The Hunger Games (sumber gambar: thedailyretort.com) |
Film ini menceritakan perjuangan Katnis Everdeen yang harus menggantikan adiknya, Primrose, yang terpilih dalam suatu acara tribut tahunan yang disebut The Hunger Games. Tribut ini dilaksanakan untuk memperingati pemberontakan suatu distrik yang merasa tidak puas dengan pemerintahan capitol yang tidak adil. Dalam acara tribut ini, setiap distrik (jumlahnya ada 12) diharuskan mengirim 2 orang perwakilan, pria dan wanita. Kemudian perwakilan-perwakilan distrik yang usianya berkisar antara 12-18 itu harus bertarung mempertaruhkan nyawa berkompetisi dengan 23 orang lainnya. Hanya satu yang boleh hidup dan menjadi pemenang. Benar-benar pertaruhan hidup dan mati. Peraturan yang kejam, kalau boleh komentar, hehe...
Yang pasti tujuan utama dari the hunger games tersebut adalah untuk menekan psikologi generasi muda dengan ketakutan agar tidak memberontak. Bayangkan, di usia 12-18 tahun (masa puber), anak-anak diwajibkan mengikuti seleksi the hunger games, yang berarti memiliki peluang untuk mati kalau sampai terpilih. Memang sih ada distrik yang sengaja mempersiapkan anak-anak mereka menjadi pesaing yang tangguh, dan mengasah jiwa kejam mereka tentunya. Tapi banyak juga yang tidak, seperti distriknya si Katniss.
Untungnya, Katniss punya modal untuk mengikuti kompetisi sadis ini. Jiwanya bukan jiwa pembunuh, tapi dia punya kemampuan memanah yang oke punya. Dia sering ke hutan untuk mencari makan untuk keluarganya, memanah kelinci atau rusa. Teman dekatnya dalam berburu adalah Gale Hawthorne. Awalnya saya pikir si Gale ini yang akan menjadi perwakilan laki-laki dari distrik mereka, jadi sepasang gitu, Katniss dan Gale. Tapi ternyata tidak. Yang jadi perwakilan laki-laki adalah seorang anak laki-laki seusia Katniss bernama Peeta Mellark. Saya agak kecewa sih, maksud saya sebuah film kan seru karena ada konfliknya. Kalau Katniss harus melawan Gale kan sepertinya banyak konflik hatinya, harus melawan orang yang dicintai sampai mati... Eit, ternyata saya keliru. Justru dengan terpilihnya Katniss dan Peeta (bukan Gale) cerita mereka menjadi seru.
Kalau boleh saya menyimpulkan, film ini mengajarkan kita bahwa kita harus berusaha yang terbaik meski kemenangan bukanlah segalanya. Hidup yang sesungguhnya, disadari atau tidak, adalah ajang persaingan (seperti the hunger games). Persaingan akan terus terjadi kepada kita. Kita harus berusaha bertahan dalam persaingan meski tubuh dan hati sebenarnya ketakutan (seperti karakter Katniss dalam film ini). Berani dan tangguh, berkeinginan untuk menjadi pemenang. Tapi bukan berarti keinginan untuk menang itu membutakan hati nurani. Membantu sesama merupakan kemenangan yang sebenarnya.. :D
Bagian yang paling saya tidak suka adalah saat kamera menyorot pakaian polisi capitol. Itu agak mengganggu mata. Memang sih, gambaran selera pakaian normal dari orang-orang kaya di capitol agak aneh, mirip gaya harajuku, dengan warna menyala-nyala. Tapi kostum seragam polisi adalah yang terparah. Image seragam yang harusnya gagah itu ternodai. ~aah, sudahlah.. :p
Bicara tentang kostum, yang beruntung menggunakan kostum paling cantik adalah Katniss. Tatanan rambutnya juga oke. Sound tracknya oke, jalan cerita bagus, asal jangan ingatkan saya seragam polisi capitol, hehe. Menurut saya secara keseluruhan film ini memuaskan. Film yang diadaptasi dari novel yang berjudul sama karya Suzanne Collins ini saya rekomendasikan untuk teman-teman. Tapi ingat ya, kategori film ini untuk remaja [R]. Adik kecil jangan diajak nonton karena ada adegan kekerasan dan sedikit bumbu romantisme. Kasihan mereka.. Btw, karakter favorit saya di film ini adalah Rue, gadis kecil yang dianggap seperti adik oleh Katniss. Apa ya, karakternya itu lho, manis.