3.03.2014

Tanahku, Kalimantan

Tanahku, Kalimantan

Saya kembali melihat dokumentasi pemandangan menyedihkan, lagi. Kali ini oleh Greenpeace yang melakukan survei di Kotawaringin, Kalimantan Tengah pada tanggal 23-24 Februari 2014. Mungkin ada teman-teman yang sudah lama tahu, tapi mungkin ada juga yang belum..

Berikut ini beberapa gambarnya:


Pembalakan Hutan Kalimantan demi Kebun Monokultur
Terlihat indah tapi seperti bom waktu.

Pembalakan Hutan Kalimantan demi Kebun Monokultur
Jika terbang melintasi Pulau Kalimantan, kita akan disuguhi pemandangan hijau yang luas dan rapi seperti kotak-kotak.
Jangan terkecoh yaa, kotak-kotak hijau itu bukan hutan melainkan kebun monokultur. Pembabatan hutan itu nyata!

Pembalakan Hutan Kalimantan demi Kebun Monokultur
Truk mengangkut kayu gelondongan hasil pembabatan hutan..  Dibawa kemana?

Pembalakan Hutan Kalimantan demi Kebun Monokultur
Sejauh mata memandang, s*wiiiiiiit semua! Ke mana biodiversitas?
*Silakan klik gambar di atas untuk memperbesar gambar atau klik tautan yang ada di akhir tulisan untuk melihat gambar lebih lengkap.

Tak perlu menjadi orang Kalimantan untuk peduli lingkungan, tapi sebagai peranakan Dayak-Melayu yang sama-sama suku yang "dianggap asli" Kalimantan, saya merasa tergelitik untuk menulis sedikit tentang masalah lingkungan yang terjadi di tanah kelahiran saya.

Foto-foto di atas bercerita tentang perubahan lahan besar-besaran di Kotawaringin, Kalimantan Tengah. Tak banyak berbeda dengan di Kalimantan Barat, provinsi asal saya. Isu lingkungan di pulau terbesar ketiga dunia in memang terdengar klise, tapi begitu menyayat hati. Sudah lama saya mengetahui dan mendengar kesaksian mengenai kerusakan tanah kami, bahkan melihat langsung dan merasakan sendiri dampaknya. Mirisnya, tidak banyak yang dapat masyarakat awam lakukan. Sama seperti saya. Saya hanya bisa ngomong..

:(

Tapi kalau dilogikakan, ya memang begitulah kemampuan saya yang hanya masyarakat biasa. Tugas besar (yang dipengaruhi dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan) memang sudah selayaknya dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kuasa dan kekuatan besar. Kalau kata Pamannya Peter Parker,
"Dibalik Kekuatan yang Besar Terdapat Tanggung Jawab yang Besar". 
Hmm. Saya merenung. Ternyata memang berat ya, jadi pemimpin itu. Pantas saja sahabat Rasul dulu menangis memohon ampunan kepada Allah kala terpilih menjadi pemimpin.

:'/

Saya sedih hanya bisa mengangkat isu ini di blog tanpa bisa menghentikannya secara nyata, sedang di luar sana berbagai organisme bernyawa (termasuk masyarakat sekitar hutan) berjuang melindungi diri dari tangan-tangan perusak yang tak ubahnya menuhankan harta. Astagfirullah.. Semoga Allah bukakan nurani pemimpin kami agar berani melakukan pembangunan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Aamiin.

Sumber gambar:
foto.kompas.com