Telfon tersebut singkat. Saya syok. Kakak menitip pesan buat saya untuk menghubungi keluarga yang lain yang bisa saya hubungi, mengabarkan berita duka tersebut. Saya mengiyakan walau hati tidak percaya, mengucap "innalillahi wa innailaihi rojiun" berkali-kali.
Saya bingung, tangan saya agak bergetar dan dingin. Kaget. Hati tak percaya tapi tetap harus amanah mengetik sms untuk mengabarkan berita duka tersebut kepada orang-orang yang mengenal almarhumah.
Tak lama berselang, Mama' menelfon, mengingatkan saya untuk menelfon Cik Iin (sepupu ipar, suami Angah) dan Maya (keponakan, anak Angah) yang sedang berduka. Ya Allah.. Saya jadi teringat saat lebaran lalu tidak menelfon almarhumah, hanya sms yang saya kirimkan. Sebenarnya ada niat untuk menelfon, tapi kemudian lupa karena ditunda. Sekarang, saya sudah tidak mungkin mendengar suara almarhumah lagi.. :'(
Saya coba telfon ke nomor Maya, tapi dua nomor yang ada di saya tidak ada yang aktif. Nomor lain yang saya punya adalah nomor almarhumah. Rasanya janggal menelfon ke nomor tersebut, tapi saya tetap coba. Tidak aktif juga. Saya pikir saya akan titip menelfon ke Isna (keponakan Cik Iin yang tinggal dengan keluarga kami di Pontianak) untuk disambungkan ke Maya. Tapi kemudian saya urung karena baru ingat ada nomor Abah (panggilan ke Cik Iin) di hp. Saya hubungi, alhamdulillah tersambung. Abah langsung mengangkat telfon saya. Suaranya parau, suara orang yang sedang menangis. Saya yang harusnya menyampaikan belasungkawa malah ikut menangis. Rasa tidak percaya itu langsung berubah menjadi air mata saat mendengar Abah yang bicara terbata-bata mengabarkan kepergian Angah.
Saya masih ingat jelas ketika berlibur di rumah Angah dan Abah, dari mulai rumahnya yang di pinggir sungai hingga rumah barunya yang sekarang. Di hampir setiap liburan masa kecil, Saya dan Kakak memang terbiasa menginap di rumah Angah. Kalau orang-orang pulang kampung untuk berkunjung ke rumah nenek atau kakek, kami kecil malah berkunjung ke rumah sepupu. Soalnya di rumah sepupu kami inilah orang tuanya, Pak De dan Mak De (yang notabene adalah Kakak Mama') dirawat hingga renta dan mereka tiada. Saya ingat cerita Mama' tentang latar belakang Angah dan Abah membeli mobil. Rupanya keduanya bercita-cita agar mobil tersebut dapat membawa kedua orang tuanya nyaman berpergian ke Pontianak mengunjungi sanak saudara. Agar Mak De dan Pak De merasa lebih merasa nyaman daripada naik bis yang sesak atau naik mobil bagus tapi pemiliknya tidak ingin mobilnya kotor karena ulah orang tua yang sakit-sakitan. Angah dan Abah merupakan salah satu contoh orang yang mengajarkan kami untuk memberikan yang terbaik kepada orang tua.
:'( Belum bisa ngasih apa-apa ke Mama' dan Bapa'.. :'(
Angah Yani juga dekat dengan Mama' dari almarhum kecil. Setiap lebaran, Angah pasti menghubungi Mama' untuk mengajak keluarga kami berlebaran di Sambas. Rasanya tidak pernah satu lebaran-pun lewat tanpa Angah mengajak kami berlebaran di Sambas. Selalu ada banyak kue lapis dan kue kering buatan sendiri di rumah Angah. Dulu Angah sendiri yang membuatnya. Maya bayi senang memakan margarin. ^^ Saya ingat itu. Tapi tahun belakangan, karena sering sakit-sakitan, Angah tidak lagi membuat kue melainkan digantikan oleh Maya. Maya tidak kalah terampil dan cekatan dalam membuat kue. Angah benar-benar menurunkan ilmu membuat kuenya kepada Maya.
Oh ya. Dulu almarhumah adalah guru di SD negeri di Singkawang dan Sambas, sebelum mengambil pensiun dini karena sakit. Isna kecil adalah salah satu muridnya. Angah tidak pelit ilmu. Dulu Saya dan Kakak juga belajar membuat kue lapis pertama kami dengan Angah. Tegas dan terkesan galak memang, tapi hasil kue kami jadi bagus.
Terakhir saya bertemu dengan Angah, hampir setahun yang lalu. Di akhir bulan Agustus saat Weissar berpulang. Saat itu sebelum kembali ke Sambas, Angah sempat memasakkan saya ayam kampung jahe merah sebagai menu untuk dimakan setelah melahirkan. Angah juga mengajarkan resep dan cara membuatnya kepada Mama' dan Kakak. Tidak disangka awal Agustus tahun ini justru Angah yang berpulang. Dan Saya tidak akan pernah bertemu dengan Angah untuk selama-lamanya. :'(
Sekarang, Angah sudah menghadap Allah. Dan kita semua pun akan segera menyusul, entah kapan.
Semoga amal ibadah almarhumah diterima Allah SWT, diberikan tempat terbaik di sisiNya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Aamiin ya Rabbal alamin.
Bagi yang mengenalnya, saya mohon ikhlaskan dan maafkan segala khilaf dan kesalahannya.
Selamat jalan, Angah.. Maafkan Adek tak bisa mengantarkan Angah ke peristirahatan terakhir dan takziah... :'(
In Memoriam: Ngah Yani (Mayani A. Mendur) Foto diambil oleh +LiaSyafari Lia di hari akad pernikahan saya (1 Juli 2011) |