12.27.2012

Cooking with the Dog [Video Tutorial]

Hehe, jangan salah sangka dulu ya, dengan judulnya. Ini hanya cerita tentang Cooking With the Dog..

Be te we, apaan sih, cooking with the dog?
:))
Begini, beberapa pekan belakangan ini saya keranjingan menonton video tutorial masak dari channel Cooking with the Dog. Mungkin bawaan bosan makan karena hanya mengolah lauk dan sayur itu-itu saja. Kami sih tidak kere-kere amat sampai tidak bisa beli berbagai lauk-pauk dan sayur-mayur. Tapi mengingat berbagai bahan makanan di sini harus lebih diwaspadai (formalin, boraks, pewarna, timbal, gelonggongan, tiren, daging tak halal, dsb), maka saya dan Kanda memang berkomitmen tidak terlalu sering jajan di luar (lagi) dan tidak terlalu sering membeli bahan makanan yang biasanya di"palsu"kan. Untuk jaga-jaga saja.

Mungkin teman-teman berpikir kami terlalu paranoid, tapi setahun lebih berada di kota kami sekarang ini, kami sudah pernah mengalami suka-dan-duka makan di luar.

Pernah suatu kali kami diajak makan bakso oleh teman yang baru dapat proyek. Yang kami temukan, telur palsu.
#Kalau telur saja dipalsukan, jadi bertanya-tanya: daging apa yang digunakan?

Saat makan somay, ketemu telur palsu lagi.
#Teman-teman tahu kan bedanya telur palsu dengan telur asli? (Silakan nonton reportase investigasi, hehe)

Saat jalan-jalan dengan teman, kami mendapat cerita tentang bakso terkenal yang secara hasil uji laboratorium ternyata dicampur daging babi, eh, tikus. Untungnya kami tidak pernah makan di tempat tersebut.
#Gara-gara ini, saya jadi agak geli makan bakso. (-__-") ~kecuali giling dan bentuk sendiri.
Belum lagi tentang bakso yang dicampur boraks.. Aduuh, tega sekali sama makanan...

Tahu, sangat berbeda dengan tahu di daerah asal kami yang lembut. Entah mungkin karena komposisi bahan atau cara mengolah yang berbeda di tiap tempat (jadi ini bukan generalisasi), tapi tahu-tahu di sini rawan formalin. Dan pewarna...
#Warna kuningnya nggak nahan! Kalau diperhatikan berbeda dengan warna kunyit.

Ikan dan seafood lainnya, jangan ditanya. Selain harganya mahal (karena jauh dari laut), biasanya sudah tidak segar. Rawan formalin. Ada yang bagus, tapi biasanya jauh lebih mahal untuk dikonsumsi sering-sering. Dan perlu hati-hati dengan tiram (padahal saya sangat suka tiram), karena menurut berita, kadar timbal dan polutan berbahaya lain di perairan teluk Jakarta tempat pemasok tiram di sini sudah berada di atas ambang batas.

Daging ayam, jika pandai memilih, maka kita selamat. Harus hati-hati terutama karena ada pedagang nakal yang menjual ayam tiren (mati kemaren).

Daging? Sedang mahal, bos... Hehe

Maka pilihan teraman jatuh pada tempe dan telur. Bukan masalah bagi saya karena setidaknya saya masih mau dan bisa makan keduanya. Tapi jika harus setiap hari...?
(.'.) ~ ('.') ~ (.'.) ~ ('.') --> guling-guling

Saya bersyukur masih dapat makan, hanya perlu variasi dalam mengolah, atau melihat makanan tersebut dari sisi yang berbeda.

Nah, ketika mencari-cari cara masak, secara tidak sengaja saya ketemu channel Cooking with the Dog itu. ^v^

Cooking with the dog merupakan channel youtube yang cukup unik. CWTD membagi step-by-step tutorial cara masak berbagai makanan Jepang secara visual dengan cara yang mudah dimengerti dan pengambilan gambar yang sangat baik. Saat menge-shoot cara memasak, kamera fokus pada tangan dan teknik apa yang dilakukan sang chef, bukan wajahnya, atau bajunya. Bravo!! Akhirnya nemu tutorial masak yang bagus seperti ini.

Chef di channel ini adalah chef wanita yang mungkin berusia lebih dari 50 tahun. Penampilannya biasa saja, pakaian rapih dan gaya yang canggung khas jepang. Walau begitu, keahlian memasaknya boleh diacungi jempol. Saya senang melihat cara chef memotong daun bawang, bawang putih, dan ikan. :))

Dan yang paling saya suka dari channel ini adalah sang host: Francis!
#Yeeey! #Tepuk tangan #Sorak sorai

Siapa Francis?
Hehe

Dari nama channelnya, agaknya teman-teman tau (si)apa dia... ^_^

Francis adalah anjing poodle. Penampilannya lucu karena biasanya didandani dengan ikat rambut, topi, atau baju. Pada setiap awal video, Francis akan mengucapkan:
"Hi, I am Francis, the host of this show "Cooking with Dog"

Beberapa gaya Francis yang lucu
Walau hanya duduk di samping kompor, dengan mata yang kadang terkantuk-kantuk, si Francis tetap setia menemani Chef memasak. Dubber (pengisi suara) Francis juga tak kalah lucu. Dengan cara penyebutan/pronaunciation yang unik dan khas jepang, sangat menarik untuk menyimaknya.

Hanya sajaaa...
Yah, seperti pada masakan jepang pada umumnya, tidak halal. Bukan karena di dalamnya ada daging anjing (cooking the dog, wkwkwk), tapi karena biasanya bahan-bahan yang digunakan tidak halal.

Sebut saja pork (daging babi) yang umum digunakan dalam masakan jepang. Atau sake, yang bahkan ketika memasak seafood seperti udang pun tetap digunakan). Atau mirin, yang juga merupakan bahan beralkohol. Atau wine, yang digunakan ketika membuat kue tart sponge..

Oh lalaa..
Pantas saja ada teman muslim yang ikut program S2 di jepang yang kesusahan makan..

Beberapa bloopers lucu di video CWTD
Tapi, saya sih ambil yang baik-baiknya saja ya.
Saya bisa bersenyum melihat gaya si Francis dan blooper yang lucu di akhir video, sekaligus terkagum dengan kemampuan Chef menggunakan pisau dan teknik memasak yang bersih, rapi dan cekatan yang insyaallah bisa diterapkan pada daging dan bahan makanan halal.

Gara-gara menonton video-video tutorial CWTD itu, saya jadi semangat untuk belajar masak lebih giat dan mensyukuri makanan yang kami punya (meskipun jauh dari tampilan masakan mewah). "Setidaknya" makanan kami halalan toyiban, apa lagi yang lebih berharga dari itu?
#hayo bersyukur

:D

Bagi yang penasaran, intip saja Francis di sini yaa..
Japanese Food + Dog = Cooking with Dog (It's not what you think...) Tutorial bikin kuenya keren lho! ;)