10.05.2015

Diam Tak Selalu Emas

Hari ini saya nonton channel televisi negeri sakura. Sejak pulang dari Bogor, channel ini memang menjadi salah satu channel favorit saya. Selain karena ketertarikan saya terhadap budaya dan lanskap Jepang, daya juga bisa sekalian latihan bahasa Inggris. Lumayan kan. Sayangnya acaranya sering berulang, jadi tidak bisa ditonton seharian. Bisa bosan. :p




Nah, hari ini ada cerita tentang bencana alam tsunami Jepang yang terjadi di pertengahan Maret 2011. Lokasi yang disorot adalah Bandara Sendai yang terletak di utara Jepang, tepatnya di Prefektur Miyagi. Beberapa orang diwawancara. Salah satu yang cukup berkesan bagi saya adalah wawancara dengan seorang pria muda yang pada saat tsunami tersebut masih berusia remaja, sekitar SMA. Kalau tidak salah, ia berasal dari Hokaido. Pesawatnya baru saja tiba di kota yang menjadi tujuannya menimba ilmu perguruan tinggi itu, namun tak lama kemudian tsunami terjadi. Ia dan ribuan orang lain, termasuk penumpang dan staf bandara dan maskapai penerbangan, terjebak di dalam bandara.

Ia muda, sendirian, dan kebingungan. Ia tidak dapat menelfon rumah untuk menanyakan kabar keluarganya di Hokaido. Ia tidak kenal dengan siapapun. Dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia hanya diam dalam kegelisahan.

Dalam kebingungan itu, ia disapa oleh seorang wanita Korea Selatan yang berkunjung ke negerinya. Wanita itu sama dengannya. Tidak mengenal siapapun dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi wanita itu menyapanya dengan hangat dan berbicara dengannya. Saat itu, pria muda itu berkata, ia merasa lebih tenang meskipun tetap diliputi kekhawatiran. Ia kemudian menularkan perasaan itu kepada orang lain yang berada di sekitarnya dengan menyapa dan mengajak mereka ngobrol. "Saya tidak merasa sendirian karena berbicara dengan mereka. Terima kasih kepada orang-orang yang saat itu berada di dekat saya", katanya.

Wawancara tersebut membuat saya berpikir, sepertinya begitulah fitrah manusia. Sependiam apapun seseorang, ia tetap membutuhkan teman bicara. Diam tak selalu emas. Berbicara 2 arah bisa membuat seseorang merasa diperhatikan dan dapat melepaskan ketegangan. Menurunkan tingkat stress, membuat usia sel lebih panjang. Mungkin itu yang dimaksud silaturahmi memperpanjang usia. Selama yang dibicarakan adalah hal-hal yang baik dan bertujuan baik, maka lakukanlah sebanyak mungkin. Kecuali jika ucapan yang kita katakan bisa membuat keadaan panik atau membuat orang lain putus asa.

Entahlah. Mungkin seperti itu.