Mungkin sekitar pukul 6 pagi kami melanjutkan perjalanan. Semakin ke atas jalan tangga berubah menjadi jalan tanah, batu dan akar pohon. Sepanjang perjalanan kami bertemu banyak rombongan pendaki lain. Hal ini cukup membuat saya bertanya-tanya, apakah kondisi pendakian seperti itu normal. Menurut info dari teman-teman, katanya jalur pendakian yang lain, Jalur Cibodas, sedang ditutup karena ada rehabilitasi jalur sedangkan Jalur Selabintana bukan merupakan jalur favorit pendaki karena lintasannya jauh lebih panjang, terjal, dan banyak pacet. Hal itulah yang menyebabkan Jalur Gunung Putri lebih ramai dari biasanya. Demikian penjelasan dari teman kami, penjelasan yang cukup memuaskan..
Sepanjang perjalanan, rombongan kami yang awalnya ramai sekali, sekitar tiga puluhan orang, mulai terpisah menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil sesuai kecepatan berjalan. Kelompok kecil kami berjalan cukup perlahan karena ada saya. Saya tidak terlalu kuat berjalan cepat seperti teman-teman yang sudah biasa mendaki gunung, padahal sudah latihan persiapan lho. Tidak terbayang jika tidak latihan persiapan sebelumnya.. :p
Naik-naik ke puncak gunung.. :D |
Sempat tertidur di jalan.. (Dok. J. P. Pawa] |
Tapi alhamdulillah... Perjuangan "tiga puluh menit" yang dikalikan entah berapa kali itu akhirnya terbayar juga. Sekitar pukul setengah satu siang akhirnya kami sampai di Surken. Ya Allah... Senang sekali rasanya bisa meluruskan kaki di tanah yang datar. Hampir semua kelompok kecil sudah sampai di Surken (tapi masih ada yang belum). Teman-teman yang sampai duluan mendirikan dome. Jadi kami yang baru sampai makan dan duduk di sekitar dome yang sudah dibangun. Istirahat. Kanda yang merasa senang bisa sampai di Surken segera berjalan-jalan mengambil gambar bunga edelweiss. Saya sendiri merasa kelelahan sekali, jadi duduk-duduk saja. Sinar matahari cerah dan menyilaukan mata, mungkin karena lokasi Surken yang tinggi, kurang lebih 2.750 mdpl. Walaupun demikian, suhu udara yang rendah dan angin dingin yang berhembus berhasil membuat saya kedinginan daripada kepanasan karena teriknya sinar matahari. Saya yang lengkap menggunakan sepatu gunung, jaket tebal, jilbab plus topi kupluk, menggigil; padahal teman-teman lain terlihat biasa saja meski mereka hanya menggunakan baju kaos, celana kutung, tanpa jaket dan kebanyakan tidak menggunakan topi. Apa yang salah dengan saya?
Awalnya saya berpikir, mungkin karena saya mengalami kelelahan yang sangat. Tapi harusnya yang lain juga seperti saya doong... Kemudian saya mengira-ngira, mungkin karena dari kecil saya lahir dan besar di kota khatulistiwa jadi tubuh saya lebih toleran panas daripada dingin, jadi begitu berada di tempat yang dingin seperti di Surken tubuh saya tidak tahan. Tapi kenapa Kanda tidak kedinginan, hayo? Sekali lagi berpikir, mungkin karena fisiologis tubuh saya yang sedang bermasalah. Saya sedang terlambat bulan, mungkin hormon mengganggu fisiologis normal.
Untuk saat itu saya harus puas dengan jawaban yang terakhir. Dan ternyata memang benar. Fisiologis tubuh saya memang berbeda dengan semua yang ada di sana, karena belakangan saya dan suami baru sadar bahwa saya sedang hamil muda waktu itu, sekitar 2 atau 3 pekan. :)
Okey, kembali ke cerita naik gunungnya. Tadi sampai mana ya? Hehehe..
[Bersambung ke Part 3]
Baca juga [Part 1] dan [Part 4]