9.07.2017

Quill: The Life of a Guide Dog [Movie]

Sabtu pekan lalu saya menonton sebuah film bertema hewan. Bukan film dokumenter sih, lebih ke genre drama keluarga. Judulnya Quill: The Life of a Guide Dog (biasa juga disingkat Quill) . Film ini dirilis tahun 2004, berbahasa Jepang, dan merupakan adaptasi dari novel berdasarkan kisah nyata yang berjudul The Life of Quill, the Seeing-Eye Dog (Mōdōken Kuīru no Isshō) karya Ryohei Akimoto dan Kengo Ishiguro. Buat yang suka nonton film tentang binatang atau yang penasaran dengan anjing penuntun tunanetra, silakan lanjut baca yaa. Siapa tahu tertarik..

*spoiler alert!

quill, kuiru, guide dog, anjing penuntun tunanetra, review, film
(foto dari movie poster warehouse, credit: Music Box Film)

Film ini bermula dari keinginan Ren Mito, seorang wanita pencinta anjing di Tokyo, yang keukeuh ingin 4 anak anjing Labrador Retriever miliknya mendapat pelatihan anjing penuntun tunanetra di pusat pelatihan anjing penuntun tunanetra di Kyoto. Setelah berkali-kali ditolak karena anak anjing milik Mito tidak memiliki garis keturunan anjing penuntun, pada akhirnya pihak pusat pelatihan memberi sedikit kesempatan menerima 1 anak anjing. Itupun hanya jika ada yang berhasil melewati tes sederhana, yaitu tes suara panggilan. Tes tersebut memang sederhana, namun kebanyakan anjing tidak akan dapat melewatinya, kecuali yang memang berbakat menjadi anjing penuntun. Dari keempat anak anjing Mito, yang berhasil melewati tes tersebut memang hanya 1, yaitu seekor anak anjing dengan tanda lahir di pangkal paha kiri menyerupai burung yang mengepakkan sayap. Anak anjing tersebut pun diterbangkan ke Tokyo, tempat pelatihan anjing berada. Ini adalah perpisahan pertama dalam hidup sang anjing.

Sebelum cukup umur untuk dilatih di pusat pelatihan anjing penuntun tunanetra, setiap anak anjing harus melewati masa pengasuhan sementara oleh keluarga pengasuh anjing (istilahnya puppy walker) sampai berusia 1 tahun. Keluarga asuh atau puppy walker bertugas untuk memastikan anak anjing hidup sehat, bahagia dan penuh kasih sayang agar kelak ia tidak merasa takut hidup bersama manusia. Mereka harus lembut dan tidak boleh membentak anak anjing yang diasuh. Ini sangat penting untuk jenis anjing pembantu tunanetra.

Untuk anak anjing dengan tanda lahir unik itu, keluarga asuhnya adalah sepasang suami istri yang memang terbiasa mengasuh anak anjing. Mereka adalah Isamu Nii dan Mitsuko Nii. Oleh keluarga Nii, anak anjing lucu itu diberi nama Quill atau Kuiru (Quill dalam penyebutan Jepang). Keluarga Nii memperlakukan Quill dengan sangat baik, seperti anak sendiri dan penuh kasih sayang.

Sebagaimana anak anjing seusianya, Quill tumbuh sehat dan normal. Ia suka bermain di taman, menggigit bonekanya yang berdecit, berlari ke sana kemari, main di semak, dan sebagainya. Ekornya sering bergoyang ke kanan dan ke kiri. Imut sekali melihatnya. Tanpa terasa, 1 tahun pun berlalu. Tubuhnya sudah tumbuh pesat. Quill pun harus pindah ke tempat pelatihan anjing penuntun tunanetra dan berpisah dengan keluarga Nii. Ini adalah perpisahan keduanya.

[Baca juga Oddball and The Penguins]

Quill tidak responsif pada suara panggilan. Ia selalu menunggu sebelum menanggapi tuannya. Sikap tersebut sering dianggap menyebalkan bagi kebanyakan pemilik anjing, namun ternyata ini adalah bakat penting yang diperlukan seekor anjing penuntun tunanetra. Anjing penuntun tidak mudah terdistraksi dan selalu menunggu apa yang diinginkan tuannya. Mereka juga cenderung pendiam, seperti si Quill. Saya bahkan tidak ingat Quill pernah menggonggong di film ini (belum ngecek lagi sih, baru satu kali nonton).
**Pencerahan juga nih, siapa tahu ada teman pembaca yang punya anak anjing yang kurang responsif terhadap suara panggilan, pasif dan pendiam. Jangan kesal dulu. Bisa jadi itu pertanda bakat jadi anjing penuntun tunanetra, mungkin bisa dipertimbangkan ikut pelatihan. Hehe. Eh tapi di sini pelatihan seperti ini belum tren ya. Para tunanetra juga jarang yang beraktivitas di luar seperti di Jepang. Hmm..

Meskipun memiliki bakat alami, Quill masih perlu banyak belajar dan berlatih untuk menjadi anjing penuntun yang handal. Di tempat barunya, Quill dan kawan-kawan dilatih oleh Satoru Tawada. Tuan Tawada adalah orang yang penyayang namun tegas. Dengan sabar, Tuan Tawada dan para staf pengajar di pusat pelatihan mengajari Quill dkk berbagai keahlian khusus yang dimiliki para anjing penuntun. Instruksi-instruksi singkat disampaikan dalam bahasa Inggris agar anjing tidak bingung dengan aksen Jepang yang bisa berbeda antar tempat.

Suatu hari Tuan Tawada menemukan kualitas penting anjing penjaga pada Quill. Dan oleh Tuan Tawada juga, Quill berkenalan dengan seorang pria tunanetra galak dan keras kepala bernama Mitsuru Watanabe. Di kemudian hari, Tuan Watanabe ini lah yang nantinya menjadi tuan yang Quill tuntun.

Tuan Watanabe adalah seorang jurnalis pria paruh baya yang mengalami kebutaan. Sejak kehilangan pengelihatannya, Tuan Watanabe menggantungkan mobilitasnya pada tongkat. Awalnya, Tuan Watanabe skeptis dengan kerja anjing penuntun. Atas desakan Tuan Tawada, suatu hari akhirnya Tuan Watanabe mencoba dituntun anjing penuntun yang dibawa Tuan Tawada (yaitu Quill) untuk pertama kalinya. Ia kemudian tertarik mencoba bekerja sama dengan anjing penuntun. Ia pun mengambil pelatihan untuk mendapatkan lisensi kepemilikan anjing penuntun. Oleh Tuan Tawada, Tuan Watanabe kembali dipasangkan dengan Quill.

Di pelatihan, Tuan Watanabe tidak menunjukkan sikap yang bersahabat dengan Quill. Ia juga tidak terlalu antusias mendengarkan penjelasan dari instruktur. Karena sikapnya yang skeptis dan enggan mengikuti tuntunan dari Quill, ia jadi tidak lulus di tes pertama. Baru setelah ia menetapkan diri untuk patuh dengan pendapat Quill ketika menuntunnya, ia lulus. Quill pun dibawa pulang ke rumah Tuan Watanabe.

Banyak hal yang terjadi saat Quill tinggal bersama keluarga Watanabe. Misalnya saat Tuan Watanabe pernah hampir kehilangan hak kepemilikan Quill karena tindakannya dianggap ceroboh dan membahayakan nyawa. Quill juga pernah minggat dari rumah. Biarpun begitu, Tuan Watanabe sangat menyayangi Quill. Demikian pula anak-anak Tuan Watanabe, Mitsuko dan Etsuo. Sementara itu istri Tuan Watanabe, karena sedari awal tidak suka anjing, ia tidak terlalu menanggapi kehadiran Quill. Sikapnya dingin. Namun seiring waktu, sikap Quill yang patuh dan tidak bandel membuat hatinya luluh. Nyonya Watanabe akhirnya tidak segan menunjukkan kasih sayangnya kepada Quill.

Jangan tanya Quill. Quill menyayangi mereka semua. Ia memang anjing yang lembut dan penyayang. Namun setelah 2 tahun bersama Keluarga Watanabe, karena suatu alasan, Quill akhirnya harus berpisah sementara dengan Tuan Watanabe.

Bagaimana kelanjutan cerita Quill? Akankah ia bertemu dengan Tuan Watanabe lagi? Ah, saran saya sebaiknya teman-teman nonton sendiri saja ya..

quill, kuiru, guide dog, anjing penuntun tunanetra
Kuiru! Sini dong!
(foto dari Cineplex.com; credit: Music Box Film)

Tak lupa di sini saya ingin berbagi sedikit hikmah cerita si Quill dari kacamata saya. Pertama, film ini mengajarkan kepada kita untuk tidak menyerah dalam memberi dukungan kepada orang lain, dan pastinya untuk selalu menyayangi binatang.

Kedua, dan tak kalah penting, kalau sekiranya kita berbeda dari yang umum, jangan buru-buru rendah diri dan mencap diri sebagai seorang yang tidak cakap atau tidak kompeten. Kenapa? Karena bisa jadi itu hanya karena kita berada di tempat yang tidak seharusnya. Ibarat ikan yang harus memanjat pohon, atau burung yang harus membuat sarang di dasar sungai. Mustahil untuk memaksakan semua orang sama. Demikian juga kita. Kita hanya harus menemukan di mana tempat seharusnya kita berada sambil terus berusaha meningkatkan kualitas di bidang tersebut. Seperti Quill. Dia memang terkesan lebih lamban daripada saudaranya yang lain, pemalas dan lembek daripada teman-temannya di tempat pelatihan, tapi nyatanya, dia adalah anjing pembantu tunanetra yang sangat baik dan sabar. Quill menemukan tempatnya. Bagaimana dengan kita? Hmm. Kalau misalnya saat ini ada pembaca yang merasa sedang tersesat, cobalah mencari lagi. Cobalah untuk tetap berusaha. Tetap semangat yaa.. *sebenarnya ini ngomong sama diri sendiri juga sih, hihi

Akhir kata, menurut saya film ini bagus, manis. Anjingnya tidak ngomong, akting manusianya natural. Narasi pun diceritakan dari sudut pandang manusia yang berinteraksi dengannya, jadi terasa realistis. Buat teman-teman pembaca yang suka film keluarga tentang binatang, terutama pencinta anjing, film ini saya rekomendasikan.

Selamat nonton yaa.. ;)