Banyak kok bungsu mandiri. Terutama jika itu adalah anak bungsu dengan gender sama dengan saudara/i nya yang lebih tua, yang lahir di keluarga biasa, yang usiany tertaut tidak terlalu jauh dari saudara/i nya. Tipe bungsu seperti ini bisa jadi justru cepat dewasa, meski sulit dapat pengakuan terkait mandiri, karena sekali lagi, steriotipe bahwa bungsu pasti manja.
Padahal, tidak masuk di akal saya.
Bagaimana mungkin menjadi bagian dari pengalaman kedua lebih diingat dan berkesan daripada pengalaman pertama?
Bagaimana mungkin yang memakai barang bekas dianggap lebih manja dan makan uang daripada yang memakai barang baru?
Bagaimana mungkin menangis dianggap lebih cengeng daripada saudaranya ketika seusianya?
Bahkan seringkali si bungsu bisa merasa begitu tidak spesial karena ingatan orang tua bercampur antara kelakuannya dengan kelakuan saudara yang segender denganĺnya. Jika si bungsu ini pendiam, maka rugi besarlah dia, karena yang akan diingat --terutama tentang kejadian-kejadian lucu dan mengesankan-- akan lebih banyak ditempelkan kepada saudaranya, meskipun jika itu keliru. Alhasil, cerita dan kenangan si bungsu akan memudar dan hilang. Apalagi jika orang tuanya senang mengulang-ulang dan tidak senang mencatat.
Semakin menyedihkan ketika orang tua masih merasa belum lengkap tanpa anak dengan gender berbeda. Maka si bungsu ini mungkin akan dapat adik. Iapun akan digelari bungsu tak jadi. Begitulah si bungsu berevolusi menjadi si anak tengah.