9.02.2020

Mengubah Mindset dan Belajar Menerima

Seharusnya saya memosting ini semalam, tapi karena ngantuk berat, saya tidur lebih awal daripada biasanya. Hehe..

Jadi, ceritanya, kemarin sepertinya tema belajar saya adalah tentang syukur (lagi!). Mulai dari instagram sampai youtube, saya terpapar dengan sentilan tentang pentingnya bersyukur. Padahal yang sengaja saya buka rasanya (pada awalnya) tidak nyambung dengan hal ini. Tapi ujungnya bermuara di topik tersebut.

Contoh, niatnya ngepoin story instagram suami, eh, jadi tak sengaja melihat story-nya salah satu model katalog hijab alila yang saya ikuti. Di story tersebut, ia menyentil soal mengubah mindset. Dan tentu saja salah satu trik mengubah mindset terbaik adalah dengan bersyukur. Mulai dari mengubah pertanyaan yang biasanya "Apa yang sudah berhasil kita raih?"menjadi "Apa yang Allah bantu wujudkan untuk kita?". Dengan mengubah kalimat tersebut, kita berupaya mengubah mindset bahwa apa yang kita miliki/rasakan/peroleh saat ini adalah atas izin dari Allah. 

Kita memang wajib berusaha semaksimal mungkin, tapi masalah tercapai atau tidaknya tujuan dari usaha tersebut adalah atas izin dan kebaikan Allah. Kebaikan Allah bisa jadi dalam bentuk ilmu dan pemahaman yang baik, fisik dan raga yang sehat sehingga memungkinkan berusaha optimal, pertemuan dengan orang-orang yang mendorong untuk berkembang, fasilitas yang mendukung, support system yang baik, dsb, sehingga rencana yang telah dibuat berjalan lancar. Dengan mindset seperti ini, insyaAllah seseorang tidak akan besar kepala dan sombong menepuk dada seraya mengatakan "Semua kesuksesan dan pencapaian ini adalah karena kerja keras saya". Naudzubillah..

Contoh lain adalah waktu saya buka youtube. Salah satu yang saya buka adalah tentang kartun mitologi yunani di channel Ted Ed. Ini muncul di rekomendasi youtube, biasalah kalau pas sering nonton Ted Ed pasti akan muncul dari Ted Ed lagi. Karena penasaran, nontonlah sampai habis. Ceritanya aneh, maklum mitos, tapi di ujung video, saya terkesan dengan kata-kata naratornya. Langsung saya tulis di kertas..


Bahkan jika kesusahan dalam kehidupan kita sehari-hari mungkin berulang-ulang dan terlihat konyol, kita masih dapat memberinya arti dan nilai, dengan menerimanya sebagai milik kita (dengan kata lain, bersyukur).

Saya begitu terkesan, mungkin karena belakangan ini merasa seperti itu. Saya sering merasa tidak berguna selama menjalankan tirah baring. Setiap hari berulang-ulang melakukan aktivitas terbatas yang serupa dan membosankan, tidak bisa jalan-jalan dan juga membuat orang yang saya sayangi tidak nyaman berjalan-jalan karena harus menjaga saya, tidak bisa membantu pekerjaan malah banyak minta bantu, bahkan sering membuat khawatir. Tapi membaca ini, saya diingatkan kembali dengan nasihat (yang sempat terlupa) dari Mama dan Suami tercinta. Mungkin rasanya kurang nyaman karena tidak bisa beraktivitas seperti biasa, tapi di balik kesulitan itu, sebenarnya banyak yang bisa didapat. Saya menanggung amanah besar. Dengan tirah baring, saya jadi sempat istirahat, membaca, belajar, berpikir, berdoa, berfokus pada hal-hal penting, berkomunikasi dengan si kecil, dan menikmati tendangan kecilnya di perut. MasyaAllah. 

Seperti dalam Qur'an surah 94, ayat 5 dan 6, Allah menjanjikan, "Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan". Alhamdulillah. Harus belajar bersyukur lebih banyak..