7.30.2015

Mie Ramen Oishii

Dua hari yang lalu, kakak mengajak saya ke salah satu kedai ramen di kota kami. Saya tak menolak dong. Apalagi semalam sebelumnya, adik-adik les yang berlebaran ke rumah berkata mereka akan pergi ke kedai ramen sepulangnya dari rumah saya. Ah, pucuk dicinta ulam pun tiba, kalau kata pepatah... :D



Sepanjang pengetahuan saya yang baru pulang rantau sebulan lebih lalu, setidaknya sudah ada 3 kedai ramen di kota Pontianak. Ini yang saya tahu saja ya, karena bisa jadi lebih banyak lagi.

Yang pertama, di Jalan Ketapang. Saya lupa nama kedainya. Dulu kakak juga pernah mengajak saya makan berdua disana. Sekitar 2 tahun lalu, waktu masih hamil, masih susah makan nasi. Selain itu, kakak dan abang pernah beberapa kali membelikan, dibungkus, agar bisa saya nikmati di rumah.

Kedai ramen lain yang saya tahu adalah di Jalan Podomoro. Kedai inilah yang jadi tujuan adik-adik les saya malam sebelumnya itu, tapi ternyata mereka tidak jadi ke sana karena kemalaman. Ngantuk katanya. -_- Dasar bocahh.. Kabarnya sih kedai ini buka sampai jam 10 malam. Kurang tahu juga. Yang jelas saya sering lihat tiap kali melewatinya waktu berkunjung ke rumah ibuk (mertua), tapi belum pernah singgah.

Kedai ramen terakhir yang baru saya tahu adalah yang di Jalan Sepakat dekat kampus untan. Sebelumnya saya belum pernah lihat, hanya dengar cerita saja. Karena lokasinya paling dekat dengan rumah orang tua kami, maka kedai inilah yang jadi target kami. Namanya kedai ramen Oishii.

Siang hari kami berdua ke kedai ramen tersebut, jam istirahat makan siang. Kalau dari Jalan A Yani, agak jauh masuk sampai ke belakang, di deretan ruko sebelah kiri. Cukup mudah ditemukan karena ada plang namanya.




Pas masuk, nuansa vintage terasa. Mulai dari dekorasi, perabot, sampai lagu yang terdengar sayup-sayup. Kata kakak, di sini pengunjung diperbolehkan berfoto sesukanya. Yang membatasi mungkin hanya rasa malu, malu diperhatikan orang lain, misalnya. Hhihi. Beruntung waktu awal kami datang, ruangan belum penuh, jadi sempat foto-foto.

Nah berhubung di kedai ramen, tentunya kami pesan ramen dong. Saya dan kakak sama-sama memesan seporsi ramen ayam, takoyaki, dan segelas teh hangat.

FYi. Di kedai ini ada 4 varian topping, yaitu original ramen, chicken ramen, beef ramen, dan tomyam ramen. Harga satu porsi ramen (per Juli 2015) berkisar antara 18 ribu sampai 22 ribu, tergantung topping.

Selain mie ramen, ada juga menu lain seperti takoyaki, onigiri, dan nobikare. Untuk takoyaki, ada berbagai macam varian isian: takoyaki (rasa original, isi gurita), ebiyaki (isi udang), kaniyaki (isi crabstick), nikuyaki (isi sosis), ikayaki (isi cumi), chizuyaki (isi keju). Per Juli 2015, harga takoyaki berkisar antara 12 sampai 15 ribu (tergantung isi), adapun onigiri maupun nobikare seharga 22 ribu per porsi.




Pertama melihat porsi ramennya, saya dan kakak sepakat, terlalu sedikit. Entah apakah mangkuk sajinya yang terlalu besar, tapi yang jelas selesai makan saya yakin porsinya memang tidak terlalu mengenyangkan.

Untuk rasa, saya suka. Walaupun setahu saya kuliner jepang itu minim bumbu dan rasa (biasanya hanya mengandalkan kesegaran bahan yang digunakan, kurang berbumbu seperti kuliner Indonesia) tapi saya suka. Mungkin karena lidah saya lidah orang Indonesia yang terbiasa dengan bumbu dan rasa yang semarak, ya, jadi gitu deh. Hehe. Cuma kurang pedas. Di setiap meja disediakan bubuk cabe untuk menambah rasa pedas, tapi berhubung lidah saya ini sudah kelewatan toleran dengan pedas, jadi tidak ada pengaruh. Sebenarnya saya penasaran dengan wasabi dan berharap ada wasabi di sini, tapi tidak ada. Heuheu..




Untuk takoyakinya, kami coba 2 jenis isian. Kakak memesan kaniyaki sedangkan saya memesan chizuyaki. Kaniyaki nya enak. Saya suka. Kalau chizuyaki nya, saya tidak menyangka membuat saya eneg. Yang tadinya makan ramen tidak kenyang, setelah makan chizuyaki langsung kenyang. Hehehe

Tak ada gading yang tak retak. Kalau menurut saya, kedai ramen ini boleh lah untuk dicoba. Walaupun ada beberapa hal yang membuat saya kurang sreg, misalnya masalah harga. Untuk lokasi yang jauh dari jalan utama dan termasuk domisili para mahasiswa, harganya terlalu "nge-mall", kurang cocok untuk kantong mahasiswa.

Hal lain yang membuat saya kurang sreg adalah masalah kenyamanan. Suasananya sih enak, unik seperti yang saya ceritakan sebelumnya. Tapi waktu ramai, ruangan langsung terasa panas. Gerah. Memang sudah ada kipas angin di dekat pintu, tapi tidak cukup. Selain itu, masalah kenyamanan lain adalah dari segi tempat duduk. Meskipun matching dengan tema, tapi tempat duduk kedai ini (di ruangan dalam) sangat tidak nyaman diduduki. Saya serius dengan kata "sangat" di atas. Bikin bokong sakit euy.. :p

Harapan saya, semoga ke depan kedai ramen ini semakin baik dan mengedepankan kenyamanan pengujungnya. Selamat makan ramen yaa.. ^^