6.25.2016

Pencarian Masjid Terdekat dan Hilangnya Johny

Setelah menerima kenyataan bahwa kami ditinggalkan bis di Teluk Suak, kami semua berjalan kaki ke arah Pontianak sambil membawa seluruh barang pribadi maupun kelompok. Bukan pulang ke Pontianak dengan berjalan kaki, ya, melainkan dalam misi mencari masjid terdekat. Soalnya permukiman di sekitar pelabuhan didominasi oleh etnis china non-muslim, jadi mustahil menumpang sholat.



Waktu itu saya berjalan dengan Tri dan Reny. Di tengah jalan, sendal jepit Reny putus sehingga ia hanya beralas kaos kaki. Kaos kakinya lama-kelamaan tipis dimakan aspal. Jadi saya dan Tri berjalan sangat pelan untuk mengimbangi Reny. Teman-teman yang lain sudah jauh meninggalkan kami. Untungnya tak jauh di depan kami ada seorang dosen muda (jurusan lain) yang menemani mahasiswanya (angkatan setahun di bawah kami) yang punya kelainan di kaki. Jadi bisa dibilang, kami berlima jadi satu rombongan. Lucu, soalnya kami sempat berhenti beberapa kali karena kehujanan. Di rumah seorang nenek tua, kami ditawari kue cucur dan minum air putih. Neneknya baik sekali. Kami juga sempat singgah sebentar di depan rumah warga yang sedang mengadakan resepsi pernikahan. Itu seperti mimpi, bawa ransel dan berpakaian lusuh di depan kondangan. Aneh sekali. Singkat kata, perjalanan kami penuh cerita. Kami berlima baru sampai masjid terdekat setelah 4-5 jam perjalanan. Untung belum masuk waktu maghrib.

Saat di masjid lah saya mendengar kabar kalau ada peserta yang hilang. Itu berita heboh. Apalagi yang hilang itu adalah teman kami, Johny. Menurut beberapa teman, ada yang mengaku melihat dia berjalan terus melewati masjid yang kami tuju itu tapi mereka tidak bisa mengejarnya. Memang anak itu kalau jalan cepat sekali. Saya pernah satu kali jalan beriringan dengannya, dan rasanya tidak sanggup mengimbangi kecepatan jalannya yang sama dengan kecepatan saya berlari. Tak disangka, kebiasaannya berjalan cepat justru membuatnya berada dalam masalah. Malam itu Johny positif hilang.

Setelah panitia mencari bus pengganti, kami bisa pulang. Itu sekitar pukul 7. Bus sengaja dipelankan agar kami bisa ikut mencari, berharap setidaknya melihatnya beristirahat di pinggir jalan karena kelelahan. Sayangnya tidak ketemu juga. Besok paginya baru dapat kabar kalau Johny menumpang truk untuk pulang. Pas ketemu langsung di kampus, ia langsung saya cecar dengan pertanyaan, gemes. Dia sih menjawab dengan santai sambil tertawa. Ah, si Johny, tidak tahu dia kalau teman-temannya sampai tidak tidur gara-gara kelakuannya. :p