Dalam lelap, saya mengalami mimpi. Mimpi yang ingin selalu saya ulangi..
Saya merasa bertemu dengan ananda yang setiap hari saya rindukan. Ananda terlihat lebih besar dari fotonya yang selama ini saya pajang di kaca lemari di kamar tidur, sesuai usia sebenarnya. Bayi manis di gendongan saya tadi terlihat sehat, bersih, dan terawat. Entah siapa yang selama ini merawatnya, saya harus berterima kasih, pikir saya..
Tubuhnya terasa hangat, tidak lagi terasa dingin seperti saat pertemuan terakhir kami dulu. Saya sempat berpikir ananda demam, tapi dia terlihat baik saja, tidak rewel. Mata bulatnya ramah menatap saya, berbinar seperti mata bayi-bayi seusianya. Wajahnya imut, kulitnya putih halus. Rasanya aroma bayi tercium jelas pada hidung ini, tadi. Semua terasa begitu nyata.
Tak puas rasanya menciumi dan memeluknya dalam dekapan. Ananda pun sama sekali tidak meronta, mungkin dia tahu saya Bundanya. Bibir mungilnya tersenyum meskipun tak terdengar suara tawa khas bayi. Mimpi ini bisu. Kami hanya saling menatap, dan tersenyum..
Rasanya belum lama menimangnya, ia pun terlelap di dekapan saya. Ananda mengantuk rupanya.. Tiba-tiba tanpa saya sadari, ananda telah berbaring di atas tempat tidur dan di tangan saya saya memegang sebuah buku tebal bertulis "tesis".
Entah apa kelanjutan mimpi tadi, tahu-tahu saya sudah terbangun. Hanya itu segmen mimpi yang mampu saya ingat, dan ingin saya ingat sampai nanti. Saya yakin Allah merawat Weissar jauh lebih baik dari saya, dan saya juga yakin tatapan ananda tadi bermakna Bunda Weissar harus baik-baik saja. Jadi, saya harus berusaha lebih baik agar baik-baik saja menghadapi berbagai cobaan hidup, dan baik-baik saja dalam menyelesaikan tesis yang sekian lama tertunda dan membebani pikiran bawah sadar. Setelah bangun tidur saya pun langsung mulai mencoba menyicil tesis.. Harus semangat!
Terima kasih Allah, atas kesempatan memeluk dan mencium ananda yang telah pergi, meski hanya sebatas dalam mimpi... Saya bahagia. Alhamdulillah... Alhamdulillah.. :)