Ce kwe adalah salah satu kuliner enak dari daerah saya, Kalimantan Barat. Mungkin bisa ditemukan di tempat lain, tapi sayangnya sulit sekali ditemukan tanah rantau kami dulu, makanya berkesan. Apalagi rasanya yang enak, bikin ketagihan. Hmm.. Yummy!
Orang yang tinggal di Pontianak mungkin sudah familiar dengan kue yang kental budaya china nya ini. Maklum, Kalimantan Barat kan didominasi oleh 3 etnis (Dayak, Melayu, China) jadi tidak heran kalau saling mempengaruhi.
Dulu, waktu saya kecil, makan ce kwe kadang ragu-ragu. Soalnya kebanyakan pembuat kue ini adalah orang china sangat terbiasa menggunakan minyak babi yang notabene dilarang di agama islam. Ada sih pembuat kue dari etnis lain yang muslim, tapi biasanya hasilnya beda. Terutama dari ketebalan kulit yang mempengaruhi tampilan. Ya, namanya juga beda tangan, beda pula hasilnya.
Beruntung di tahun belakangan, pembuat ce kwe muslim sudah mulai banyak yang lihai membuat ce kwe halal. Artinya, tanpa minyak babi. Makan ce kwe pun bisa tenang.
Sekadar info singkat. Ce kwe itu mungkin bisa dikategorikan semacam dimsum. Kulit ce kwe terbuat dari tepung beras sedangkan isiannya berupa tumisan. Setelah tumisan dimasukkan ke kulit, kue dikukus. Untuk penyajiannya, bawang putih goreng ditaburkan di atasnya, plus sambal sesuai selera. Ah, ya, :
.
Semalam, alhamdulillah, dapat rejeki ce kwe dari rekan kerja mama' bernama tante Tina. Tidak seperti ce kwe pada umumnya (yang berbentuk setengah lingkaran seperti korket), ce kwe pemberian tante Tina berbentuk bulat pipih. Tapi itu tidak masalah karena rasany normal: yummy! :D Isian ce kwe ada beberapa macam, misalnya bengkoang, kucai, dan talas. Saya paling suka ce kwe dengan isian bengkoang. Kalau kamu, teman, pernah coba ce kwe? Kalau sudah, apa rasa favoritmu? Kalau belum, jangan lupa dicoba kalau berkunjung ke pontianak yaa. ^~*