(credit: movie.mtime.com) |
Dari judulnya, tentu teman-teman sudah bisa menyangka kalau film ini bercerita tentang pem-bully-an via teknologi elektronik (seperti ponsel, komputer, dan tablet) maupun alat komunikasi (termasuk situs sosial media, pesan teks, obrolan, dan website). Cyberbully ini ini berkisah tentang cerita pem-bully-an yang dialami oleh seorang remaja putri berusia 17 tahun bernama Taylor Hillridge.
FYI. Contoh cyberbully antara lain pesan teks atau email, rumor yang dikirim lewat email atau diposting dalam situs jejaring sosial, gambar yang memalukan, video, website, atau profil palsu. Hayo, pada pernah mem-bully nggak? Semoga tidak ya..
Taylor adalah gadis remaja yang dibesarkan oleh ibu tunggal bernama Kris. Ia punya adik laki-laki bernama Eric. Hubungan mereka baik, kecuali antara Taylor dan ayahnya, yang selama film tidak pernah diperlihatkan. Di rumah, mamanya Taylor memberlakukan peraturan tidak internetan tanpa sepengetahuan mamanya. Itu sebabnya komputer rumah diletakkan di dekat dapur agar mamanya bisa memantau aktivitas internet Taylor maupun Eric. Taylor dan Eric terlihat sudah terbiasa dan tidak terganggu akan hal tersebut. Sebelum pergi ke sekolah, Taylor biasanya mengobrol dengan sahabat karibnya via messenger email di komputer dapur.
Di sekolah, Taylor punya 2 sahabat karib bernama Samantha Caldone dan Cheyenne Mortensen. Hampir setiap saat ia habiskan waktunya bersama mereka. Mereka dekat satu sama lain. Ada juga seorang teman sekelas Taylor yang ramah, bernama Caleb, namun Taylor biasa saja kepadanya. Selain teman-teman yang baik, Taylor juga memiliki rasa tidak nyaman dengan seorang teman sekelas yang sering melontarkan komentar pedas terhadap dirinya di depan banyak orang sebagai bahan tertawaan, bernama Lindsay Fordyce. Walaupun tidak nyaman, Taylor tidak pernah menanggapi Lindsay dkk dalam bentuk kemarahan.
Saat hari ulang tahunnya yang ke-17, Kris memberi hadiah berupa laptop pribadi untuk Taylor. Kris berkata, Taylor dapat menggunakannya dimanapun dan kapanpun ia mau. Laptop tersebut sepenuhnya miliknya. Namun demikian Kris mengingatkan agar ia bertanggung jawab atas diri sendiri dengan tidak memberikan informasi pribadi dan sensitif ke dunia maya dengan alasan apapun.
Segera setelah mendapatkan laptop-nya, Taylor langsung membuat akun sosial media pertamanya, Cliquesters (semacam facebook) dengan dipandu 2 sohibnya, Sam dan Cheyanne. Di Cliquesters, ia berteman dengan teman-teman sesekolahnya, termasuk gebetannya selama ini, Scott. Dalam pesan pribadinya, Scott mengajak Taylor untuk berdansa bersama di acara sekolah. Taylor pun menceritakan hal tersebut kepada dua sahabatnya. Cheyanne bahagia untuknya, tapi Sam bereaksi sebaliknya. Menurut Sam, Scott adalah lelaki tidak baik karena Scott pernah mencampakkan seorang perempuan yang ia kenal. Taylor bersikap defensif dengan menyerang kisah masa lalu Sam. Akhirnya keduanya cekcok.
Suatu hari, akun Cliquesters Taylor memposting status yang tidak senonoh sehingga dikomentari negatif dan pedas oleh teman-temannya, terutama Lindsay. Akibatnya, Taylor merasa malu bertemu dengan teman-teman sekolahnya. Belakangan diketahui bahwa Eric-lah yang iseng melakukan hal tersebut karena merasa iri dengan Kakaknya yang memiliki laptop. Eric lalu dihukum oleh Kris, namun Taylor merasa itu belum cukup dan terus memarahinya. Sisi baiknya, karena ulah Eric itu, Taylor kembali berteman dengan Sam.
Masih di dunia Cliquesters, Taylor berkenalan dengan seorang remaja seusianya bernama James Petitious, yang mengaku bersekolah di sebuah sekolah yang sama dengan sepupunya Cheyanne. Dari foto profil dan komentar maupun pesan pribadinya, Taylor merasa orang tersebut baik dan dapat dijadikan teman.
Sayangnya, ternyata James tidak sebaik yang Taylor kira. James malah menyebar fitnah di Cliquester yang menyatakan bahwa ia pernah tidur bersama Taylor. Akibatnya, Taylor kembali didera oleh komentar miring dan negatif dari teman-temannya di Cliquesters. Taylor dimarahi Kris agar menutup akunnya, tapi tidak ia lakukan karena ia penasaran dengan tanggapan teman-temannya. Maklum anak remaja.
Masalah bertambah buruk ketika Taylor tidak tahan dan menyerang balik Lindsay yang selama ini selalu mengatainya. Lindsay dan kawan-kawan membalas dengan membuat sebuah video yang sangat mempermalukan Taylor. Akibatnya, Taylor terus menerus menangis. Di tengah depresi, Taylor yang merasa ditinggalkan oleh orang-orang terdekatnya, membuat video yang berisi pesan terakhir. Ia pun mencoba melakukan bunuh diri saat sedang sendirian di rumah. Untung Sam yang melihat video tersebut segera ke rumah Taylor sehingga nyawa Taylor dapat diselamatkan.
Kris merasa perlu bertindak atas apa yang menimpa anaknya. Ia pun memasukkan Taylor ke dalam program rehabilitasi, berkonsultasi dengan dewan mengenai cybercrime, dan mencari tahu tentang James. Belakangan diketahui bahwa James hanyalah akun fiktif. Ada seseorang di baliknya.
Siapa sebenarnya James, dan bagaimana akhir cerita ini? Silakan teman-teman cari tahu dengan menontonnya yaa. Spoiler-nya cukup sampai di sini, biar nontonnya tetap seru. Hehe.
Hikmahnya, film ini memberikan gambaran kepada kita tentang dampak memberikan akses sosial media kepada anak remaja, apalagi bawah umur. Mereka sangat rentan dengan efek bully. Mungkin ini sebabnya beberapa situs memberikan peraturan syarat usia minimal pengguna. Mungkin..
Dan hikmah film yang paling utama adalah bahwa lisan bisa menyakiti orang lain. Words can hurt. Jadi hati-hati ya kalau berkata-kata, baik di dunia maya maupun dunia nyata. Bayangkan saja kalau kita yang dikatai, pasti sakit.
Baiklah, sekian dulu dan selamat menonton yaa. Semoga kita bisa belajar dari film keluarga ini. Bye!