cihuy.. |
Hidup berkeluarga dengan terpisah jarak --atau bahasa kerennya: Long Distance Marriage, disingkat LDM-- memang tidak mudah. Ditambah kalau sedang program hamil, beraaat. Apalagi kalau sempat mendengar komentar miring dari orang lain, wah, tambah tidak mudah. LDM itu memang cobaan. Bukan cuma cobaan buat yang menjalani, tapi juga buat yang sibuk mengomentari. Hihi.
Yah, namanya manusia ya, dari sononya senang sekali sibuk mengomentari orang lain. Ini saya juga lagi ngomentarin orang lain, hihi. *dasar manusia *jitak diri sendiri
Menurut saya bukannya sama sekali tidak boleh komentar sih. Cuma ya alangkah lebih baik kalau komentar negatifnya disimpan sendiri saja, daripada menyakiti perasaan orang lain. Kecuali kalau memang benar-benar terdesak (misalnya kalau tidak dikomentari bisa mengancam jiwa/raganya, mengganggu stabilitas umum, atau berpotensi merusak imannya kepada Tuhan), kita justru wajib mengomentari. Tentunya harus disampaikan dengan cara yang halus, dengan niat yang tulus, dan bukan karena merasa lebih tinggi. Insyaallah komentar seperti ini biasanya bisa dicerna dengan lebih baik, meskipun penolakan di awal bisa saja terjadi. Namanya juga manusia, mana suka dikomentari. *tapi giliran ngomentarin kenapa suka ya? hmm *ngaca
Di luar kondisi-kondisi mendesak tadi, sebaiknya komentarnya disimpan saja sebagai pelajaran hidup untuk diri sendiri. Apalagi kalau hanya berlandaskan asumsi, sementara kita tidak kenal baik dengan yang dikomentari, tidak tahu dengan latar belakang keputusannya. Itu namanya jahap! ~eh, jahat. :p
Begitulah catatan singkat hari ini. Buat yang sedang LDM-an, tetap tabah yaaa. Insyaallah akan tiba masanya bisa berkumpul lagi dengan belahan hati terkasih. Ini hanya segelintir cobaan dalam berumah tangga. Semangaaat!
*aslinya sih nyemangatin diri sendiri sih nih, hehe