"Bagaimana jika ... ", kataku dalam kalbu
Ah, tapi cepat-cepat kuhentikan
Teringat ucapan "seandainya kalau" adalah pintu jebakan setan
Tapi serius
Tiap kali kumenyesali sesuatu, hampir selalu kukatakan
"Bagaimana jika"
Ya, bagaimana jika momen buruk itu tak kutemui?
Bagaimana jika hal di luar rencana itu tak kujalani?
Apakah semua akan sama?
Hm, selas tidak!
Tapi apa? Karena pasti ada
Aku hanya dapat menunggu
Menunggu pemahaman itu muncul
Menunggu pengertian itu lahir
Kesadaran bahwa akan ada sesuatu yang menunggu untuk dipahami dan dimengerti itu memudarkan penyesalanku
Takkan mungkin sesuatu terjadi tanpa maksud
Tidak ada yang namanya kebetulan
Lucunya, seringkali, yang berada di ujung penantian itu selalu manis
Atau minimal aku sadar bahwa itulah yang terbaik
Pemahaman itu yang aku ingatkan selalu
Bahwa pertemuan dengan apapun yang menyebalkan mengajarkan sesuatu
Dan perpisahan dengan apapun yang menyenangkan mengajarkan sesuatu
Bahwa riak kehidupan seseorang mungkin akan bersinggungan dengan yang lain, berdampak, dan mempengaruhi cerita berikutnya
Kulihat lagi foto-foto di kala itu, lalu bergumam sendirian
"Jika tidak kujalani masa lalu, takkan sampai kumenjadi seperti sekarang"
Jika kumembenci diriku yang sekarang
Maka kuberdoa pemahaman itu segera datang
Kota Terigas, 03 02 23