5.12.2015

Karena Hape yang Terlupa

Selepas kuliah umum Dr Burley dan menemui Prof Hadi untuk konsultasi, agenda saya kemarin adalah konsultasi ke Bu Nunung, setelah itu menemani Kanda ke rumah Artum di kota. Tapi ternyata Bu Nunung sedang di luar kota, jadi saya sholat ashar di mushola kampus setelah sebelumnya ke kamar mandi memenuhi panggilan alam semesta, hehe. Selepas sholat saya mengintip tempat saya dan suami berpisah waktu saya mengikuti langkah Prof ke ruangannya, mengecek apakah suami saya masih ada di sana. Ternyata tidak ada. Waduh, padahal saya lupa bawa hape *baru sadar*. "Gimana nih..", batin saya.

Bingung deh!
Otokeee?
(credit: Petras Gagilas/flickr)

Di kampus yang luas ini, tidak bawa hape rasanya seperti terdampar di padang pasir. Lebay :p Yah, mungkin tidak akan jadi masalah kalau bisa saling kontak-kontakan pas terpisah, tapi kalau kondisinya lupa bawa hape atau hape padam karena habis baterai, wew, ribet. Cobain deh! hehe.

Seperti kemarin itu...

Usai sholat di musholla, saya turun ke level 3 (lantai dasar Fakultas Pertanian), jalan ke depan tangga utama fakultas, lalu ke dekat tangga jurusan,lihat-lihat sekeliling, lalu ke parkiran dekat agrimart 2 (nama swalayan di dalam kampus) sambil melihat ke arah bangku panjang beratap tempat kami sering duduk dulu. Ah, tidak ada, cuma ada abang-abang ojek. Jadi saya berputar balik. Untuk menenangkan diri, saya duduk di halte pertanian. Sendirian di situ, berharap Kanda melihat saya, tapi tidak ada. Halte kembali dipenuhi oleh mahasiswi yang mau menumpang bis kampus. Saya tidak memakai jam tangan dan tidak bawa hape, jadi kurang tahu waktu, tapi kalau dilihat dari keadaan itu (ada satu bis kampus yang berhenti di halte), jadi saya perkirakan saat itu sekitar pukul 4 lewat. Entahlah lewat berapa.

Setelah dari halte, saya berjalan naik kembali ke lantai 6 (lantainya ruangan Prof Hadi), ke tempat dulu Kanda pernah menunggu waktu saya berkonsultasi dengan Prof. Kebetulan kemarin Kanda membawa kamera, jadi saya pikir ia mungkin keasyikan mengambil foto sampai-sampai tidak tahu kalau saya sudah turun. Tapi ternyata tidak ada.

Saya turun ke lantai 5 (lantainya ruangan Bu Nunung), ke tempat biasanya Kanda menunggu waktu saya berkonsultasi dengan Bu Nunung. Apalagi pas di rumah saya sudah bilang mau bertemu kedua dosbing saya hari ini, tanpa tahu kalau Bu Nunung ke luar kota, jadi kemungkinan Kanda mengira saya ke tempat Bu Nunung. Tapi ternyata tidak ada juga. Saya ke wing fakultas, berharap Kanda menunggu di meja pantry dekat dapur, tempat kami dan Artum dulu duduk menunggu dosen. Ternyata tidak ada juga.

Ah, kemana gerangan suami saya berada..

Saya turun ke lantai 4 dari tangga utama, membelok sebentar ke lorong lab AGH untuk mengintip ke deretan kursi panjang tempat Kanda biasanya online gratisan. Ah, mana mungkin, batin saya. Kan Kanda tidak bawa laptop tadi. Saya memastikan dari jauh, tidak ada. Lalu saya turun kembali ke lantai 3 lewat tangga utama, kali ini dengan mengintip ke arah bengkel ARL. Ramai anak S1 mengerjakan tugas. Keberadaan Kanda masih nihil.

Tiba-tiba kepala saya sakit. Mungkin perpaduan antara dehidrasi dan kepikiran. Akhirnya saya putuskan ke tempat parkir dekat agrimart lagi. Berharap perkiraan saya tidak salah, mengingat kebiasaan baru Kanda. Sejak pindah kontrakan hampir sebulan lalu, saya perhatikan Kanda selalu parkir di depan pusat suvenir IPB, di Bara. Dengan parkir di sini, kami jadi lebih cepat ke kampus melalui tembok Berlin di Bara, daripada harus bermacet ria melalui gerbang utama. Beruntung saya ingat ini, jadi saya ke arah Agrimart 2, ke parkiran depan pusat suvenir. Mata saya jelalatan memperhatikan motor-motor yang diparkir di situ. Yak! Ada motor kami. Dua kali saya bolak-balik untuk memastikan diri, sampai-sampai saya dipelototin tukang parkirnya. Hehe.

Oke, sampai di situ hati saya cukup tenang karena bagaimanapun Kanda akan kembali ke motor. Tapi kapan, entahlah. Pokoknya saya pikir itu opsi yang paling aman saat itu mengingat kami tidak bisa saling kontak. Karena lama menunggu dan kepala masih sakit, saya masuk ke Argimart untuk membeli air minum. Saya minum airnya di tempat duduk di bawah pohon rindang depan agrimart, tapi rasanya tidak afdhol kalau tidak melihat motornya, jadi saya pindah posisi ke tempat duduk depan parkiran pusat suvenir.

Sebenarnya saya ada perasaan ingin sekalian mengkopi sesuatu di Bara, tapi urung karena khawatir nanti Kanda ke motor saya tidak ada. Kalau Kanda pulang duluan, bisa gawat. Keenakan naik motor selama ini, saya lupa jurusan angkot untuk pulang ke rumah kontrakan baru. Masak jalan kaki kan.. Heuheu

Langit mulai gelap. Adzan magrib pun berkumandang. Air teh botol yang saya beli sudah tinggal sedikit. Tapi Kanda belum juga kelihatan batang hidungnya. Saya sempat berpikir, apakah harus menunggu dengan bengong sementara waktu sholat yang pendek berlalu? Untunglah tak lama kemudian Kanda muncul dari arah kampus. Alhamdulillah...

Ternyata Kanda tidak sadar kalau saya tidak membawa hape karena waktu ditelfon nomor saya aktif. Ia pikir saya sengaja tidak mengangkat karena sedang konsul. Apalagi saya pernah konsultasi sampai sore. Yang bikin saya tengsin, ternyata saat saya keliling kampus mencarinya, Kanda sedang santai di warnet Bara. "Kan udah sms" katanya... :D Tahu gitu saya ngopi berkas deh. hehe. Eh tapi bisa jadi malah tak ketemu karena rupanya Kanda mencari saya ke lantai 6, sebelum ke parkiran itu. Sebelum ke warnet pun ia rupanya sempat menunggu di lantai bawah wing yang sama dengan musholla tempat saya sholat ashar. Jadi ceritanya selisih jalan.. Seperti sinetron gitu. :p

Hikmahnya, jaman sekarang jangan lupa bawa hape yee. Ribet! Hehe.. Benar kan? Bacanya saja ribet dan capek, kan, apalagi kalau mengalami sendiri.. :D