5.19.2017

Singgah Makan di Pondok Asam Pedas Pak Wahab

Di jumat sore beberapa pekan lalu, saya dan keluarga berakhir pekan ke Sambas. Seperti biasa, kalau jalan-jalan bersama keluarga seperti itu, rasanya kurang lengkap kalau tidak sekalian mengisi perut agar tidak mudah mabuk perjalanan sekaligus berwisata kuliner. Tujuan wisata kuliner kami kali itu adalah sebuah kedai makan yang berlokasi di Kuala Mempawah. Namanya Pondok Asam Pedas Pak Wahab. Menurut ortu dan kakak saya sih, masakan di tempat ini enak. Saya sudah pernah beberapa kali dibawa menyambangi kedai ini ketika dalam perjalanan Pontianak-Sambas (kan melewati Kota Mempawah, tuh). Sayangnya kedai tersebut selalu tutup. Saya penasaran dong. Nah, jumat itu, sepertinya sudah rejeki saya mencicip masakan di sana --yang konon sedap. Pertanyaannya, apakah rumor itu benar? Hmmm..

Disclaimer:
Artikel ini adalah non-sponsored review. Semua yang ditulis di sini adalah berdasarkan pengalaman pribadi dan dibiayai dengan uang sendiri.
Pondok Asam Pedas Pak Wahab
Ini tempatnya..


Dari penampilan, menurut saya tempat makan ini terbilang sederhana. Bangunannya terbuat dari kayu dengan furniture sangat biasa, tidak instagramable. Tapi karena terletak di pinggir anak sungai, jadi pemandangannya sungai gitu. Awalnya agar dapat menikmati makanan sambil menikmati pemandangan sungai, kami mengambil meja di pinggir yang menghadap sungai, tapi eh tapi, waktu itu tempat duduk yang kami pilih banyak lalatnya. Saya kurang tahu apakah kondisi tersebut biasa terjadi atau tidak (karena itu kunjungan pertama saya) tapi kayaknya sih karena waktu itu ada sebuah kapal pengangkut ikan yang sedang singgah. Demi kenyamanan, kami pindah duduk ke meja pinggir dekat pintu masuk, sebelah kanan. Kebetulan waktu itu pengunjung yang datang hanya sedikit, jadi mudah pindah duduk.

Sekadar info. Waktu kami datang itu sudah sore, sudah lewat waktu makan. Saya kurang tahu waktu buka pondok makan ini dari jam berapa sampai jam berapa. Yang jelas waktu itu pengunjung yang datang setelah kami harus pulang dengan perut dan tangan hampa karena rupanya sajian sudah habis. Ternyata kami pengunjung terakhir di situ hari itu.

Waktu memesan, saya tidak ingat melihat ada kertas menu. Seingat saya kakak pelayannya waktu itu hanya menyebutkan apa-apa saja yang tersedia. Saya kurang tahu apakah biasanya memang seperti itu (maksudnya tidak memberikan lembaran menu) atau kebetulan saja pas kami datang. Prasangka baiknya, mungkin karena menunya sudah banyak habis, mereka tidak ingin memberikan banyak pilihan yang nantinya malah akan mengecewakan pelanggan karena tidak tersedia. Tapi hal seperti ini juga sempat membuat saya menaruh curiga karena banyak juga tempat makan nakal yang sengaja tidak memberitahukan harga kepada pelanggannya. Saya kurang tahu. Pokoknya gitu deh.

Berhubung itu adalah kunjungan pertama saya di situ dan karena ini sejenis rumah makan keluarga yang pakai nasi bakul dengan lauk dan sayur berbagi satu sama lain, saya mengiyakan saja apapun yang dipesan: ikan asam pedas, udang goreng, sayur pacri dan okra rebus. Untuk minuman pilihan yang tersedia standar: teh es, teh hangat, kopi, dan air putih. Tapi ada juga yang menurut saya cukup spesial, yaitu es rujak. Menurut saya minuman ini cocok dinikmati saat cuaca sedang panas-panasnya seperti cuaca sore itu, jadi saya memilih memesan satu es rujak dengan sedikit es.

Setelah memesan tentu kami harus menunggu. Yang pertama diantar bisa ditebak, tentu air minum. Oke, tampilannya menggugah. Saya cicip, ah, es rujaknya segar, alhamdulillah.

Pondok Asam Pedas Pak Wahab
es rujak segar

Tak berjeda terlalu lama, pesanan kami pun segera dihidangkan dengan lengkap. Wiiih..

Pondok Asam Pedas Pak Wahab
Makan sore kami waktu itu..

Tampilan ikan asam pedas di kedai ini sungguh menggugah selera. Lengkap dengan potongan cabe' perangnggi. Hmm, kayaknya enak..

Pondok Asam Pedas Pak Wahab
yakan yakan yakan? :D
Mengenai rasa, menurut saya cukup memenuhi selera saya. Ikan asam pedasnya nampol, kuahnya mantap. Apalagi ada potongan cabe' perangnggi (cabai perenggi) yang memiliki aroma dan pedas yang khas. Yummy. Menu ini saya rekom deh.

*mohon maaf, hidangan lain tidak sempat difoto untuk mengilustrasikan tampilannya satu per satu karena langsung dihajar oleh kami yang lapar, hhihi

Untuk udang gorengnya, menurut saya enak. Walaupun tidak lebih spesial dibanding rumah makan lain dengan menu yang sama --dengan ukuran udang sedang, bumbu sederhana, dan hanya ditumis biasa-- tapi yang namanya udang ya enak dong ya. Apalagi kalau segar, baunya tidak amis.

Walau enak, tapi saya perlu ingatkan nih. Buat yang punya alergi udang, sebaiknya tidak memesan menu udang deh. Soalnya khawatir bisa memicu alergi, seperti yang dialami salah seorang dari kami (identitas sengaja dirahasiakan) waktu itu. Gejala alergi baru muncul beberapa jam setelah mengkonsumsi udang di kedai tersebut. Setahu saya salah-seorang-dari-kami itu memang alergi udang alias punya riwayat gatal-gatal setelah makan udang. Beberapa tahun belakangan, cerita alergi pasca makan udang yang dimasak sendiri di rumah jarang terjadi. Malah seingat saya tidak pernah lagi. Ini mungkin karena kami di rumah terbiasa membersihkan kotoran di bagian kepala dan punggung udang terlebih dahulu sebelum memasaknya (kecuali untuk udang berukuran kecil). Kebiasaan ini muncul gara-gara saya keseringan nonton CWTD, hehe. Nah, setelah sekian lama, baru kemarin itulah gejala alergi kembali terjadi dan agak parah. Gatal-gatal yang dirasakan oleh salah-seorang-dari-kami itu baru terasa di malam hari --waktu kami singgah berbelanja di sebuah toko swalayan besar di Kota Singkawang. Awalnya gatal muncul hanya di bagian tangan dan lengan, tapi lama-kelamaan menjalar ke seluruh tubuh disertai rasa sedikit rasa sesak. Pokoknya kasihan. Mana waktu itu perjalanan kami masih jauh (sekitar 2 jam perjalanan lagi) dan hari sudah malam. Toko obat dan apotek banyak yang tutup.

Balik lagi ke topik awal. Intinya, bagi yang alergi udang baiknya lebih berhati-hati memilih makanan ya. Demikian juga bagi yang bermasalah dengan kadar kolesterol, sangat disarankan untuk tidak memesan udang. Kalaupun sangat penasaran mencicip, sebaiknya tidak banyak dan sediakan obat pribadi, ya. Tapi buat yang tidak alergi udang, insyaallah menu udang di kedai ini tidak masalah. ;)

Untuk sayur pacri, menurut saya rasanya standar. Saya pernah coba pacri yang rasanya lebih mantap, yaitu buatan Mama saya, hihihi. Tapi karena pacri adalah masakan tradisional khas Kalimantan Barat, menu ini juga saya rekomendasikan untuk dicoba. Terutama buat teman-teman luar daerah yang kebetulan berkunjung ke Kalimantan Barat. Pacri enak lho. Nah, untuk sayur okra rebusnya, menurut saya standar juga sih, tapi karena sehat dan kaya serat, boleh lah dicoba.

Apa lagi ya?

Oh ya, tentang harganya. Mahal dan murah itu relatif ya. Pun tergantung pilihan menu, pastinya. Yang jelas waktu itu dengan pilihan menu tersebut, kami harus merogoh kocek sekitar 360 ribu berenam atau rata-rata 60 ribu-an per orang. Sementara itu, kalau dengar dari abang sepupu saya yang baru-baru ini singgah di sana bersama teman-temannya, dengan uang kurang dari itu, ia dan 7 orang temannya (total 8 orang) bisa puas makan. Cuma ya menunya pasti beda lah dengan yang kami pesan. Mereka hanya memesan ikan asam pedas (dan mungkin sayur) serta minuman. Kalau diperhatikan lagi sih, sepertinya udang nya yang bikin mahal. Wajar karena harga udang kan memang mahal. Jadi ya gitu deh.

Baiklah. Saya rasa cukup sekian dulu kesan pertama saya singgah makan di tempat ini. Semoga ulasan ini bermanfaat ya. Akhir kata, sampai nanti. Bye!