Itu biasanya.. Tapi hari ini beda.
Hari ini, hari Senin.
-_- teruus? #monolog
Ya, terus... Umumnya hari Senin itu kan identik dengan hari penuh perjuangan menghadapi euforia libur yang membuat badan terkadang sulit diajak bersemangat jika otak tidak kuat diracuni oleh motivasi, kan?
Tapi hari ini, beda.
Hari ini tidak ada perkuliahan, tidak ada macet karena orang-orang yang sibuk berpacu menuju tempat kerja, tidak terdengar bunyi klakson yang riuh. Angkot tetap ada tapi tidak terlalu ramai, orang-orang di kampus juga tidak terlalu ramai. Hanya para petugas keamanan saja yang sepertinya tetap bertugas. #Semoga bapak-bapak itu selalu sehat :)
Kenapa?
Seperti yang teman-teman tahu, karena hari ini adalah Senin 24 Desember, hari terjepit sebelum natalan umat nasrani dan sudah ditetapkan sebagai hari libur nasional oleh pemerintah, jadi otomatis libur.. :D panjaaang...
Bayangkan, dari Jumat-Ahad, ditambah Senin dan Selasa.. Saya kurang tahu secara resmi libur sampai tanggal berapa. Tapi dari hari-hari tersebut saja, berarti libur 5 hari. Long weekend!! :D Dan orang-orang kebanyakan cenderung akan meluangkan waktu untuk berlibur bersama keluarga atau teman ke tempat-tempat rekreasi. Umumnya ke tempat yang lebih jauh dari biasanya agar lebih terasa liburan. Dan tentu saja pilihannya bukan di kampus... :)
Udara di kampus terasa jauh lebih segar, mungkin karena hujan semalam. Langit cerah, tak tampak mendung menggantung seperti kemarin yang hujan seharian dari pagi sampai malam. Gunung Salak yang biasanya bersembunyi di balik kabut tebal pun hari ini terlihat jelas. Tetap gagah, tetap misterius.
Dunia serasa milik berdua, euy... *Yang lain kontrak! Hayo yang ngontrak, bayar! :D hehe #OtakKapitalis
Nah, ada satu yang cukup membuat saya berkesan saat joging tadi.
Di beberapa area yang kami lewati, sampah-sampah menggunung dengan sukses. Sangat tidak nyaman dipandang, mengganggu estetika lingkungan, dan yang pasti, baunya... Wowow...
Saya dan Kanda pun berbincang, dan akhirnya kami menarik kesimpulan.
Ternyata benar kata Paulo Coelho di buku The Alchemist:
"Setiap orang di dunia ini, apa pun pekerjaannya, memainkan peran penting dalam sejarah dunia. Dan biasanya orang itu sendiri tidak menyadarinya."
Kalau boleh saya tambahkan sedikit:
"Setiap orang di dunia ini, apa pun pekerjaannya, memainkan peran penting dalam sejarah dunia. Dan biasanya orang itu sendiri maupun orang yang biasa berinteraksi dengannya tidak menyadarinya."
Seperti biasa, kita baru menyadari ketika sesuatu yang kita miliki tidak hadir, hilang, atau tidak berfungsi seperti biasa, bukan?
Seperti para pemulung yang biasanya siap sedia memilah-milih sampah, atau para pekerja dengan kendaraan truk yang beraroma khas: bau sampah..
Sering sekali orang yang berprofesi "kotor" seperti mereka dicibir dan dianggap rendah. Padahal mereka lebih baik dari peminta-minta berdasi, karena tetap berusaha menjaga harga dirinya dari mengemis. Pendidikan tinggi tidak menjamin kemuliaan seseorang, meskipun ilmu selalu berbanding lurus dengan kenaikkan derajat. Di sini saya singgung dengan pendidikan karena orang yang berpendidikan tinggi belum tentu dapat mengaplikasikan ilmu padi yang dipelajari dari sekolah dasar, makin berisi makin merunduk.
Bahkan kita yang mencibir pun bisa jadi tidak lebih baik dari mereka. Hanya Allah yang tahu..
Karena hari ini, terbuka lebih lebarlah mata saya bahwa bahkan seorang tukang sampah -pekerjaan yang sering digunakan orang sombong untuk merendahkan- pun memiliki peranan penting dalam masyarakat.
Yaah, mungkin menurut teman yang nilai akademisnya tingkat yahud, penarikan kesimpulan kami ini tidak komprehensif dan terlalu terburu-buru (apasiih Net..), tapi boleh dong kami berpendapat. Sekedar kesimpulan pendapat dari perbincangan ringan suami-istri tadi pagi. :)
Semoga dapat ditarik pelajaran yang berguna bagi kami, kamu, dan kita semua! :D
Mari mainkan peran kehidupan kita dengan penuh kesadaran, agar hasilnya lebih optimal. SEMANGAAAT!! >D