6.12.2013

Tentang Perokok...

Saya punya banyak teman yang merokok. Demikian pula saudara-saudara sepupu saya. Bahkan abang ipar saya pun perokok aktif. Bapak saya juga dulu seorang perokok berat, untungnya sekarang sudah berhenti, meskipun masih suka ikut-ikutan kalau ada kumpul-kumpul keluarga sampai larut malam.

Seperti yang pernah saya katakan sebelumnya, saya menghormati para perokok --apapun kaitan mereka dengan saya, kenal ataupun tidak kenal-- selama mereka menghormati hak saya untuk mendapatkan hak menghirup udara bersih untuk bernafas. Untungnya, mayoritas saudara-saudara saya yang perokok paham akan hal tersebut sehingga hubungan kami terasa tetap manis walaupun pandangan kami terhadap tembakau berbeda seratus delapan puluh derajat. Saya rasa inilah yang dinamakan toleransi. Saya tidak memaksakan mereka untuk berhenti merokok karena keputusan itu adalah hak mereka, dan sebaliknya, mereka menghargai hak saya dengan tidak merokok di hadapan saya. Impas.

Yah walaupun... Jujur ya... saya selalu berharap orang-orang terdekat saya berhenti merokok, tapi sekali lagi, itu adalah hak prerogatif masing-masing orang. Tidak ada paksaan sama sekali bagi mereka untuk berhenti sebagaimana mereka pun tidak boleh memaksakan saya untuk menghirup udara kotor yang mereka hasilkan. :)

Di rumah, saudara-saudara atau teman-teman perokok yang bertandang ke rumah menghargai kami sebagai tuan rumah dengan tidak merokok di dalam rumah. Alhamdulillah, aturan di rumah cukup jelas. Jika ingin merokok, silakan ke luar. Bisa ke teras atau ke halaman, pokoknya asap tersebut tidak sampai terhirup oleh kami. Aturan ini juga berlaku untuk Bapak saya jika keinginan merokoknya kumat. Jika tidak, saya akan mengomel sejadi-jadinya sampai Bapak kabur ke tempat merokok yang seharusnya. :p

Saya juga pernah kenal dengan perokok berat yang rela tidak merokok dan ganti mengemut permen selama beberapa waktu hanya untuk menghargai orang yang tidak merokok di sekitarnya. Untuk tipe seperti yang satu ini, saya salut sekali.
#applaus

Sayangnya, banyak pula perokok di luar sana yang tidak terpikir dengan hak orang lain. Para perokok berkelakuan egois ini adalah perokok yang dengan seenaknya merokok di ruang publik, terlebih jika di ruang publik itu jelas-jelas ada anak kecil atau ibu hamil, dan parahnya jika ini dilakukan di ruangan ber-AC. Sungguh, SUNGGUH, saya sangat benci dengan tipe perokok seperti ini!

Yang paling menyebalkannya jika perokok dengan kelakuan oo* seperti itu, ngoyo ketika ditegur dengan baik-baik. Maksud saya, ayolaaah.... Sudah sempat oo*, janganlah sombong lagi...

Huaaah! #geram

Terus terang, tulisan ini terinspirasi setelah terlalu sering diperlakukan semena-mena oleh para perokok berkelakuan oo*.

Beberapa tahun lalu saat masih kuliah, saya dan Kakak saya pernah hampir diserang secara fisik oleh laki-laki tak dikenal gara-gara perilaku merokoknya. Sudah salah, malah marah. Benar-benar tuh orang memalukan, beraninya cuma sama cewek.  -__-  Sayang waktu itu nggak bawa ekstra rok, klo bawa saya pinjamin deh. :p

Sering juga, ketemu perokok pria di ruang publik yang tidak kenal sopan santun. Ini tipe yang saat kita menutup hidung karena sesak asap, ni orang bukannya berhenti, malah makin sengaja menghembuskan asapnya ke arah kita. Nah, jelas, tipikal pria seperti ini tidak gentleman (kalau mereka tau artinya gentleman), tidak sopan, pengecut, memuakkan, dan menjijikkan. Ya, bayangin aja, nggak kenal kok niup-niup ke arah kita... #Kalau kenal, mana berani begitu. Kecuali kalau minta tabok. Ya kan?!

Pernah juga saya naik kendaraan umum ber-AC yang ada penumpang balita dan ibu hamilnya, dan pak supir yang harusnya jadi panutan malah merokok seenaknya di dalam bus luar kota tersebut. Asli... Itu asapnya sangat-sangat mengganggu dan membuat tidak nyaman! Untungnya ketika ditegur mengenai hal tersebut, si supir masih punya malu. #Soalnya banyak juga kan supir perokok yang arogan... --> pengalaman pribadi yang berulang...

Dan hari ini... Kembali saya dipertemukan Allah dengan makhluk perokok kelakuan minus parah: yang merokok seenaknya di ruang publik ber-AC dimana jelas ada anak-anak dan ibu hamil di dekatnya, yang marah ketika ditegur secara baik-baik dan malah petantang petenteng kembali menyalakan api rokoknya keliling ruangan cuma untuk menunjukkan kesombongannya yang jelas lebih tinggi daripada level kecerdasannya. Lucunya ditambah gaya ber"lagak" menantang orang yang melapor kepada petugas. Kebanyakan asap rokok di otak kali ya? Beneran iniii, konyol dan menyebalkan sekaliii... Tapi saya haqqul yakin, orang seperti ini akan dapat ganjaran setimpal atas kezaliman dan kesombongannya. Lagipula sudah saya doakan tadi, seusai sholat... Insya Allah terkabul, saya yakin!
#Doa orang teraniaya

Dan demikianlah uneg-uneg saya tentang perokok kategori "tak cerdas" yang pernah saya temukan. Beneran, saya capek dengan kelakuan tidak menghargai seperti itu...

Saya hanya ingin mengingatkan untuk para perokok aktif, bahwa saya dan orang lain yang tidak merokok di sekitar para perokok aktif --yang sering diistilahkan sebagai perokok pasif--, sangat menghargai jika perokok aktif juga menghargai hak kami. Jelasnya, jika tidak ingin tersinggung karena ditegur atas kelakuan merokok yang ceroboh maka janganlah ceroboh dalam merokok.

Jangan tunjukkan bukti nyata kepada kami bahwa merokok ternyata dapat menumpulkan empati sosial, menipiskan kesantunan, dan menyebabkan kebodohan akut, karena setahu saya merokok hanya dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin...
#habis liat iklan rokok di tivi.. :p

Akhir kata, semoga ada perokok aktif yang membaca tulisan ini dan semakin sadar untuk menghargai orang lain... Jika berkenan, tolong sebarkan..

Sekian. Terima kasih :)