2.23.2015

Jalan-Jalan Ke Kota Tua Jakarta

Kamis pekan lalu, tanggal 19 Februari, saya dan keluarga jalan-jalan lagi. Tujuan perjalanan tersebut adalah Kota Tua Jakarta yang terletak di sebelah utara Jakarta, dekat dengan Stasiun Jakarta Kota.

Jalan-Jalan Ke Kota Tua Jakarta
photo by Janirto Paradise

Jalan-jalan kali ini kami kurang persiapan alias agak dadakan. Memang sebelumnya sudah ada rencana mau ke kota tua membawa Bapak dan Mama', tapi saya pikir tidak di hari itu, mengingat Bapak dan Kanda sudah dua hari berturut-turut bolak-balik Bogor-Jakarta: tanggal 17 keduanya ke Mal Atrium Senen untuk membeli sparepart mobil; tanggal 18 keduanya ke Mal Metro Atom untuk service lensa kamera yang error.

Nah, karena kurang persiapan, jadi turun dari rumah pun agak siang. Sekitar pukul setengah sebelas siang. Sampai stasiun Bogor sekitar pukul setengah dua belas-an. Oh ya, di stasiun Bogor sudah ada toilet gratisan lho. Sayangnya jumlahnya masih terbatas, jadi antrinya panjaaang. Kelamaan ngantri bisa-bisa ketinggalan kereta. Doakan saja jumlahnya diperbanyak sehingga bisa melayani masyarakat lebih baik.

Untuk mencapai Kota Tua Jakarta, kami naik kereta jurusan Bogor-Jakarta Kota. Harga tiket hanya Rp.5000/orang. Kalau tidak salah, dari Bogor ke Jakarta Kota melewati sekitar 25 stasiun. Tiap 5 sampai 10 menit berhenti (mungkin sekitar 30 detik) di setiap stasiun. Yang saya ingat betul, hari itu kereta kami berangkat pukul 11.55 WIB dan sampai di stasiun Kota Tua pukul 13.30 WIB. Jadi perjalanan dari Stasiun Bogor ke Stasiun Jakarta Kota memakan waktu sekitar satu setengah jam-an.

Saya dan Mama' duduk di gerbong khusus wanita. Pas dekat stasiun Kota Tua baru kami berjalan ke gerbong depan mencari Bapak dan Kanda yang duduk di gerbong umum. Penumpang kereta tidak ramai lho, kami bisa narsis-narsisan sebentar sebelum kereta benar-benar sampai di stasiun. ^^

Di dalam komuter line


Di dalam komuter line

Sampai di stasiun, kami makan jagung rebus yang dibawa sebagai bekal dari rumah. Lumayan untuk mengganjal perut yang belum makan siang.

Istirahat di stasiun Jakarta Kota
Habis makan jagung rebus, senyum dulu.. ^^

Ih, tapi masih lapar! Berhubung Saya maupun Kanda hanya pernah beberapa kali ke tempat wisata ini dan selalu berupaya bawa bekal sendiri karena tahu harga makanan dan minuman di tempat wisata biasanya di atas harga normal, jadi kami kurang tahu mau mengajak Mama' dan Bapak makan dimana, yang manusiawi rasa maupun harganya. Karena bingung, ujung-ujungnya, kami makan di salah satu restoran fastfood ayam goreng yang terkenal. Ada di dalam stasiun, jadi tidak perlu repot keluar.

Masuk ke restoran, ya ampuuun, ramai! Panjaaang, jadinya lama. Jagung pengganjal perut pun habis fungsinya.. Saya antri ditemani Kanda sedangkan Mama' dan Bapak, alhamdulillah, dapat tempat duduk di ruang makan. Sebagai info, ruang makan dan ruang antri di resto fastfood tersebut terpisah sekat.

Oh ya, saat mengantri, ada kejadian lucu lho! Jadi waktu itu saya baru berada di antrian tengah. Tiba-tiba ada segerombolan anak muda dengan santainya masuk ke resto, menyelip di antara para pengantri. Awalnya saya pikir mereka mau masuk ruang makan karena temannya sudah memesan, eeh, taunya salah satu dari mereka dengan pede langsung menuju kasir dan berkata dengan suara lantang "Mas, aku mau pesen itu sama itu yah. (terus noleh ke temannya di sampingnya) Kamu mau yang mana?" dengan gaya yang cukup bossy dan pede. ~Gubraks!!

Kesal setengah hidup saya dibuatnya. Dimana otaknya? Dipikirnya kami berjejer rapi ngapain yak, seenaknya saja langsung pesan tanpa antri. Ruangan antri langsung riuh. Ternyata bukan cuma saya yang kesal, melainkan semua yang antri. Saya kurang ingat orang yang lain bilang apa, yang pasti Bapak-bapak di depan saya teriak "woi antri woi", sedang saya bilang "Bebek aja ngantri, malu dong sama bebek". Yang paling keren itu petugas kasirnya. Setelah si nona penyerobot dkk puas ngomong, dia baru bilang dengan sopan, tenang, dan yakin, "Maaf Mbak, silakan antri dulu". Aseeek.. :D

Dengar dari Kanda sih (yang bolak-balik ruang antri dan ruang makan), gerombolan remaja ini terlihat membuang malu dengan pura-pura duduk di kursi makan di ruang makan dulu sebelum akhirnya satu per satu keluar dari resto tersebut. Tidak bergerombol lagi seperti saat masuk. Mungkin supaya tidak terlalu mencolok kali ya. Tuh kan, makanya, antri supaya tidak lapar. ~eh?

Setelah 30 menit berdiri ngantri (sekitar pukul 14.35), akhirnya saya dapat giliran dilayani. Pesan ini itu untuk 4 orang, eh, nasinya belum masak. Ludes karena banyak pelanggan. Jadi kami harus menunggu sekitar 5-10 menitan lagi baru bisa makan. Untungnya saya ingat pesan sup hangat. Alhamdulillah nasi dan ayamnya pun segera menyusul.

Sekitar pukul 3 sore kami berempat baru selesai makan dan langsung keluar stasiun menuju Kota Tua Jakarta. Waa, ramai! Pas sampai di Fatahillah Square, saya agak-agak kecewa sebenarnya. Pertama museumnya sudah tutup. Kedua, terlalu ramai. Maklum, kami orang daerah agak kurang terbiasa desak-desakan, jadi kalau ada tempat yang terlalu ramai, yang geser kiri nyenggol geser kanan nyenggol, rasanya tidak nyaman. Beda dengan orang kota yang ruang privasinya kecil karena sudah terbiasa di tempat ramai.

Saya minta maaf sama Mama' dan Bapak karena tak menyangka suasananya akan seramai itu dan khawatir keduanya kecewa, tapi kata Mama', beliau tetap senang karena jalannya dengan anaknya. :')  Bapak juga bilang baru kali ini ke Kota Tua, tak menyangka kalau ada tempat seperti ini di dekat stasiun Jakarta Kota. Dulu waktu muda dan dikirim pelatihan di Jakarta, Bapak memang sering jalan-jalan sendiri atau dengan temannya naik kereta, bolak-balik antar stasiun (tapi tidak ke tempat rekreasi karena tidak ada yang mengantar). Makanya beliau kaget ternyata ada tempat rekreasi di dekat stasiun yang pernah dilaluinya. :)  Syukurlah keduanya enjoy.

Eh, tapi kami belum sholat! Saya dan Kanda sudah pernah dua kali ke Kota Tua Jakarta. Kali pertama diajak Nhepa, kali kedua waktu praktikum APLB. Saat dengan Nhepa, kami sholat di musholla kecil di kawasan pertokoan, tapi saya tidak ingat sama sekali musholla tersebut terletak di lorong yang mana. Saat praktikum, sholatnya di musholla belakang Museum Fatahillah, yang sekarang tutup. Akhirnya Kanda beredar mencari tempat sholat terdekat; sedangkan saya, Mama' dan Bapak berdiri sambil ngobrol-ngobrol di depan Museum Fatahillah.

Tak lama Kanda kembali. Rupanya kami boleh sholat di musholla di belakang Museum Fatahillah. Alhamdulillah. Dari obrolan Kanda dan petugas museum, ternyata di hari libur (seperti hari itu) Museum Fatahillah tidak dibuka. Beruntung bagi kami, hari itu ada tamu asing yang mengunjungi museum tersebut. Kalau tidak, mungkin tidak ada petugas yang bisa kami mintai izin untuk numpang sholat. Allah Maha Mengatur.

Jadi lain kali harus ingat ya, kalau mau mengunjungi Museum Fatahillah dan kompleks museum di Kota Tua Jakarta lainnya, datanglah pada hari kerja. Untuk menghibur hati yang tidak jadi melihat-lihat museum, kami foto-foto di Fatahillah Square, meskipun umpek-umpekan dengan pengunjung lainnya. :D

Di depan Pos Indonesia
Mama' dan Bapak berpose di depan bangunan Pos Indonesia
Di Fatahillah Square

Di Fatahillah Square banyak atraksi lho, mulai dari debus yang bisa ditonton, manusia patung berbagai ragam yang bisa dijadikan latar foto, sampai pengamen keliling juga ada. Ramai!

Berfoto bersama Ondel-ondel
Mama' dan Bapak berfoto dengan boneka ondel-ondel


Atraksi Debus di Fatahillah Square
Atraksi Debus di Fatahillah Square
Kami juga sempat beli kerak telor. Itu lho, makanan khas dari Betawi. Satu porsi kerak telor dari telor ayam seharga Rp 10.000 sedangkan kalau dari telur bebek seharga Rp 15.000.

Pedagang Kerak Telor
Pedagang kerak telor juga beraksi

Sekitar pukul 5 sore, kami pulang dengan naik kereta. Saya dan Mama' di gerbong perempuan lagi. Alhamdulillah tidak terlalu ramai. Selepas stasiun Cileubut, saya dan Mama' berjalan ke gerbong depan tempat Kanda dan Bapak duduk. Gara-gara berjalan di gerbong yang sedang bergerak ini, kami jadi agak mabok perjalanan. Tidak muntah dan pusing sih, cuman jadi merasa berjalan di lantai yang bergelombang. Berasa jadi dewa mabok. Hehe..

Sampai di stasiun, kami keluar lewat jembatan penyeberangan yang lumayan bikin jantung saya dag-dig-dug. Sampai di pasar jembatan merah, kami sempat berhenti beli lauk supaya sampai di rumah bisa langsung makan dan istirahat. Naik angkot jurusan Laladon disambung jurusan Ciampea. Oh ya, sempat beli buah di toko buah depan gang. Lumayan, membantu pemenuhan serat karena tadi siang menunya minim serat. Kami sampai di rumah sekitar pukul 20.30 WIB. Lantai rasanya masih bergelombang, hehe. *efek naik kereta*

Alhamdulillah, walaupun tidak seperti harapan dan lebih lama di jalan daripada di tempat rekreasinya, kami semua tetap senang bisa menghabiskan waktu bersama orang tercinta.

Senyum orang tua tersayang
Senyum kedua orang tua saya tersayang

Semoga yang baca juga ikut senang yaa.. Salaam! ^^