7.22.2015

Dua Tamu Istimewa Tak Diduga

Di idul fitri tahun ini, saya dan keluarga sudah berencana akan keluar kota untuk bersilaturahmi ke rumah sanak famili sekaligus berlibur bersama keluarga. Rencananya, pada hari ketiga ke mempawah bersama keluarga suami, mengunjungi rumah adik ipar lalu ke pantai di singkawang. Nginap di mempawah untuk esoknya, hari keempat dijemput keluarga saya yang akan ke Sambas. Rencana yang sempurna.

Sayang sekali, rencana itu terpaksa dibatalkan karena masalah teknis. Kecewa, jelas, tapi ya sudah. Dalam batin saya menghibur diri, pasti ada hikmahnya. Untuk mengobati kekecewaan, kami isi dengan jalan ke rumah-rumah keluarga suami yang belum sempat disinggahi kemarinnya.

Petang hari, saya dihubungi sobat lama yang sering saya ceritakan di sini, Desmy. Sudah sekitar 2 tahun kami tak bersua. Terakhir kami bertemu, dulu di rumah saya, waktu saya hamil 7 bulan. Ia yang sedang melanjutkan studi di spesialis kandungan, melatih kemampuannya menganalisis keadaan bumil seperti saya. Ada tips ampuh tentang keluhan kehamilan, yang alhamdulillah ampuh buat saya.

Nah, waktu menghubungi itu, ternyata ia sudah di Pontianak dan ingin berlebaran ke rumah. Langsung saya iyakan. Kangen sekali. Lepas isya, ia datang bersama suaminya, Yusuf. Mereka menikah Februari lalu, namun saya berhalangan hadir karena masih di Bogor. Oh ya. Yusuf ini teman sekelas saya waktu kelas 3 SMP dulu, dan kami satu sekolah waktu SMA. Tidak dekat, tapi kenal lah. Tak ada yang menyangka, ternyata keduanya berjodoh, padahal dulu SMA mereka tak pernah sekelas apalagi dekat. Benar-benar ya, jodoh itu rahasia Allah.. ^^ Happy for them. Seru kami bertukar cerita. Apalagi saya super duper kangen dengan teman sebangku saya itu. Sayangnya mereka tidak singgah lama. Pas keluarga sepupu saya datang, mereka pulang. Huhuhu. Mudah-mudahan kami bisa berjumpa lagi.

Esoknya, rencana ke Sambas kembali urung oleh kendala teknis yang sama. Tapi karena sudah merasa kecewa sehari sebelumnya, jadi tidak terlalu dibawa perasaan. Saya membatin, pasti ada hikmah dari penundaan yang berturut-turut itu, walaupun saya tidak tahu apa. Seharian, kami serumah tidak ada yang jalan-jalan. Hitung-hitung mempersiapkan stamina untuk berangkat esok harinya. Yang bikin kesal, listrik di rumah 2 kali padam. Lama pula durasinya, seharian. Biasalah, kerjaan perusahaan negara yang tekor tiap tahun. Saya maklum, hanya saja cucian saya yang tidak bisa maklum dengan listrik. Sudah terlanjur basah kuyup di dalam mesin cuci. Ish.. Pas sore, listrik baru menyala lagi. Sambil mencuci, saya nyambi menonton. Hari hujan, percuma juga menjemur di luar.

Lepas isya, pintu diketok orang. Kanda yang membukakan pintu, mengatakan bahwa ada teman lama saya datang. Tila. Ah, masak sih. Batin saya setengah tak percaya. Saya segera keluar. Benar! Alhamdulillah, rasanya tak percaya ia masih ingat dengan rumah saya, karena biasanya saya lah yang ke rumahnya.

Tila tak sendiri. Sekarang ia sudah ada gandengan, bang Lubi, dan buntut, Faiza. Faiza sudah besar, kalau tidak salah sekitar 5 tahun. Saya dan Tila terakhir ketemu waktu aqiqahnya Faiza, itu berarti sekitar 5 tahun lalu. Lama kami sempat kehilangan kontak. Syukurlah lebaran ini kami bertemu lagi. Walaupun sebentar dan dalam kondisi gelap gulita karena listrik tiba-tiba kembali padam untuk ketiga kalinya dalam sehari, saya bahagia bisa bertemu lagi dengan sahabat-sahabat baik yang sudah lama saya rindukan. Saya bahagia mereka tidak melupakan saya. Alhamdulillah..

Ternyata itu salah satu hikmah dari penundaan keberangkatan kami. Sekarang kedua sahabat saya itu sudah kembali ke kota rantau dan entah kapan kami bisa bertemu lagi. Kami pun tak sempat berfoto bersama. Tapi yang pasti saya ingin tetap mengingat ini, mengingat kebahagiaan memeluk sahabat tercinta yang sudah lama tak bersua. Momen idul fitri memang indah ya, teman..