4.03.2017

Perfeksionis Kumat (+random tips)

Setelah sekian bulan berkutat dengan perasaan malas ngeblog, akhirnya pada suatu hari di pertengahan maret, saya mendapat pencerahan. Tak disadari, ternyata oh ternyata, perfeksionis saya kumat.

[Untuk menganalisa penyebab sikap penundaan, silakan cek di sini]


Sebelum ini, sebenarnya saya sudah lama tahu kalau saya seorang perfeksionis. Hanya saja saya baru sadar kalau itu ternyata mempengaruhi perilaku sikap suka menunda yang selama ini sering dilakukan. Sifat perfeksionis mendorong untuk terus menerus berpikir (overthinking) dan akhirnya menunda-nunda (procrastinating). Mungkin itu juga yang membuat saya mudah lelah.

Dari dulu saya memang selalu berusaha untuk mencapai apa yang menurut standar saya baik. Misalnya, dalam belajar. Waktu sekolah dulu, saya baru bisa fokus belajar jika suasana belajar kondusif, seperti perlengkapan tulis lengkap, mood baik, penerangan baik, gurunya oke, baju enak dipakai, meja belajar rapi, dsb. Kalau tidak begini, saya sulit untuk memulai. Kalaupun terpaksa mengerjakan (biasanya sudah di akhir waktu), hasilnya terasa kurang optimal.

Tanpa disadari, ini berlanjut terus sampai sekarang. Termasuk dalam hal blogging.

Dalam blogging, saya menargetkan 1 postingan per hari. Dulu itu tidak masalah karena saya melakukannya murni untuk menuliskan memori apa yang saya miliki agar suatu saat bisa diingat lagi. Tapi semua berubah setelah negara api menyerang --eh, hhihi. Bergabung dengan komunitas blogging cukup mempengaruhi saya. Banyak sisi positif yang saya peroleh dari bergabung di komunitas, tapi tentu saja ada sisi negatifnya --yang membuat saya merasa tidak nyaman dan tidak aman berbagi di komunitas.

Rasa tidak nyaman dan tidak aman membebani saya dalam menulis. Seringkali, untuk menghasilkan 1 postingan saya harus menghabiskan lebih dari 1 hari --karena lama mikir dan terus menerus mengedit tulisan yang akan diterbitkan. Itupun kadang malah tidak selesai dan harus berakhir di draft. Kalau diterbitkan, saya seringkali merasa wajib mengatur waktu terbit sesuai waktu awal menulis, supaya tetap rapi. Berhubung karena target saya adalah 1 hari 1 postingan, kebiasaan mengatur waktu tayang ini membebani pikiran untuk mengisi di tanggal yang kosong. Stres meningkat. Apalagi kalau ketemu kesalahan kalimat, kesalahan ketik (typo) atau sekadar kurang tanda baca, saya akan sibuk mengedit ulang. Sungguh melelahkan. Belum lagi kalau mengingat sampai tahun ini saya belum banyak menghasilkan uang (monetasi) dari kegiatan blogging jika dibandingkan dengan blogger lain, ditambah beban follower sosmed yang katanya minimal sekian-sekian. Duh, setresuuu, kalau kata Gary Runningman mah..

Perasaan terbebani membuat malas dan kehilangan motivasi. Akibatnya, saya terus menunda dan menunda dan hampir saja berhenti di jalan. Ini di luar kesadaran, saya tidak tahu apa penyebabnya. Untungnya beberapa waktu lalu ditakdirkan menemukan kiriman di pinterest (yang saya tautkan di awal tulisan ini), saya jadi sadar harus menangani sifat perfeksionis itu. Tidak mudah karena berkaitan dengan mindset menahun, tapi patut untuk dicoba.

Beberapa hal yang sedang saya coba sekarang adalah:
- meninjau kembali visi dan misi ngeblog
- memaksakan diri untuk menulis walaupun kondisi kurang kondusif
- menetapkan target dan berusaha memenuhinya walaupun tidak sempurna
- belajar menerima typo dan berbagai kekurangan
- tidak memaksakan diri menerima penawaran kerja sama dan membuang rasa bersalah karena hal tersebut
- berusaha tidak berhenti mengetik walaupun ide meloncat kesana kemari
- berusaha menikmati kegiatan ini

**Selain itu kayaknya saya juga harus sering membaca ulang catatan pengingat diri yang dulu pernah saya tulis, deh

Untuk sementara, hal-hal ini kelihatannya berhasil. Teman-teman ada kah yang pernah mengalami hal seperti ini? Kalau pernah dan berhasil mengatasinya, bagi pengalamannya di kolom komentar dong.

Oke deh, sekian dulu untuk hari ini. Sampai nanti, teman. Bye!