6.08.2013

Mama

Mama saya tuh, subhanallah... Hari ini saya semakin sadar bahwa Mama tuh rasanya nggak pernah yang namanya perhitungan dengan yang namanya uang, barang, atau makanan. Bahkan ketika tidak atau belum dibalas oleh orang yang diberi, Mama masih saja membagi rejekinya tanpa berpikir akan mendapat balasan dari orang yang diberinya. Mama hanya bilang, "selama niat baik dan ikhlas kita harus tetap berbagi. Biar Allah yang balas". Pamrih, tapi pamrih yang sangat positif.

Memang, dari kecil, saya dan Kakak dididik untuk tidak terlalu menyayangi barang-barang fisik. Kalau ada barang pecah, patah atau rusak di tangan kami (biasa kan waktu kecil gitu yah? piring yang paling sering), kami udah sampai nangis bombay takut dimarah atau kesal sendiri karenanya. Tapi Mama malah mengajarkan kami untuk berkata "innalillahi wa inna illahi rojiun". Apa yang diberikan Allah akan kembali kepada Allah. Bahwa piring pecah atau barang rusak atau patah itu sudah ditakdirkan Allah, bahwa itu sudah bukan rejeki lagi, bahwa itu sudah waktunya habis pakai. Seingat saya dan Kakak, rasanya Mama tidak pernah marah hanya karena benda fisik. Memang Mama tuh jagonya ngomel, dulu hampir tiap hari saya dan Kakak diomeli Mama. Tapi ya... itu.. Untuk hal-hal seperti tatakrama kepada orang  dan guru, mengenai sopan santun dan moral, terkait pendidikan (misalnya tentang sekolah), karena kenakalan kami (biasalah... anak kecil), tentang tidak boleh perhitungan saat membantu saudara, tidak boleh mencontek, harus akur dan saling sayang dengan saudara, dan lain sebagainya. Mama selalu mengingatkan bahwa yang ingin Mama wariskan untuk kami adalah kesholehan dan ilmu, bukan harta. Bukan berarti Mama sudah sholeh atau sudah berilmu tinggi, tapi Mama tidak ingin anak-anaknya terjerumus pada cinta harta tanpa ilmu dan kesholehan. Begitu katanya...

Kadang saya berpikir, Mama itu terlalu baik. Sebagai contoh saja, tetangga yang sudah kami tahu sering menggunjingkan keluarga kami namun berpura-pura baik di depan kami --kami tahu karena diberitahu orang yang diajaknya bergunjing tentang kami-- masih saja mau dibaginya makanan atau buah dari halaman rumah. Katanya untuk si cucu saja. Biarlah keluarga nenek dan neneknya begitu tapi cucunya kan tidak bersalah.
#Ampuuun deh Mama. Kalau saya pribadi mah, aduh, boro-boro deh... Itu seisi rumah saja begitu tabiatnya, masih saja berharap si cucu orang tersebut tidak ikut-ikutan...

Tapi begitulah Mama.

Sering saya jadi sedih sendiri karena sebagai anak bahkan tidak mampu membalas secuil pun kebaikan Mama. Saya pernah berkata ingin menjadi seperti Mama, tapi Mama bilang jangan seperti Mama karena banyak kurangnya. Ambil baiknya, buang buruknya, katanya.

Saya mengiyakan, meskipun tak yakin bisa melakukan lebih baik dari Mama...

Mama, semoga kebaikan dan ketulusan Mama dibalas berjuta kali lipat lebih baik oleh Allah SWT. Aamiin ya Rabbal alamin...