2.28.2013

Cerita Hantu #1

Ahad itu, 11 Maret 2012, Saya dan semua teman-teman ARL melakukan praktikum mata kuliah wajib estetika lingkungan dan mata kuliah pilihan apresiasi dan pelestarian lanskap budaya di Cinangneng.

Sejak pagi, kami sekelas menikmati pemandangan sawah dan kampung serta semangat mengikuti kegiatan dari panitia guest house yang kami singgahi. Kami sekelas dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok padi dan kelompok bibit. Saya masuk kelompok bibit bersama Mba Roosna, Artum, Vina, Dedi, Joe, Ariev, Rio, Tya, Loly, dan Deb; sedang Kanda masuk kelompok padi yang anggotanya kalem-kalem: Icha, Presti, Wiwiek, Pak Guriang, Bu Femi, Arkham, Anggi, dan Ochi.

Siangnya, kami harus mengganti pakaian karena basah ketika menyebrang sungai dengan tali tambang. Sebenarnya rencana basah-basahan di sungai tidak terpikirkan sama sekali, terutama karena saat itu saya sedang berhalangan. Makanya, saya hanya bawa baju dalaman satu helai dan celana panjang sebagai baju ganti dengan asumsi baju dalaman yang saya gunakan pasti akan basah karena keringat sedangkan celana panjang pasti kotor, mengingat salah satu acara dalam paket wisata adalah bersawah.

Awalnya, acara kotor-kotoran dan basah-basahan disebabkan oleh keusilan beberapa teman cowok di kelompok bibit yang mengerjai Mba Roosna yang berulang tahun.
Tapi tentu saja yang kotor adalah Mba Roosna, dan yang nakal melemparinya dengan lumpur sawah: Dedi, Ariev, Joe.. Yang lain hanya ketawa-ketawa saja melihat kelakuan teman-teman kami yang usil, dan wajah Mba Roosna yang kena lumpur tentunya.

Tak disangka, ketika acara menyebrangi sungai dengan tambang, Dedi, Ariev, dan Joe kembali beraksi. Singkat kata, basahlah semua anggota bibit, dari luar ke dalam. #Padahal saya sudah memelas agar tidak disiram air! Huaaaaa

Akhirnya karena sudah tengah hari, masuklah sesi istirahat, ganti baju, sholat dzuhur dan makan siang. Saya yang kelabakan karena bingung dengan baju ganti langsung mengambil baju ganti yang saya bawa dan masuk ke salah satu kamar mandi yang tersedia. Sebenarnya saya tertinggal dari teman-teman cewek yang sudah ganti baju duluan karena harus meminta pembalut ganti dari panitia guest house. Setelah bilas-bilas (tidak mandi karena tidak bawa sabun dan handuk), saya segera memakai baju yang ada. Tapi kemudian saya baru sadar saya lupa membawa masuk jaket yang saya pakai tadi pagi. Jaket tersebut saya letakkan di tempat penerimaan tamu, di atas tas. Sayapun bingung, karena rasanya cangung bila keluar dan bertemu orang-orang dengan baju kaos lengan panjang yang seharusnya jadi dalaman. Mustahil menggunakan baju kaos luaran lengan pendek yang tadi dipakai karena sudah basah dengan sukses. Alhasil, saya menunggu dan berharap Kanda segera menjenguk saya di kamar mandi, agar bisa saya mintai tolong untuk mengambil jaket saya di meja depan.

Namun yang dinanti tidak kunjung tiba...
#Setelah pulang saya baru tau bahwa Kanda mengambil foto Dedi dkk yang melanjutkan misi membasahkan teman-teman ke dalam kolam renang. Nakal ya! :D

Beberapa menit di kamar mandi, sendirian, rasanya saya mau keluar saja. Nekat, dengan konsekuensi dimarahi Kanda. Tapi saya urungkan juga. Cangung rasanya... Berharap ada teman cewek lain yang datang

Kemudian datanglah dua teman saya : Artum dan Rio.

Saat datang, Rio sebenarnya mendorong pintu kamar mandi yang ada saya di dalamnya, mungkin karena letaknya yang lebih dekat dan lampunya yang memang sengaja tidak saya nyalakan (kan masih siang!). Tapi karena terkunci, Rio dan Artum ke kamar mandi lain di deretan ruang ganti yang ada. Mereka tertawa-tawa dan bercanda, sedang saya merana dalam kamar mandi tersebut. Bengong, masih menunggu Kanda, atau setidaknya teman cewek lain yang bisa dimintai tolong.

Setelah lama berdiam diri di dalam kamar mandi, saya berpikir untuk minta tolong kepada yang ada saja. Maka, karena Artum adalah teman sekelompok saya waktu itu, saya panggil dia dari kamar mandi tanpa membuka pintu kamar mandi.

"Tuum, tum... Artum...", kata saya memanggil Artum. Sebenarnya tidak enak juga memanggil laki-laki dari kamar mandi seperti itu.. :p

Tapi yang dipanggil justru diam.

Saya bingung. Tapi karena terlanjur sudah memanggil, saya ulangi lagi, "Tuum, ooo, tum...".

Tiba-tiba dari suasana yang tiba-tiba hening itu, Artum bicara kepada Rio, "Yo, lu denger nggak, yo?".

Karena merasa didengar, saya teriak lagi dari dalam kamar mandi, "Tuum, ini kakak, tum. Tolongin kakak tum", lanjut saya.

"Yo, lu denger kagak, yo?", kata Artum lagi. Lagi-lagi kepada Rio.

"Mampus lo tum, minta tolongin tu tum", kata Rio, terdengar agak panik nggak jelas.

Saya, yang sempat bengong, langsung menangkap bahwa mereka mungkin merasa saya sebagai gelombang kehidupan lain di muka bumi yang mencoba mengganggu mereka. Pengen ketawa, tapi takutnya mereka langsung kabur karena tiba-tiba mendengar suara perempuan tertawa di kamar mandi. #Saya juga pasti kabur tuh, kalau dengar yang begituan. Untungnya belum pernah, alhamdulillah. Hehehe
Walau hati saya geli, saya tahan dan langsung teriak lagi, "Ini kakak, tum... Ini Mba Yanet, Rio..."

Mendengar kata-kata saya, mereka langsung sadar. "Ya Allah, si Mba Yanet... Kapan masuknya, Mba? Tiba-tiba aja ada di dalem. Pake tereak-tereak lagi, minta tolong. Kirain makhluk halus, Mba.. Ah, si embak..", protes Rio.

"Pas Rio tadi dorong pintu, sebenernya saya udah di dalam, Yo", jawab saya.

"Lah, lampunya pake kagak dinyalain lagi. Kirain kagak ada orangnya, Mba.. Bilang-bilang kek kalo ada Mba di situ. Adooh, si Mba Yaneeet", katanya lagi. Mungkin gemes karena sempat merasa ditakut-takuti.
#Padahal beneran loh, saya tidak ada niat sama sekali. :p hehe

"Iya, Kak Yanet. Bikin kaget aja", kata Artum, ikutan protes. Mungkin dia yang paling sawan karena namanya yang saya panggil berkali-kali.

"Sori tum, yo... Saya cuma minta tolong kalo udah pada selesai ganti bajunya. Minta tolong ambilin jaket saya yang di atas meja depan...", kata saya. Masih dari dalam kamar mandi.

"Iye Mba, ntar saya ambilin. Ini udah mau kelar. Si Artum belum kelar. Cuma caranya itu lo, nakut-nakutin gitu. Haadooh, si embak", kata Rio lagi dengan nada becanda, cuma masih protes. Mungkin kesal-kesal gimanaa gitu ya, sama saya. Hehehe.

"Makasih ya, Yo... Iyo baiiik deh!", kata saya. Cengengesan sendiri di kamar mandi, kayak orang gila.

Selesai ganti baju, kami bertiga tertawa mengingat kejadian barusan. Tak lama, (akhirnya) Kanda datang. Saya pun menceritakannya, dan Kanda tertawa-tawa bersama Artum dan Rio yang sepertinya kesal tak belawan dengan kelakuan saya tadi. Hehehe...

PS: Buat Artum dan Rio, sori banget.. Saya benar-benar tidak ada niat nakut-nakutin lho... (^_^)v hehehe