6.20.2016

Pensieve Ramadhan: Rejeki Tak Kemana

Tadi siang, saya dan Mama' nonton liputan berita di tv. Salah satu liputan membahas tentang kurma. Lihat buah kurma di tv, saya bilang ke Mama' kalau saya pengen sekali makan kurma. Bulan puasa tahun ini --entah kenapa-- tidak ada sediaan kurma di kulkas seperti tahun-tahun sebelumnya. Serumahan tidak ada seorangpun yang ingat untuk membeli. Lupa kok bisa kompakan. Saya juga heran.




Tidak disangka sedikitpun, keinginan saya yang terucap tadi siang dikabulkan Allah malam ini. Lepas sholat tarawih dan witir berjama'ah di masjid dekat rumah barusan, salah seorang ibu yang duduk tak jauh dari saya dan Mama' membuka wadah plastik berisi kurma dan membagikannya kepada jama'ah perempuan lainnya. Kami pun makan kurma beramai-ramai. Rupanya ibu yang membawa kurma baru pulang umroh awal Ramadhan lalu. Wah, senangnya..

Rejeki saya, kebagian 2 buah kurma. Berbeda dengan kurma yang pernah saya makan, kurma yang tadi lebih segar. Kurmanya masih basah dan rasanya enak. Manisnya halus. Saya suka. Kata Mama' itu buah kurma ruthob atau kurma muda. Kurma ruthob memang terkenal enak namun susah dibawa pulang ke Indonesia. Jadi benar-benar rejeki bisa makan kurma muda dari Arab, pas di tengah bulan Ramadhan ini. Alhamdulillah. Yang namanya rejeki memang takkan kemana. Sebaliknya, kalau bukan rejeki, dikejar pun takkan dapat.

Catatan kenangan ini sengaja ditulis sebagai pengingat untuk diri saya yang masih sering lupa bersyukur, masih suka protes perihal rejeki. Padahal rejeki manusia kan hak Allah. Mau kasih atau tidak, ya terserah Allah. *jewer diri sendiri

Begitulah. Semoga ini juga bermanfaat buat teman-teman yang sudah capek-capek baca sampai selesai yaa. Sampai nanti!