Banjir adalah fenomena alam yang rutin terjadi di berbagai kota di Indonesia, termasuk di Kota Pontianak. Fenomena alam berdampak negatif ini membuat saya berpikir lebih jauh, apakah dulu di Pontianak juga kerap banjir? Yah, tidak mustahil sih, karena Kota Pontianak terletak di delta yang notabene rawan banjir (istilahnya, dataran banjir). Tapi, apakah dulu banjir terjadi sesering sekarang, sedalam sekarang, dan secepat sekarang?
Ada satu fakta yang membuat saya bangga, bahwa dulu ada julukan untuk Kota Pontianak yang sebenarnya dapat menjadi solusi bagi banjir Kota Pontianak saat ini. Sebelumnya, adakah yang tahu apa saja julukan Kota Pontianak?
Selain dijuluki sebagai Kota Khatulistiwa dan Kota Bersinar (BERsih-Sehat-Indah-Nyaman-Aman-Ramah), Kota Pontianak dijuluki sebagai:
Kota Seribu Parit
Yup! Kota Seribu Parit!
Saya sangat yakin, revitalisasi parit dapat menjadi salah satu solusi dalam menanggulangi banjir di Kota Pontianak yang berpermukaan relatif datar. Demikian juga untuk kota-kota dataran banjir lainnya. Apalagi dengan isu pemanasan global dan pencairan es di kutub, harusnya parit juga menjadi prioritas penanggulan banjir. Sayang, sekarang banyak parit yang menyempit atau mendangkal akibat euterofikasi, ada juga yang tersumbat karena tumpukan sampah, bahkan banyak pula parit yang sengaja ditutup. Akibatnya, setinggi apapun jalan, air yang seharusnya dialirkan melalui parit atau selokan akan selalu menggenang di jalan karena tidak dapat mengalir. Hujan beberapa jam saja, beberapa ruas jalan yang lebih rendah dari jalan lain akan tergenang. Kerugian banjir pasti ada. Kerugian materil, waktu, tenaga, dan capek batik (halah!).
Baiklah, saya sudahi sampai di sini. Semoga pemerintah baik di Kota Pontianak maupun kota lain berkasus serupa mau belajar dari masa lalu agar di masa yang akan datang dapat berhasil menanggulangi fenomena alam yang satu ini, Lebih hemat anggaran juga kan?! *Mak Irit mode on* :p