Hari ini harusnya tidak spesial, kecuali hari ini adalah sepekan kepergian si telinga kuncup, Berry, untuk selamanya. Saya rindu, merasa bersalah, sedih, tapi saya sudah merelakannya, menerima ketiadaannya. Menuliskan banyak hal manis tentangnya membuat saya merasa lebih baik --walaupun tentu saja dalam pikiran saya, saya akan merasa lebih menyenangkan kalau Berry masih hidup dan sehat, bermain dengan riang di dalam kardus kecilnya.
Berry si telinga kuncup lagi main di kardus. Waktu itu luka bakar di hidung kecilnya --akibat mengendus lampu pijar-- baru terkelupas. |
Tapi, hei, siapa yang tahu, itu kan hanya harapan saya belaka. Manusia berharap, tapi Tuhan lebih tahu yang terbaik. Itu kepastian. Berry pasti sudah senang di sana. Dan memikirkan itu, saya senang untuknya. Sama juga untuk si sayap kecil Tama. Terlebih-lebih lagi untuk ananda Weissar tercinta. Semua memiliki porsinya, dan waktu mereka di dunia memang hanya sekian-sekian. Tidak ada yang hidup selamanya, tak satupun.
Saya tahu, semua orang, termasuk saya sendiri kalau pikirannya sedang benar, akan segera menetralisir kesedihan, bahwa "yang berasal dari Allah pasti akan kembali kepada-Nya", kita tak punya apa-apa di dunia ini, semua titipan, tidak ada yang abadi. Semuanya benar, tidak ada yang saya tentang. Yang penting, manfaatkan sebaik mungkin, seize it, carpe diem. Cuma kadang-kadang begitulah, manusia tempatnya khilaf, sering lupa. Ah mungkin bukan lupa sih, tapi merasa sulit menerima kebenaran. Hati kita kadang perlu waktu lebih lama dari otak untuk menerima sesuatu yang mengaduk-aduk perasaan, seperti saat kehilangan sesuatu yang kita sukai. Manusiawi. Yang penting tetap belajar terus dan terus untuk memaknai kehidupan. Carpe diem.
Teman-teman ada yang baru mengalami kehilangan juga? Semoga kehilangan yang banyak akan diganti dengan yang lebih banyak dan baik, semoga tetap kuat dan terus kuat. Semangat ya! :)