2.01.2016

Tips Mengatasi Mabuk Perjalanan Darat

Mual dan pusing saat berkendara adalah gejala mabuk perjalanan. Sebenarnya ini hal biasa, terlebih jika berada dalam kendaraan umum yang sesak dan kebersihannya kurang terjaga, dikendarai oleh supir yang kurang mahir dan kebanyakan ngerem mendadak, atau melewati rute dengan banyak kelokan dan turunan. Itu sungguh ter~la~lu..


Dulu kecil, saya dan kakak termasuk anak yang tahan naik kendaraan darat jarak jauh. Maksudnya, tidak mudah mabuk perjalanan. Naik mobil biasa (duduk paling belakang yang banyak goncangan), bis antar kota (yang kebanyakan bau, huhu), truk brimob (waktu praktikum saat kuliah), bahkan truk sapi (waktu ikut kegiatan organisasi kampus) pernah saya rasakan. Alhamdulillah, seringnya tidak mabuk. Bukannya tidak pernah mual dan muntah saat perjalanan, ya. Saya juga pernah jekpot sampai lemas dan kurang cairan, cuma jarang. Beda dengan sekarang. Kalau sekarang hampir tiap kali naik kendaraan darat beroda empat, saya merasa mual. Heran..

Seperti saat mengunjungi keponakan di kota Sambas beberapa hari lalu. Pergi maupun pulang, perasaan agak mual melanda saat menaiki mobil travel yang sudah dipesan.

Sebenarnya mudah sih, ya, tinggal minum obat anti mabok beberapa saat sebelum berangkat, selesai. Kita pun bisa terhindar dari mabuk perjalanan karena di sepanjang jalan akan tertidur pulas. Masalahnya, saat ini saya sedang program hamil, jadi sengaja mengurangi interaksi dengan obat-obatan (baik yang sintetis maupun herbal) yang kurang baik untuk ibu hamil, sekadar jaga-jaga. Siapa tahu saja kan. Sebenarnya tidak semua obat saya hindari, hanya obat yang ada peringatan untuk dihindari ibu hamil saja. Kalau yang aman seperti madu dan habatussauda tetap diminum, selama persediaan masih ada.

Baiklah cukup intronya, kepanjangan, hihihi. Berikut ini beberapa cara mengurangi atau mengatasi perasaan mual akibat mabuk perjalanan darat tanpa mengkonsumsi obat keras, ala saya:

- Gunakan motor

Kalau memungkinkan, punya SIM C, dan mampu berkendara jarak jauh dengan motor, silakan gunakan motor. Tapi ini sekadar opsi sih yaa. Harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing orang. Kan tidak mungkin anak kecil dan lansia disuruh bawa motor keluar kota, hehe.

Berdasarkan pengalaman dari beberapa orang yang saya kenal mudah mabuk perjalanan, berkendara dengan motor diakui dapat menurunkan kemungkinan mereka mengalami mabuk perjalanan. Tapi tentu saja opsi ini perlu dipersiapkan dengan baik agar perjalanan tetap aman dan nyaman. Tentang apa saja yang sebaiknya dipersiapkan waktu berkendara jarak jauh dengan sepeda motor, bisa dilihat di sini.

- Pilihlah tempat duduk di deretan depan

Guncangan dalam kendaraan menyebabkan perasaan mual, apalagi kalau memang medan yang ditempuh penuh kelokan dan tidak datar. Semakin banyak guncangan, resiko mengalami mabuk perjalanan semakin tinggi. Tempat duduk di belakang, terutama di sekitar roda ban belakang, merupakan posisi paling rentan mabuk jika stamina kurang baik.

- Lihat ke arah depan

Terlalu lama fokus melihat ke arah samping kiri dan kanan dalam kendaraan yang bergerak cepat dapat menyebabkan rasa mual. Apalagi kalau pemandangan jendelanya berupa pepohonan dan bangunan yang berganti dengan cepat (karena kendaraan bergerak). Tapi kalau pemandangan jendelanya berupa laut yang terhampar luas, tidak apa-apa karena pandangan lapang dapat melegakan ketegangan mata.

- Jangan membaca di dalam kendaraan

Kendaraan yang bergerak menyebabkan guncangan halus yang dapat mengganggu fokus mata. Selain tidak baik untuk kesehatan mata, sama seperti poin sebelumnya, mata yang bergerak cepat dalam jeda waktu lama bisa membuat otot mata lelah, pusing, dan menimbulkan rasa mual.

- Tidak menyandarkan punggung

Ini berat, tapi sejauh pengalaman saya tidak duduk bersandar memang dapat mengurangi perasaan mabuk perjalanan. Kalau mulai capek biasanya saya mengakalinya dengan mengganjal gulungan kain (jaket) di bagian pinggang agar bisa lebih rileks tanpa membuat punggung tersandar dan terguncang.

Paling parah, kalau capek karena tidak bersandar ya paling ketiduran tanpa minum obat.

- Tidur, atau banyak ngobrol sekalian

Keduanya adalah opsi yang bisa dipilih tapi jangan setengah-setengah. Agak aneh sih kedengarannya, tapi berdasarkan pengalaman ini efektif lho. Untuk tidur, jelas ya. Bisa dilihat dari efek obat anti mabuk yang menyebabkan kantuk berat. Tapi berhubung di sini saya menekankan tanpa obat anti mabuk dan sedikit orang yang bisa memaksakan diri untuk tidur, banyak ngobrol menjadi opsi yang bisa dipertimbangkan. Ini pernah saya lakukan.

Ceritanya dulu kuliah, teman sekelas banyak yang sering mengalami mabuk perjalanan. Banyak dari mereka yang trauma sehingga sebisa mungkin memilih duduk di muka. Saya termasuk yang sering duduk di belakang karena tidak tega dengan teman-teman yang sering mabuk. *itu dulu, kalau sekarang belum tentu kuat :p

Pernah suatu ketika, di semester 5 atau 6, kami harus ikut praktikum terpadu beberapa mata kuliah. Karena suatu hal dan lain sebab, kendaraan yang bisa disewa adalah truk brimob yang posisi duduknya berhadap-hadapan. Bagian tengah digunakan untuk menyimpan tas-tas dan peralatan-peralatan praktikum yang digunakan. Tempat duduk di depan samping supir hanya dapat menampung sedikit orang, jadi teman-teman lain yang sering mabuk terpaksa duduk di belakang juga. Termasuk teman saya bernama Mbak Didik (sekarang sudah alm). Mbak Didik mengungkapkan ketidaknyamanannya, jadi saya menghiburnya dengan mengajaknya bicara sepanjang perjalanan dan memancingnya menanggapi apa yang saya ceritakan. Efeknya, alhamdulillah baik. Bahkan teman-teman di dekat kami juga ikut menimbrung ngobrol dan tertawa, maklum tempat duduknya kan gabung ya. Mereka mengaku tidak mual seperti biasanya, padahal tidak minum obat. Mungkin obrolan kami mengalihkan pikiran sehingga lupa dengan mabuk perjalanan yang sering dirasakannya waktu naik kendaraan jarak jauh.

- Hindari bau menyengat

Ini salah satu alasan mengapa kita dilarang membawa durian ke dalam bis antar kota. Bau menyengat bisa merangsang munculnya rasa mual, apalagi kalau kebetulan kita tidak suka baunya. Seperti saya, saya tidak tahan bau pewangi ruangan (biasanya ada di bus antar kota/negara yang ber-AC), bau pesing (kalau terpaksa dapat tempat duduk di dekat toilet bus, hiks), bau asap rokok (tidak hanya di dalam bis sih, ini), bau minyak cengkeh (sebelas-duabelas dengan rokok), bau asam lambung (tahulah maksudnya) dan sebagainya.

Tapi tidak semua bau harus dihindari karena beberapa mungkin bisa menenangkan saraf, seperti bau minyak angin aromaterapi dan minyak kayu putih. Cium sedikit-sedikit dan sebentar-sebentar. Tidak perlu dioles di kulit, kecuali terpaksa. Lebih baik mengoleskannya sebelum naik kendaraan.

- Tutup kaca jendela atau tidak?

Ini tergantung preferensi tiap orang. Misalnya saya lebih suka kaca jendela ditutup (tapi AC tidak terlalu dingin). Kalau mungkin dibuka karena jalanan tidak terlalu berdebu, sih, saya tidak keberatan dibuka asal pengemudi tetap tidak merokok. Tapi jaman sekarang kan jarang jalanan berudara bersih, kecuali sudah masuk perkampungan perdesaan.

Nah, kalau keponakan saya, Isna, lebih suka kaca jendela dibuka lebar agar angin masuk dan menghilangkan bau AC mobil. Jadi balik ke pilihan masing-masing, asal ingat, kalau mau dibuka sebaiknya ingat untuk mematikan AC nya supaya tidak rusak.

- Makan yang cukup

Sejam sebelum berangkat sebaiknya perut sudah diisi. Jangan terlalu cepat tapi juga jangan terlalu mepet dengan waktu keberangkatan agar makanan sudah setengah dicerna dan tidak langsung keluar. Mengisi perut juga sebagai antisipasi seandainya mau-tidak-mau harus muntah di jalan. Ini lebih baik dibanding kalau perut kosong sama sekali.

- Minum dan makan yang hangat

Di tengah perjalanan biasanya kendaraan umum publik akan berhenti satu kali. Ini memberikan kesempatan bagi supir maupun penumpang untuk beristirahat, sholat, makan, buang hajat, atau sekadar merokok. Jika perjalanan masih jauh dan rasanya tubuh perlu makan, makanlah saat ini karena perjalanan biasanya baru setengah jalan. Akibatnya akan buruk kalau sampai kita telat makan. Asam lambung akan naik dan menyebabkan kita muntah.

Pilihlah minuman yang panas dan wangi seperti sari jahe hangat dan teh hangat, serta makanan berkuah hangat seperti sup yang dapat menenangkan pencernaan dan mengurangi rasa mual.

- Minum minuman bersoda

Jika sudah makan tapi masih mual, minum minuman bersoda dapat membantu mengeluarkan gas lambung yang menyebabkan rasa mual. Minum minuman bersoda tidak dianjurkan terlalu banyak tapi tidak terlarang sepenuhnya (kecuali untuk ibu hamil). Saya biasanya hanya minum sebotol saja untuk sekali perjalanan dan itu diminum sedikit-sedikit. Jangan lupa gunakan sedotan agar tidak tumpah oleh goncangan dalam kendaraan.

Catatan penting: minuman bersoda bukan opsi untuk ibu hamil ya, karena bisa menyebabkan tulang keropos pada janin. 

- Mengemut permen

Mengemut permen bisa mengurangi rasa mual. Pilih permen sesuai selera. Saya biasanya memilih permen dengan rasa asam atau manis, yang penting baunya tidak membuat mual. Permen jahe juga oke.

- Gunakan masker mata

Jika mengalami kesulitan tidur dalam mobil, menggunakan masker mata (atau kain yang ditutupkan ke mata) dapat membantu tidur lebih cepat. Yang penting pastikan barang-barang penting tersimpan dengan aman selama kita tertidur.

- Terakhir, jika terpaksa, keluarkan saja, jangan ditahan

Kadang-kadang muntah merupakan cara yang paling efektif mengurangi beban mual mabuk perjalanan. Supaya plong. Ini adalah opsi terakhir jika memang sudah tidak tertahankan. Jika sudah keluar, segeralah tidur. Bersihkan diri dan jauhkan kantong jekpot dari penciuman agar rasa mual tidak kembali atau menular kepada penumpang lain.

Emm, apa lagi ya. Sepertinya cukup. Begitulah beberapa cara ala saya dalam mengatasi mabuk perjalanan darat. Teman-teman punya cara lain? Tinggalkan di kolom komentar yaa..