11.24.2023

"Kamu Jahat"

Baru-baru ini, saya dikatain jahat. Hmm.. Udah biasa disalahpahami, sih. Jadi ndak ngaruh!

Eh eh, tapi kalau ndak ngaruh kenapa sampai bikin postingan blog segala? Haha. Emm.. Iya juga sih ya. Ada ngaruh, dikit, yaitu bikin gatal pengen ngomong sesuatu. Tapi kan percuma ngomong ke orang yang udah punya prasangka buruk tentang kita. Jadi daripada panjang lebar mendebat dan membela diri ke orang yang kadung melabeli saya sebagai orang jahat, mending saya ngisi blog saya ajedah. Hehe

Ngomongin tentang "jahat", mungkin saya emang jahat meskipun sedikitpun tak berniat. 

Saya tipe orang yang tidak mudah mengungkapkan semua hal, apalagi masalah yang sedang dihadapi, ke orang lain --terutama kepada orang yang secara track record di masa lalu seringkali menyakiti dengan kata-katanya. Saya lebih suka masalahnya lewat dulu, diendapkan, baru diceritakan hikmahnya untuk pembelajaran ke depan. Itupun biasanya lewat blog, lewat tulisan, supaya sempat mikir. Kalaupun saya cerita ke orang, biasanya karena orang itu adalah orang yang benar-benar dipercaya (walaupun pada akhirnya tidak semua orang kepercayaan layak dipercayai). Sampai di sini, rasanya normal. Banyak orang seperti itu.

Menurut saya, ya ngapain juga curhat sama orang yang jelas-jelas dirasa nggak cocok sama kita. Kalau udah tau (berdasarkan pengalaman sebelumnya) bakalan dikerasin, dikatain, disalahin, atau dijatuhin; bagi saya, mending simpan sendiri, beresin sendiri. Kalau bercerita adalah nambah perkara, mending kurangin perkaranya. Capek hidup banyak drama..

Nah, masalahnya, itu kan opini saya. Opini orang lain bisa jadi beda. Dan itulah yang menjadikan saya jahat bagi sebagian orang. 

Apakah dikatai jahat membuat saya sedih? Sedikit. Siapa lah yang mau jadi orang jahat, kan. Ini jadi bahan instrospeksi saya pribadi. 

Tapi kemudian, apakah dikatai jahat membuat saya menurunkan nilai diri sendiri? Saya rasa (dan saya harap) tidak, karena itu tadi: tiap orang punya alasan, tiap sisi punya persepsi. Saya punya alasan kuat yang didapatkan dari pengalaman pribadi yang tidak dirasakan oleh orang lain. Label buruk dari eksternal tidak seharusnya mempengaruhi bagaimana kita menilai diri kita, kecuali jika kita mengizinkan. Cukupkan diri mendengarkan label buruk dari orang yang bahkan tidak ingin mengenal kita dengan baik. Saya sudah belajar dengan harga mahal tentang ini.

Intinya, saya tidak ingin menjadi jahat maupun dilabeli jahat. Tapi jika memiliki pendapat dan bertahan pada pendapat itu membuat saya dianggap jahat, tidak apa.

Jika sifat tertutup seseorang membuat orang lain tidak nyaman, maka seharusnya bukan hanya satu pihak saja yang mengintrospeksi diri, melainkan pihak lainnya juga..

Dah. Gitu deh curhat kali ini. Bye