Jembatan Gantung Sungai Sibau |
Sebagai orang yang lahir dan besar di daerah hilir, saya memang agak awam dengan yang namanya jembatan gantung seperti yang banyak ditemukan di daerah hulu ini. Jadi tiap ketemu jembatan gantung, rasanya saya selalu ingin berfoto di atasnya sebagai kenang-kenangan. Padahal takut ketinggian.. :p
Foto terbaik dari kamera Kanda |
Pemandangan Sungai Sibau dari Jembatan Gantung |
Saya di Jembatan Gantung Sungai Sibau. Biar aman, main di pinggir saja, hehe |
Oh ya, Sepengamatan kami, jalan untuk motor hanya satu itu. Belum ada jalan terbuka ke arah lebih jauh dari sungai. Kalau jalan setapak mungkin ada karena lahan yang lebih jauh dari sungai sepertinya dimanfaatkan untuk kebun masyarakat. Hijau, gelap, misterius..
Untuk permukiman, orientasi rumah penduduk tidak menghadap sungai melainkan menghadap jalan, menunjukkan masyarakat sekarang lebih banyak menggunakan transportasi darat. Arsitektur rumah penduduk di permukiman tersebut seperti kebanyakan rumah penduduk yang berada di daerah rawan banjir: rumah panggung dengan dasar rumah yang tinggi, mirip prinsip rumah betang yang dibangun tinggi dari tanah. Menurut Kanda dan orang-orang yang saya temui di sini, memang Putussibau dan sekitarnya sering banjir tinggi. Bisa sampai beberapa meter, tergantung tempat. Rumah panggung termasuk kearifan lokal masyarakat setempat, bahkan yang tinggal di kota. Jadi sangat wajar kalau rumah masyarakat di kota ini dibangun tinggi-tinggi demi keamanan dari musibah banjir. Malah jadi aneh kalau dipaksakan bergaya ala KPR dengan cor tanah, misalnya.
Sayangnya saya lupa mengambil foto keadaan permukiman di seberang Jembatan Sibau tersebut. :(
Sampai di bawah pohon kapuk, kami berhenti sebentar lalu berputar balik arah ke jembatan lagi. Beberapa orang setempat yang melihat kami terlihat agak mencurigai kami, curiga kalau kami tersesat, hhihi. Yah tujuan kami memang ingin tersesat, sih, tapi berhubung jalannya lurus doang, jadi terlalu kentara. xD
Langit petang semakin jingga. Kami mengarah kembali rumah tapi Kanda menyempatkan diri membawa saya berkeliling lagi sebelum pulang. Sengaja tidak foto-foto karena gelap, jadi cuma jalan-jalan saja. Sampai di rumah, lagi-lagi mati lampu. Sepertinya tiada hari tanpa mati lampu di kota ini. Saya pernah dengar dari orang-orang kalau di Putussibau sering pemadaman listrik, ternyata isu tersebut benar, hehe. Jadi ingat Pontianak di kala menjelang lebaran deh.
Eh, sudah dulu ah, sudah melantur kemana-mana ceritanya. Sampai nanti lagi ya teman, bye!