10.21.2013

Soto Ala Mama

Saat saya dan Kakak masih kecil, setiap ada hari spesial seperti hari raya atau ulang tahun atau selamatan naik kelas atau arisan, Mama hampir selalu memasakkan kami soto. Jadi di benak saya, soto adalah makanan yang sangat spesial. Memang, di luar sana banyak sekali tempat makan yang menjajakan soto sebagai salah satu menu pilihannya, tapi soto buatan Mama adalah soto terenak yang pernah saya makan.
Setelah semakin besar dan belajar masak dengan Mama, saya tahu, tidak ada bumbu dapur khusus yang membuat citarasa soto Mama berbeda dengan soto-soto lain. Paling-paling hanya pada perbandingan komposisinya.

Dalam bulan ini, sudah dua kali Mama memasakkan kami soto spesialnya: ulang tahun Bapak (1 Oktober) dan saat menyambut Kanda datang (10 Oktober). Pada ulang tahun Mama sendiri (7 Oktober), Mama sengaja memasakkan menu yang berbeda, sop tulang. Supaya tidak bosan, katanya. Dan hari ini Mama kembali membuat soto spesialnya. Karena harus mengajar pagi Mama hanya sempat meracikkan kuahnya, sisanya harus saya tangani sendiri sampai Mama pulang.

Saya bersemangat. Saya ingin membereskan semua sisa pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum Mama kembali ke rumah. Menyiangi kecambah, mencelup kecambah dalam air panas, merebus kentang untuk selanjutnya dibuat pergedel kentang, menggoreng pergedel, memotong tomat, menyiapkan daun sop dan daun bawang, menggoreng bawang merah dan bawang putih, menggoreng keripik kentang, menggoreng soun, dan sebagainya. Untungnya bukan soto ayam, jadi tidak perlu menggoreng selayang ayam untuk disuir-suir dagingnya. Soto ayam memang lebih ribet dibanding soto daging.

Pekerjaan yang harus saya lakukan tadi mungkin tidak banyak. Saya yakin banyak orang yang dapat melakukan semuanya sendirian dengan cepat. Tapi karena kombinasi saya yang kurang gesit dan Mama yang pulang lebih cepat, niat untuk menyelesaikan semua sendirian pun tidak kesampaian. Masih ada ini-dan-itu yang harus dikerjakan. Tadi terhambat di masalah goreng-menggoreng: keripik kentang, pergedel, soun. Karena harus digoreng sedikit-sedikit, kerjaan jadi lama selesai. Kalau api terlalu besar, hangus; api dikecilkan, lama. Fiuuh! Tidak terbayang jika harus masak soto dalam jumlah besar..

Ting tong...

Saya baru tersadar. Dulu setiap tahun Mama memasakkan kami (seringnya sih menu soto) untuk acara ulang tahun saya atau Kakak, yang setidaknya mengundang teman-teman dan pastinya ada keluarga dekat yang datang. Belum lagi dulu belum ada kompor gas, belum ada yang menjual kecambah soto yang lebih mudah dibersihkan, dan kami yang berulang tahun belum bisa banyak membantu karena masih kecil. Bayangkan berapa waktu, uang dan tenaga yang Mama berikan untuk kami. Itu baru dalam satu aspek dalam satu hari, belum lagi hari-hari lainnya. Tapi Mama tidak pernah mengeluh dan selalu terlihat bahagia melakukan apapun untuk keluarga.

Subhanallah, benar-benar besar pengorbanan seorang Mama. Alhamdulillah, Allah memberikan saya seorang Mama yang penyayang.. Sekarang saya jadi tahu mengapa rasa soto buatan Mama selalu enak, karena Mama selalu menambahkan bumbu rahasia berupa rasa kasih dan sayang untuk anaknya.

Masakan saya mungkin belum bisa seenak buatan Mama. Tapi saya akan berusaha yang terbaik yang saya bisa.

Saya sayang Mama, dan Bapak juga pastinya. Terima kasih untuk semuanya, dan terima kasih untuk sotonya hari ini.. :)