11.05.2020

"Aku Tahu Siapa Yang Perlu Ini.."

Beberapa waktu lalu, mata saya ditakdirkan untuk membaca postingan nasihat di instagram berikut. Sengaja saya screenshot. Terutama karena pengen nyentil beberapa orang yang rasanya perlu disentil..



Jadi ceritanya, saya masih merasa geram dengan beberapa orang yang lisannya senang menghasut dan menggangu ketentraman hati. Rasanya pengen saya kirimkan ss ini ke orang-orang tsb buat ngingatin. Sayangnya (atau "untungnya"(?)) Saya terlalu pengecut untuk berkonfrontasi langsung seperti itu. Terutama karena dulu pernah mencoba, eh, yang disentil gagal menangkap maksudnya (atau pura-pura kurang cerdas, saya juga kurang paham), kan jadi kesal sendiri, wkwk. Sementara itu, mau dijadikan status WA, ah nanti malah orang lain yang tak kena-mengena urusan yang tersinggung. Apalagi bisa dipastikan, orang-orang yang dituju malah sudah tidak pernah melihat status WA saya belakangan ini. Kalau FB sih memang sudah jarang buka. Ya mungkin karena "berteman" dengan orang-orang tersebut, jadi males. Jadilah foto-foto ss ini hanya tersimpan di memori hp..

***

Takdir. Beberapa hari lalu, saya menonton salah satu video Mufti Menk. Judulnya, I Know Someone Who Need This. Rasanya tersentak karena dapat pemahaman itu. Ilmu yang sebenarnya sudah lama "diketahui", tapi karena baru relevan dengan hidup, jadi baru meninggalkan pemahaman yang berkesan.


Begitulah. Kadang kita pikir ada orang lain yang perlu sebuah nasihat atau teguran atau sindiran, lalu melupakan bahwa sebenarnya kitalah yang memerlukannya. Ya, mungkin orang lain juga memerlukan ini, termasuk orang-orang yang terlintas di benak kita sebelumnya, tapi yang pasti, Allah mengirimkan sentilan tersebut spesial untuk kita. Mungkin supaya kita ingat untuk tidak menjadi seperti orang yang sifatnya tidak kita sukai, naudzubillah. Kadang kan gitu ya. Kita tidak suka sikapnya si A, tapi tanpa sadar kita malah bertingkah seperti itu juga. Naudzubillah..

Memang berat dan sulit untuk tidak terbawa perasaan, apalagi kalau sampai sempat depresi dan trauma karena sikap dan lisan orang-orang toxic. Tapi biarlah, insyaAllah saya akan belajar pelan-pelan. Seperti kata suami, biarkan orang lain berkata dan berasumsi semaunya tentang kita. Yang penting kita jangan seperti itu..

Mengenai masalah sharing/berbagi, harus selalu meluruskan niat. Berbagi bukan untuk semata-mata mengingatkan apalagi menyentil orang lain, melainkan untuk diri sendiri dulu. Berbagi adalah tentang memberikan semampunya. Kalaupun misal yang menerima tersentuh, alhamdulillah, mudah-mudahan jadi amal, aamin.. 

Saatnya fokus untuk perbaikan diri sendiri. Kalau masih disakiti, minta tolong sama Allah saja. :)