5.23.2016

Catatan Kecil Hari Ini

Sebenarnya saya terlalu sedih untuk nge-blog hari ini. Dua hari lalu sekitar jam segini, Berry, bayi kucing kesayangan saya menghembuskan nafas terakhirnya di telapak tangan saya, mengerang kesakitan lalu terlihat tidur lelap. Rasa kehilangan ini masih terasa dalam. Sampai sekarang saya masih terbayang-bayang kepadanya. Wajahnya di saat-saat awal kami berjumpa, wajahnya ketika ceria bermain dengan saya, ketika haus, dan mata sayunya yang menatap saya ketika detik-detik terakhir kehidupannya. Dan itu hampir selalu membuat saya menangis. Saya rindu dan merasa bersalah.

Sarasuberry, my lovely little kitten..

Tiap membuka kamar, melihat sudut belakang pintu, kotak kardus tempatnya tidur dan bermain, lampu pijar yang setia menghangatkannya selama tidak mati lampu, botol susu kecil khusus untuk bayi kucing, termos air panas, wadah susu formula bayi kucing, baju bekas untuk alasnya tidur, botol air penghangat, wastafel tempat saya mencuci botol susunya, bekas cakaran kecil di punggung tangan ini; saya hampir selalu menangis.

Bagi sebagian orang, ini mungkin berlebihan, kelewatan. Masak bayi kucing mati saja sedih. Tapi terserah. Mereka berkata demikian karena tidak melewatkan waktu bersama Berry seperti saya. Maka itu haknya menilai saya, tapi hak saya pula menghargai perasaan diri sendiri.

Berry memang banyak menyita waktu saya, terutama karena ia masih bayi dan memerlukan banyak perhatian. Saya tidak banyak keluar, kecuali benar-benar terpaksa, seperti membawa Berry ke dokter hewan. Menyedihkan? Tidak, saya menikmatinya. Saya suka bermain dengannya, atau sekadar melihatnya tidur dalam kotak kardus, lalu bangun dan minta diambil sambil minum susu dari botol susu kecil yang Kanda belikan khusus untuk Berry. Kanda dan orang serumah juga sayang kepada Berry.

Saya memang belum pernah merawat kucing sebelumnya, apalagi bayi kucing kecil baru lahir seperti Berry, dan tak pernah berniat, dan tak pernah menyangka kalau saya akan sangat menikmatinya. Saya sangat berharap Berry bisa tumbuh besar dan sehat seperti kucing-kucing lain. Rasanya itu harapan yang sederhana.

Dan ketika nikmat itu Allah cabut sekali lagi, seperti dulu atas Tama (dan terlebih, tentu saja, Weissar), rasanya hati ini campur aduk. Saya masih terus bertanya-tanya, mengapa Allah memilih kami untuk merasakan ini berulang kali?

Cerita Berry kurang lebih cerita Tama dulu: ditemukan tak berdaya oleh Kanda, lalu kami merawatnya sebaik mungkin. Mereka sempat menunjukkan hasil yang baik tapi sekitar 2 pekan kemudian mereka berpulang kepada Sang Pencipta yang menitipkan mereka kepada kami yang tak punya kuasa sedikitpun menghalangi kematian.

Beberapa bulan berselang dari kisah Tama, kisah Ananda Weissar tercinta pun hampir serupa walau tak sama. Sekitar 2 pekan sebelum hari kelahirannya, hasil pemeriksaan kandungan ke bidan dan dokter menunjukkan bahwa ia sehat walafiat, jantungnya terdengar kuat, air ketuban cukup, dan posisi baik. Tidak ada yang mengkhawatirkan, sebagaimana pemeriksaan rutin tiap bulan yang saya lakukan. Tapi begitulah, ketika Allah akan mengambil titipan-Nya maka itu yang akan terjadi. Bayi kami IUFD. Di hari perkiraan lahirnya, jantungnya tak lagi berdetak, sekeras apapun kami berdoa, menangis, dan berharap. Ia tak kembali.

Dan ketika kisah ini berulang, meskipun hanya atas bayi kucing yang tak sengaja dirawat, saya merasa sedih. Kesedihan saya kumat walaupun saya tidak menginginkannya. Tiap menutup mata, saya terbayang-bayang masa-masa pahit itu. Mengapa saya harus mengalaminya? Apa hikmah ini semua? Apakah ini percobaan lagi, atas kehilangan yang lebih besar dan lebih menyakitkan? Atau mungkin ini kesedihan terakhir yang akan saya rasakan?

Memikirkan ini membuat saya sakit kepala.

Tapi saya menolak untuk menyerah. Mungkin ini pengingat akan kematian, dan saya masih akan menangis kapanpun mengingatnya. Tapi tak mengapa. Toh tidak semua air mata itu jahat*. Saya akan bangkit. Kenangan manis tentang Berry yang belum sempat saya post sebelumnya insyaallah akan tetap saya post di blog ini sesuai tanggal saya menulisnya. Maaf jika ada pembaca yang merasa terganggu atas itu. Saya hanya ingin kenangan indah tetap hidup walaupun hanya dalam tulisan.

Teman-teman juga ya, tuliskanlah kenangan baik tentang kesayangan teman-teman, sebelum semuanya terlambat. Terserah apakah akan disebarkan atau tidak. Untuk saya, saya akan tetap berbagi di blog kenangan manis ini. Saya ingin mengenang kebaikan yang saya rasakan sebagai pelipur lara, biar tetap semangat. Menulis membuat saya sadar dan terus belajar, dan semoga tetap ada kebaikan bagi orang lain yang membacanya.

*quote Gandalf The White (Lord of The Rings)
**maaf kolom komentar untuk postingan kali ini dinonaktifkan..