6.25.2016

Pahit Manis TA '05 di Pulau Kabung

Acara Tafakur Alam (TA) sebelas tahun lalu cukup berkesan buat saya. Ada cerita manisnya, ada juga yang agak sepet, pahit, masam. Tapi apapun itu, saya senang bisa mengingatnya, mengingat orang-orangnya, dan pelan-pelan mengambil hikmahnya. Memori bukan hanya untuk dikenang kan, tapi juga diambil pelajaran.

[Baca cerita awalnya di sini]

Tafakur Alam 2005 Pulau Kabung


Sehari sebelum acara Tafakur Alam, para peserta di-briefing untuk mempersiapkan segala sesuatu, termasuk bendera dan yel-yel kelompok. Karena rumah orang tua saya paling dekat dengan kampus, teman-teman berkumpul di sana. Pulang kuliah, kami sibuk berembug di ruang tamu. Bendera kelompok kami buat dari kain perca kuning gading polos yang sisi-sisinya dibakar supaya benang-benangnya tidak berhamburan. Kami terlalu malas menjahitnya. Di salah satu sisi bendera dipasang tali supaya bisa diikat di tongkat. Gambar yang kami pilih untuk mewakili kelompok kami adalah semut. Iya, semut. Soalnya semut suka bergotong royong untuk mencapai tujuan yang sama. So sweet kan, hihi. Yang kebagian tugas menggambar di bendera kami adalah Tiwi sedangkan yang menulis nama kelompok adalah Asih. Lima orang lainnya (termasuk saya) berusaha ikut andil dengan membubuhkan tanda tangan di bagian-bagian bendera yang masih kosong.

Setelah sebelas tahun..
Benderanya lecek dan kumal, tinta tanda tangan sudah luntur kena hujan.

Untuk yel-yel, kami memikirkannya bersama-sama. Kami kan kelompok semut, hehe. Tapi saya ingat yang menuliskannya di atas kertas adalah Asih. Setelah disepakati, yel-yel dihafalkan dan dilatih bersama agar kompak, pakai pose segala. Pokoknya semangat deh. Persiapan kelompok lain belum tentu sematang kami. Dan memang benar lho. Ketika acara esok harinya, yel-yel kami yang seru mendapat predikat sangat manis. Itu adalah predikat terbaik diantara urutan berikut: sangat manis - manis - tawar - masam - sangat masam. Eh tapi itu sepertinya panitianya belum sadar kalau sebagian nada yel-yel kami terinspirasi dari lagu Raja Singa-nya Zamrud! Hahaha. Aslinya tidak sengaja sih. Beneran! Tidak tahu siapa yang memulai menggunakan nada lagu tersebut, tahu-tahu yel-yel nya jadi seperti itu. Kami sendiri tidak sadar, pokoknya enak saja didengar, gitu.  XD *padahal itu acara rohis lhooo, rohis...  Di akhir acara (2 hari berikutnya) sepertinya panitianya sudah sadar dengan kealpaan kami, jadi kami dikasih predikat sangat masam. *masam-masam hepi :p

Di malam pertama kami di sana, seluruh peserta disuruh mendengar ceramah dari salah satu panitia. Saya gagal fokus karena ngantuk, teman-teman lain sepertinya juga begitu. Apalagi pas menyeberang ke Pulau Kabung, kami disambut ombak besar. Menahan takut kan juga makan tenaga, ya. Kami jadi sibuk sendiri. Saya sendiri sibuk memperhatikan bulan purnama, yang entah mengapa, malam itu terlihat lebih besar dan lebih romantis daripada biasanya (eea). Saya juga ngobrol dengan teman di sebelah saya. Ya daripada tidur kan. Suara deburan ombak menjelma bagai lagu nina bobo penghantar tidur. Mana gelap lagi. Waktu itu listrik di Pulau Kabong hanya menyala di siang hari (kurang tahu kalau sekarang). Jadilah kantuk meraja lela. Tak disangka, setelah ceramah selesai, semua peserta disuruh membuat resume ceramah yang baru diperdengarkan. Nah lho. Saya ingat mengarang (sangat) bebas untuk itu, hehe

Di hari kedua, kalau tidak salah kami hiking ke bukit dan jalan-jalan ke sisi lain pulau. Banyak pelajaran yang saya ambil, terutama tentang kepemimpinan dan kekompakan. Sayangnya zaman itu saya tidak punya hape berkamera, jadi tidak ada dokumentasi. Padahal pemandangan dari atas bukit bagus. Tak apa, semoga nanti bisa kembali ke sana.

Di malam kedua (sekaligus terakhir), ada semacam jurit malam. Peserta lelaki berjalan sendirian sedangkan peserta perempuan berjalan berdua. Saya berpasangan dengan Ce'i malam itu. Menurut saya jurit malam TA sangat berkesan karena selain seru juga bermanfaat.  Lewat kegiatan lewat tengah malam itu, panitia memberikan gambaran kematian kepada peserta, jadi semacam simulasi kejadian setelah mati. Ngeri, tapi penting. Semua yang bernyawa kan pasti mati. Kalau ingat mati, tidak nakal lagi..

[Baca cerita tentang Jurit Malam TA '05 di sini]

Di hari terakhir, usai sarapan dan urusan lain, kegiatannya adalah outbond di pinggir pantai yang panas. Setelah outbond adalah acara bebas. Itu berarti bermain air, yey! Teman-teman yang jago berenang mainnya jauh sampai ke bagan, tapi yang tidak jago atau tidak bisa berenang cukup lihat dari jauh saja demi keselamatan. Saya sendiri bahagia sekali bisa melihat terumbu karang yang cantik-cantik. Pesisir Pulau Kabung yang dekat dengan permukiman warga tempat kami menginap memang banyak terumbu karangnya. Sayangnya karena kekhilafan peserta maupun panitia, ekosistem terumbu karang jadi terganggu. Untung teman-teman yang peduli lingkungan dan warga sekitar mengingatkan bahwa muslim harus menjaga alam ciptaan Allah. Ini menjadi pelajaran berharga untuk kami semua.

Usai berbenah dan penutupan acara, kapal-kapal klotok membawa kami menyeberangi lautan, kembali ke Pulau Kalimantan. Ombak tidak sedahsayat waktu kami berangkat, walaupun tetap saja mengerikan. Sampai di Pelabuhan Teluk Suak, kami dapat kabar buruk. Beberapa supir bus rupanya tidak sabar menunggu kami menyeberang. Kami memang terlambat dari jadwal karena satu dan lain hal (kalau tidak salah kapal tidak bisa merapat, jadi harus menunggu air pasang). Yah, bukan salah pak supir sih, dan bukan salah kami juga. Mungkin memang jalannya seperti itu. Dan gara-gara itu, kami jadi punya beberapa kenangan lagi untuk dikenang. Seperti harus berjalan berjam-jam untuk sampai ke masjid terdekat dan kejadian hilangnya Johny..

[Baca cerita tentang Hilangnya Johny di sini]