Setelah sekian lama terpuruk dalam kesedihan, saya merasa cukup mengasihani diri sendiri. Dalam pikir saya, saya harus bangkit. Saya lelah kepada diri sendiri. Tidak ada yang suka orang pengeluh, termasuk saya sendiri. Walau dari sononya saya tipe orang melo tapi itu bukan alasan. Bukan alasan sama sekali. Saya benci alasan. Saya harus bangkit. Titik.
Dan kemarin adalah hari yang cukup berat..
Entah mengapa dari pagi perasaan saya gundah gulana. Perasaan yang campur baur. Dan pada akhirnya tak mampu menahan tangis di dalam dada. Semuanya tumpah ke mata. Entah apa jelasnya yang membuat saya menangis karena seingat saya saya sudah merelakan ananda pergi menghadap Sang Khalik, Sang Maha Pencipta.
Ada kerinduan
Ada sesal
Ada iri
Ada ketersinggungan
dan lain-lain...
Yang pertama adalah perasaan terdalam saya terhadap suami dan almarhum ananda saat ini, yang kedua terkait diri sendiri, sedang yang dua terakhir terkait orang lain. Sisanya, complicated.. Intinya, perasaan terpuruk dan saya tau saya perlu pelukan yang menenangkan.
Beruntung hati ini punya Tuhan. Tangisan itu tetap ada, tapi dengan mengingat-Nya, Dia menolong saya lebih khusuk berdoa.
Banyak yang mengalami cobaan yang lebih berat dari saya dan mereka mampu melewatinya. Jadi saya juga pasti mampu. Nasihat "Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya" pun kembali dapat menghibur si yanet yang kelewat melo ini.