Full team! Ki-ka: Artum, Pak Guriang, Anggi, Jani, Yanet |
Usai sholat subuh, saya dan suami dijemput oleh Pak Guriang dan Anggi, lalu menjemput Artum. Sebenarnya rencana berangkat lebih awal untuk menghindari macet, maklum hari libur. Tapi karena satu dan lain hal, kami baru berangkat dari Bogor sekitar setengah enam pagi. Untunglah jalanan tidak terlalu padat, tapi juga tidak terlalu lengang sih. Perjalanan kami terhitung lancar.
Resepsi dimulai pukul 11 sampai 2 siang. Kami masih punya waktu yang cukup untuk perjalanan santai. Dua kali singgah di rest area untuk beristiahat, belanja cemilan, dan buang air kecil, satu kali sekalian isi bensin 200 ribu. Pemandangan menuju Bandung cukup menghibur hati, apalagi sambil bercanda dengan teman-teman.. :)
Pemandangan sawah terasering selalu membuat saya kagum. Maklum Pontianak tanahnya datar.. #sepok |
Acara yang akan kami hadiri berlangsung di salah satu gedung di Jalan Aceh, dekat dengan Gedung Sate (dilihat dari peta undangan). Perjalanan agak terhambat karena ada demo damai yang dilakukan massa HTI yang berkonvoi jalan kaki di sekitar Gedung Sate. Cukup ramai. Berhubung kami berlima bukan orang Bandung, (Anggi dan Artum biasa ke Bandung tapi tidak hafal jalan) jadi muter-muter deh nyari jalan alternatif ke Jalan Aceh. Alhamdulillah berkat aplikasi google map
Kami tidak terlalu lama di sana. Setelah menuliskan nama di buku tamu, masuk gedung, dan berdiri sebentar menikmati suasana, kami segera masuk antrian ke pelaminan untuk mengucap selamat kepada pengantin baru dan orang tua di pelaminan, lalu makan, tukar suvenir, lalu pulang. Kami tidak keliling mencicip makanan yang ada seperti waktu pesta pernikahan Tya dulu, soalnya sudah kenyang makan nasi. Alhamdulillah, nikmat sekali sajiannya. :)
Ini waktu baru masuk gedung. Eh, posisi tangannya beda-beda ya.. :D |
Oh ya. Saya terkesan dengan Mamanya Icha yang menyapa saya dan suami dengan ramah. Ternyata beliau masih ingat dengan saya dan suami. Aww.. Padahal baru bertemu satu kali waktu wisuda Icha dulu. Saya tak menyangka. :) Sayangnya tidak bisa berfoto dengan pengantin karena ramai. :( Tapi tak apa, yang penting sudah memenuhi undangan sebagai perwakilan kelas. Alhamdulillah.. ^^
Untuk Icha dan Ayip, semoga jadi keluarga sakinah mawaddah warahmah, aamiin..
Di tengah pesta, kami ketemu beberapa dosen seperti Bu Is, Pak Ian, Bu Indung. Sempat lama berbincang dengan Bu Is dan Pak Ian karena kami mengambil sajian yang sama. Rupanya Pak Ian akan pulang bersama kami, jadi setelah foto-foto sebentar dengan Bu Is, kami (sekarang berenam) pulang.
Emm.. Tepatnya tidak langsung pulang sih, tapi singgah-singgah dulu. Di perjalanan pulang, sempat singgah ke masjid Al Irsyad di Kota Baru Parahyangan Bandung untuk sholat.
Di depan Masjid Al Irsyad Kota Baru Parahyangan Bandung |
Tapii... Anggi lupa jalan menuju ke tempat penjualan nata de coco nya. Jadi, harus muter-muter
Penampakan nata de coco H. Agus S.. |
Selain nata de coco, ada banyak oleh-oleh lain, tapi saya tidak tertarik jadi hanya beli manisan sari kelapa (karena penasaran). Kami juga sempat singgah sebentar di sebuah supermarket, membeli cemilan lagi. Duh, perut, makan teruss..
Perjalanan berlanjut, saya tidak terlalu sadar karena lebih banyak tidur setelah cemilan habis. Pemandangan puncak pun berkabut, jadi tidak terlalu bisa dinikmati. Selain tidur, kadang saya mendengarkan Pak Ian cerita tentang banyak hal dan berdiskusi. Salah satunya tentang kuliah umum Dr Burley beberapa hari sebelumnya. Seru. Tapi setelah energi habis, ya saya tidur lagi. hehe.
Magrib pun tiba. Kami berhenti di masjid Atta'awun Puncak Pass, ternyata parkir penuh. Pak Guriang khawatir memarkirkan mobil adiknya yang kami tumpangi di pinggir jalan. Beresiko sih. Plus jalan padat merayap. Jalan turun via puncak memang ramai petang itu. Jadi batal singgah, lanjut jalan agar lebih cepat sampai di Bogor. Sholat dijama' di rumah.
Oh ya, kami sempat singgah sekejap beli peuyeum
Penampakan peuyeum yang dibeli.. |
Sampai di Bogor sekitar pukul setengah 9 malam, kami mengantar Artum dulu di Sempur, lalu Pak Ian di Jalan Baru, lalu saya dan suami di Cibeureum Petir. Sampai di rumah kami sekitar jam 9 malam. Anggi dan Pak Guriang sempat singgah ke rumah, beristirahat sejenak, lalu bersama kami makan nasi dan mie goreng di warung cak Roni di depan kompleks, baru deh pisah. Pak Guriang masih harus melanjutkan perjalanan ke Cibubur. Anggi sudah menawarkan menginap di kosan nya (btw Anggi ini cowok lho ya!), tapi beliau menolak karena Ibunya menunggu di Cibubur.
Pulang ke rumah, huwah, rasanya badan pegal-pegal. Padahal tidak menyetir. Malam itu saya dan suami tepar, tertidur di ruang tamu. Besok paginya kami makan nata de coco dan peuyeum yang dibeli sambil tertawa-tawa mengingat cerita sehari sebelumnya. Saya akan merindukan momen ini.. :)