2.17.2016

Libur Panjang di Rumah Sakit

Sekitar dua pekan lalu, tepatnya tanggal 4 Februari sore menjelang petang, Mama' saya terpaksa dirawat inap di salah satu rumah sakit di kota kami.



Beberapa waktu lalu kondisi kesehatan Mama' memang kurang baik. Sekitar 2 pekan sebelumnya beliau sempat jatuh terduduk di depan dapur karena terpeleset lantai licin. Tapi karena kesibukan, rencana terapi tidak sempat dilakukan, keburu ke Pemangkat untuk menghadiri acara pernikahan anak sepupu Mama', lanjut beberapa hari mengurus sertifikat hak milik atas sepetak tanah, yang sudah bertahun-tahun diurus tapi diperlambat oleh aparat desa, dijual ulang oleh anak pemilik tanah terdahulu, dan ditanami tanpa izin oleh orang tak dikenal. Sungguh perjuangan luar biasa atas sebuah hak.

Waktu di Sambas, Mama' memang sempat terlihat berjalan tertatih, tapi pas saya tanya jawabnya "tidak kok, tidak apa-apa". Kami balik ke Pontianak di hari Ahad tanggal 1. Besoknya, Mama' tidak fit. Pulang dari kantor lebih awal dari biasanya karena merasa tidak enak badan dan tidak nafsu makan, tapi masih main laptop.

Di tanggal 3, hari Rabu, Mama' tidak bisa ke kantor. Panas tubuhnya naik, demam. Dibawa ke salah satu klinik ternama di kota kami, didiagnosa masuk angin a.k.a maag. Oleh dokter diresepkan obat maag dan antibiotik. Besoknya, nafsu makan masih tidak baik, dibujuk baru mau makan. Itupun sedikit. Kamis sore sekitar pukul 3 dan 4, Mama' menggigil dan demam. Bapak segera membawa Mama' ke klinik dekat rumah yang melayani BPJS. Tak lupa membawa obat yang diresepkan dokter sebelumnya. Oleh dokter klinik, Mama' dirujuk ke rumah sakit terdekat tapi karena hujan lebat, dibawa dengan mobil ambulance. Saya sendiri baru tahu kabar Mama' dibawa ke rumah sakit sekitar pukul setengah 5 sore. Setelah bersiap, sekitar pukul 5 sore, saya diantar Isna dengan motor matic-nya. Sementara Kakak masih harus mengajar les dan lepas maghrib baru bisa ke rumah sakit bersama Bang Pari.

Di ruang UGD rumah sakit, Mama' diperiksa urine, darah, dan kondisi jantung. Rekam jantung menunjukkan normal, alhamdulillah, namun hasil uji lab menunjukkan adanya sel darah putih di urin yang mengindikasi infeksi saluran kemih (disingkat ISK). Oleh dokter UGD diresepkan antibiotik dan diinfus. Kondisi Mama' membaik di UGD, tidak demam lagi, cuma maag nya kambuh. Setelah ada tenaga dari makan roti yang dibeli Bapak, beliau sudah tertawa walaupun lemah. Sempat ikutan selfie. :)

Kami menunggu ruangan inap sampai sekitar pukul 7 malam, jadi berada di ruang UGD sekitar 2 jam. BPJS Mama' sebenarnya untuk ruang rawat inap kelas 1, tapi karena penuh dialihkan sementara ke ruang kelas 2 sampai ada ruang kelas 1 yang kosong. Letaknya di lantai 2, khusus penyakit dalam.

Masuk ke ruang rawat inap, pembagian ruang kurang proporsional, tidak cukup untuk menjenguk. Tapi karena sementara, mau tidak mau terima saja. Untuk malam itu, saya dan Isna yang tidur di rumah sakit untuk menemani Mama'. Di malam pertama tersebut, suhu tubuh Mama' sempat naik lagi. Beliau juga mengeluhkan sakit ulu hati (pertanda maag, kemungkinan karena efek antibiotik). Dengan nafsu makan yang rendah dan tubuh yang lemah, acara makan perlu diawali dengan bujuk rayu terlebih dahulu. Sedih. Jadi ingat waktu saya kecil kalau susah makan, pastilah Mama' khawatir, melebihi apa yang saya rasakan. Saya sampai tidak bisa tidur semalaman, menghibur diri dengan bermain TTS dan bercanda dengan Isna.

Jumat, sekitar pukul 4 dini hari, infus Mama' lepas. Darah merembes. Saya langsung lari ke meja jaga perawat (karena tidak tersedia bel perawat di ruang kelas 2), eh, perawatnya tidak ada. Diketok, tidak ada yang keluar. Sempat mutar-mutar disorientasi, mungkin akibat kurang tidur plus panik dan belum hapal jalan. Tidak tahu harus kemana, saya turun ke lantai 1 ruang UGD yang tadi sore. Di sana saya disuruh balik lagi dan ketok-ketok meja perawat jaga yang mungkin tertidur. Dengan agak sensi, balik naik lagi ke lantai 2 dan ketok-ketok gaduh meja perawat sebanyak kurang lebih 8 kali, baru lah seorang abang perawat keluar, dengan rambut berantakan karena bangun tidur. Setelah dicek perawat, infus dicabut, dipasang kembali di tangan satunya (kanan) sekitar pukul 10 pagi.

Beberapa kali dalam sehari, pasien diperiksa tekanan darah dan suhu tubuhnya. Tekanan darah Mama' tergolong normal, alhamdulillah. Hanya panas tubuh tidak stabil. Pukul 5 sore akhirnya Mama' bisa pindah ke ruang rawat inap kelas 1 yang baru tersedia, alhamdulillah. Ruangannya lebih kecil daripada ruang sebelumnya, tapi yang pasti lebih privat karena tidak berbagi dengan pasien lain. Selain tempat tidur dan meja-lemari serta kamar kecil, di kelas 1 dilengkapi AC, televisi, dan kulkas kecil. Ada juga sofa yang bisa diubah menjadi tempat tidur, jadi saya dan Isna tidak perlu tidur di lantai beralaskan tikar seperti malam sebelumnya.

Sabtu, Mama' disuntik obat di infus sekitar pukul 12 dini hari. Efeknya, sakit kepala dan perasaan ngambang. Masih sempat menggigil. Pengaruh obat dan demam membuat Mama' sering mengigau. Di malam ketiga ini Kakak dan Bang Pari ikut tidur di rumah sakit. Kami nonton Running Man dari memory eksternal yang dibawa dari rumah. Lumayan sebagai hiburan.

Ahad, kondisi Mama' hampir sama dengan hari sebelumnya. Suhu tubuh tidak stabil dan sakit ulu hati. Di hari ini lebih banyak yang datang menjenguk dibandingkan hari sebelumnya. Mungkin karena libur. Kami sekeluarga memang sengaja tidak memberi tahu orang banyak karena ingin Mama' lebih banyak istirahat di rumah sakit. Mengingat dulu tahun 2008-an Mama' pernah masuk rumah sakit dan yang menjenguk ramaaai sekali. Bukannya apa-apa sih, kami malah senang kalau dikunjungi, artinya diperhatikan, didoakan, dihibur. Masalahnya Mama' itu tipe yang kalau ngumpul suka lupa sakit. Asal datang tamu, wajahnya berseri seperti tidak sakit, tahan berhenti makan karena tidak enak tamu tidak makan, segera bangun dan duduk walaupun mata sebenarnya mengantuk, malah minta maaf tidak bisa mengantar keluar waktu temannya pulang. Sayangnya begitu tamu pulang dan ruangan kembali sepi, malah sakit lagi, mungkin karena energi terkuras waktu meladeni tamu yang menjenguk atau telat makan karena keasyikan ngobrol. Karena pengalaman itu, kami sengaja tidak memberi tahu teman-temannya supaya Mama' bisa istirahat. Eh, tapi, bahkan dengan sengaja diam saja, tetap ramai, lho.. Orang-orang yang datang menjenguk adalah yang kebetulan menelpon beliau atau mendengar berantai dari orang lain. Terima kasih atas perhatiannya, semua.. :)

Malam Senin saya dan Isna tidak tidur di rumah sakit, gantian dengan Kakak dan Bang Pari. Hari Senin harusnya cek dengan USG, tapi apa mau dikata, libur imlek. Jadi tanpa disadari, kami libur panjang di Rumah Sakit. Tunggu sampai Selasa, belum bisa juga. Katanya ngantri. Oh ya. Hari Senin infus terpaksa dilepas karena pembuluh darah mengembang. Perawat bilang ini biasa terjadi pada pasien usia 50 tahun ke atas seperti Mama'. Malam Selasa, saya dan Isna lagi yang menemankan Mama' di RS, menggantikan Kakak dan Bang Pari. Sementara itu Bapak kebagian jaga rumah tiap malam, tapi tiap pagi beliau selalu datang membawakan sarapan quaker oatmeal untuk Mama'. So sweet..

Infus kembali dipasang di tangan satunya (kiri) pada Selasa pagi menjelang siang. Di hari Selasa itu, kondisi Mama tiba-tiba sangat tidak fit. Panas badannya memang naik turun seperti biasa, tapi yang biasanya hanya mual, ini sampai muntah 3 kali. Wajahnya pucat, tubuhnya lemah. Waktu gantian jaga sama Kakak (malam Rabu), rasanya saya tidak mau pulang karena khawatir. Tapi berhubung saya sendiri tidak fit karena sangat kurang tidur, jadi tetap pulang. Waktu chat dengan Kakak via WA malam itu, kondisi Mama' belum banyak berubah. Rabu pagi saya baru tahu dari Kakak bahwa rupanya larutan infus tidak mengalir, diperkirakan sejak tusuk infus baru. Padahal di larutan infus itu diberikan obat lambung sebagai penawar obat suntik anti-nyeri dan anti-biotik yang keras di lambung. Pantas saja Mama' sampai muntah begitu. Kasihan Mama'.

Hari Rabu kondisi Mama' sudah membaik daripada hari Selasa tapi belum stabil karena suhu tubuh masih naik turun. Tekanan darah malah naik, padahal sebelumnya normal-cenderung-rendah. Infus masih dipasang, tapi tetap tidak mengalir. Sakit saya melihatnya. Di hari yang sama, akhirnya penantian cek USG berakhir. Mama' bisa di-USG sekitar pukul 10 siang. Sekitar pukul 12 siang, dokter berkunjung untuk memeriksa kondisi pasien-pasiennya, tapi belum melihat hasil USG, jadi belum ada kepastian. Pukul 3 sore Mama' dipersilakan pulang karena, menurut dokter, berdasarkan USG tidak ada masalah, alhamdulillah. Disuruh cek lagi hari Senin tanggal 15 dan diresepkan obat antibiotik. Selang infus dilepas sekitar jam 4 sore. Cuma kami sekeluarga heran karena tekanan darah Mama' yang tiba-tiba naik sementara suhu tubuhnya masih naik-turun. Sebelum pulang malah sempat demam dan menggigil. Jadi bertanya-tanya, apakah memang benar-benar ISK atau ada penyakit lain? Untuk memastikan, darah Mama' dicek di laboratorium, memakan waktu kurang lebih 1 jam. Saya, Kakak, Isna dan Abang sempat makan di luar. Kebetulan bertepatan dengan Isna ulang tahun, tanggal 10. Jadi hitung-hitung, nyaris sepekan kami di Rumah Sakit. Pulang ke RS, Bapak bilang hasil lab menunjukkan Mama' tidak malaria, alhamdulillah. Kami pulang sekitar pukul 9 malam. Oh ya, Ibuk (mertua saya) yang baru pulang dari Padang, datang menjenguk sebelum kami pulang.

Esoknya, karena masih merasa bingung akan sakit Mama', Mama' (dan Bapak) periksa medis di salah satu rumah sakit swasta di kota kami untuk mencari second opinion. Menurut dokter di sana, dari uji menyeluruh dan cukup lengkap, Mama' memang sakit ISK. Habis sekitar 800 ribuan sih, tapi jadi lebih lega. Kondisi Mama' sekarang, alhamdulillah sudah jauh lebih baik. Sudah bisa ngomel, tandanya sehat. Hihihi. Hari ini obat antibiotik Mama' habis. Sudah tidak demam lagi. Malah kemarin sempat ke kantor barang sebentar, terus diomelin teman-teman dekatnya, disuruh istirahat. Hihihi.

Untuk semua perhatian dan doanya, terima kasih yaa, semuanya. Semoga orang-orang tercinta kita sehat selalu. Buat teman pembaca yang sedang sakit, semoga segera sembuh yaa..