaimana cara orang-orang melakukannya. Kok bisa sih bolak-balik begitu, huhu. Pengeeen.
Di antara semua pengunjung kolam, ada seorang yang menarik perhatian saya. Ibu-ibu, mungkin berusia 40 tahun. Ia memakai pakaian renang untuk muslimah. Mungkin karena pakaiannya, jadi mudah dibedakan dengan yang lain. Sepengamatan saya, dari awal ia masuk kolam, ia berenang dan hanya istirahat sebentar di ujung kolam lalu berenang lagi dari ujung ke ujung. Begitu terus. Karena melewati saya, saya berusaha memperhatikan gerakan renangnya. Gayanya mirip gerakan Mama' pekan lalu, gaya kodok, tapi iramanya lebih teratur dan tenang. Saya jadi penasaran. Saya sampaikan kepada Kanda supaya mencobanya. Saat Kanda mencoba menirukan gerakan kodok tersebut, berenangnya jadi lebih jauh. Wow! *padahal pekan lalu kami ngetawain gaya renangnya Mama' lho, hhihi
Melihat keberhasilan Kanda, saya pun jadi ingin mencoba juga. Eh tapi karena harus menyelamkan kepala, saya jadi tidak berani. Saya kan takut menyelam. Mana pernah saya menyelam lama-lama. Sesak beb.
Selama ini kalau berenang, saya memang selalu berusaha mengangkat kepala saya (setidaknya sampai sebatas kuping) tetap di atas air. Jadi area dari lubang telinga sampai puncak kepala saya selalu kering. Se~la~lu. Soalnya ngeri sih. Seperti tenggelam. Apalagi kalau telinga kemasukan air, hiey. Kalau sudah begitu saya biasanya langsung berhenti berenang karena panik.
Tapi, heii, berhubung saya baru Senin lalu menulis tentang cara mengukur keterbatasan diri, saat berenang berdua kemarin, Kanda menantang saya untuk melawan ketakutan saya itu. Ini seperti kata pepatah, senjata makan nyonyah! :p
[Baca juga Cara Mengukur Keterbatasan Diri]
Untuk latihan awal, Kanda mengajak saya menahan nafas di dalam air. Saya mulai dengan menundukkan kepala di permukaan air dan membenamkan seluruh wajah di air sampai batas telinga. Bagi sebagian orang mungkin yang saya lakukan konyol, terlalu pengecut. Terserah deh, saya kan tidak lahir untuk membuat orang terkesan. Hehe. Saya coba berkali-kali tapi rasa takut itu belum hilang. Kanda menantang saya lebih jauh lagi, tapi kali ini sambil menawarkan tangannya untuk dipegang saat saya menyelam. Aw, co cwit.. ^^,
Saya pun mencoba menyelamkan kepala lagi sambil memegang erat tangan Kanda. Awalnya takut dan panik karena air menekan telinga, tapi setelah dilakukan berkali-kali jadi agak terbiasa. Lebih jauh, Kanda menantang saya untuk menyentuhkan kaki ke dasar kolam (kedalaman 1,8 meter). Sebenarnya saya enggan. Rasanya mustahil melakukannya. Tapi mengingat apa yang saya tulis sebelumnya, saya jadi malu sendiri. Baiklah, setidaknya coba satu atau dua kali sebelum memutuskan saya tidak bisa, batin saya. Toh ada Kanda yang mengawasi di dekat saya.
Agar tidak terlalu takut karena keberanian sesaat itu hilang, saya segera tarik dan tahan nafas, lalu cepat-cepat menenggelamkan tubuh sambil memegang erat tangga kolam tanpa terlalu banyak berpikir, dan heii, bisa kok. Pada percobaan kedua, saya malah bisa menahan nafas lebih lama. Yey! Hehe, buat orang lain yang tidak pernah mengalami ketakutan seperti saya mungkin merasa ini terlalu berlebihan karena cetek banget, remeh, mudah. Terserah deh. Buat saya ini adalah langkah besar yang membuat saya jauh lebih percaya diri di air, dan saya harus menghargai pencapaian yang saya lakukan. Sip.
Setelah lebih pede, saya mulai memberanikan diri untuk adu tahan nafas dengan Kanda. Lumayan, bisa sampai 21 detik (paling lama). Kalau dulu, 2 detik di dalam air sudah keok. Hihi.
Berbekal percaya diri itu juga, saya mencoba berenang agak ke tengah agar gerakan tangan saya bisa seimbang kiri dan kanan. Saya benamkan wajah ke dalam air sambil mengelimpungkan kaki dan membiarkan badan terangkat oleh air, pasrah. Daan, seperti yang bisa ditebak, saya bisa. Iyey! Yaah, walaupun belum bisa lama (cuma 2 tarikan nafas), tapi tentu saja itu kemajuan yang sangat berarti buat saya. Apalagi jaraknya lebih jauh dari biasanya. Saya sangat senang dan tambah semangat untuk mencoba mencapai lebih jauh --walaupun belum bisa, hehe--. Saya masih sering kehabisan nafas, mungkin karena tiba-tiba panik dan teringat hal-hal negatif. Sesekali saya menyelamkan tubuh lagi sampai ke dasar untuk berlatih menahan nafas, berlatih melawan rasa takut tenggelam. Pokoknya saya sibuk sekali dan pelan-pelan mulai bisa menikmatinya. Rasa-rasanya baru kali ini saya bisa menikmati aktivitas di kolam renang.
Eh, berarti selama ini kurang menikmati main di kolam renang, gitu? Hehe, iya. *jujur
Berhubung kolam semakin ramai dan ruang gerak semakin kecil, dan hari juga semakin siang, Kanda mengajak main perosotan sebentar, berbilas, lalu pulang.
Foto dulu sebelum pulang, hehe |
Saya senang hari ini. ^^