10.28.2013

Finally I Face It, again...

Ada perasaan khawatir, akankah saya sanggup membuka akun fb pribadi tanpa air mata? Pertanyaan yang mengganggu, tapi saya lebih memilih mencoba lagi daripada terus memiliki keengganan tanpa alasan.

Sebenarnya bukan juga tanpa alasan sih. Alasannya jelas: terlalu banyak kenangan di sana. Lalu apakah saya harus melarikan diri? 

"Saya mungkin rapuh, tapi tidak untuk selamanya. Saya hanya butuh waktu. Dan untuk momok yang satu ini, facebook, ini saatnya", batin saya.

Memang, riak dalam hati selalu terbentuk sebagaimana ketika melihat perut di depan cermin atau kaki yang sudah kempis, atau ketika memasuki kamar dan memeluk juralmin, atau saat melihat baju-baju bayi dan mencium bau minyak telon, kala makan semangkuk mie dan minum segelas air jahe, atau saat mendengar suara gitar akustik dan lagu instrumen beethoven. Riak-riak yang seringkali sukses beresonansi menjadi air mata. Saya tahu itu air mata rindu, tapi saya tidak ingin terhanyut terlalu lama lalu tenggelam di dalamnya. Saya ingin ia membasuh hati saya yang lara, membasahi jiwa yang kerap kering mengingat-Nya.

Dan sore ini saya beranikan diri lagi untuk menghadapi momok yang lebih ringan daripada musik intrumen kenangan yang dulu tiap hari saya putar itu (untuk yang terakhir disebutkan ini, saya memang belum pernah sekalipun mencoba). Selangkah demi selangkah. Tidak ada salahnya, daripada tidak melangkah sama sekali, begitu nasihat suami.

Setelah membuka akun pribadi tak dapat saya pungkiri, ada perasaan ingin menangis, pilu. Tapi saya tidak boleh menangis. Saya hanya boleh menangis kala berdoa, itu janji saya. Syukur alhamdulillah Allah memudahkan usaha. Berkaca-kaca, tapi saya tidak menitikkan air mata.

Ada beberapa notifikasi tentang kiriman di kronologi atau foto dan status yang menandai saya tadi. Kebanyakan isinya menghibur dan mengingatkan untuk sabar, yang lain mendoakan kekuatan bagi saya dan suami. Sungguh, dukungan dari teman-teman yang peduli sangat menghangatkan hati. Kembali mata saya berkaca, namun kali ini oleh rasa haru dan bahagia merasa dicinta.

Untuk itu, mengutip status Kanda bulan lalu:

Kepada semua semua karib kerabat, yang nulis di dinding/kronologi, yang sms, yang nelpon, yang datang kerumah dan atau ke rumah sakit...
Kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas perhatian, ucapan belasungkawa, dan do'anya. Perhatian kalian sangat berarti bagi kami. Mohon maaf kalau ada yang belum sempat kami tanggapi kirimannya. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan rekan-rekan sekalian dengan kebaikan setara atau lebih. Aamiin

Terima kasih, semuanya... Terima kasih... :)