5.28.2017

Tak Disangka

Hari kedua Ramadhan tahun ini. hidup saya diwarnai oleh beberapa cerita yang tak disangka tak diduga. Ada yang bernada sendu, ada juga yang lucu. Pokoknya, berkesan deh..

#Tak Disangka 1


Seperti yang saya bilang kemarin, hari ini saya melakukan perjalanan jauh. Walaupun menggunakan pesawat yang hanya makan waktu sekitar 1 jam, ya tetap saja perjalanan jauh. Saya jadi musafir hari ini. Ihiy..

Walaupun musafir, tak lantas serta merta boleh membatalkan puasa dong. Selama badan kuat, puasa harus tetap jalan. Eh tapi, entah karena persiapan fisik yang (menurut saya) kurang matang, atau mental yang tertekan karena kagok tiba-tiba harus berangkat, ataupun perpaduan keduanya, hari ini saya merasa sangat mual. Maag saya kambuh. Kalau kata orang awam sih, masuk angin.

Seingat saya baru kali ini saya merasa mual memikirkan naik pesawat terbang. Kalau tahu bakalan mual sih, pas sahur tadi saya minum air jahe hangat atau minum obat maag untuk menguranginya. Tapi namanya juga tak disangka, tak bisa diduga sebelumnya.

Pagi sebelum berangkat --setelah mengemaskan diri dan barang-barang bawaan-- saya berbaring di lantai, berharap rasa mual segera hilang. Belum muntah sih, cuma mual. Kalaupun muntah, niat akan tetap lanjut puasa karena sepengetahuan saya selama muntah tidak paksakan (alias keluar sendiri) maka puasa boleh dilanjutkan. cmiiw. Masalahnya, rasa mual yang bergelayutan di leher menurunkan kenyamanan. Saya khawatir kurang konsen di jalan karena ini. Saya kan pergi sendiri.

Mama' iba melihat keadaan saya. Beliau langsung menawarkan menggosok punggung saya dengan minyak kayu putih miliknya. Minyak kayu putih itu oleh-oleh dari teman beliau saat mengunjungi kota palu (kalau tidak salah). Hangatnya memang lebih nampol daripada minyak kayu putih lain yang pernah saya beli di pasar selama ini. Dengan tambahan sedikit gosokan sayang di bagian tulang belakang dari tangan seorang Mama, tidak lama kemudian saya bersendawa. Setelah itu badan terasa jauh lebih ringan dan rasa mual berkurang, walaupun belum tuntas. Alhamdulillah, terima kasih Mama'.

Sejam kemudian saya bertolak dari rumah menuju bandara diantar Isna.

#Tak Disangka 2

Setelah sekitar satu jam menunggu di ruang tunggu bandara, saya dan para penumpang lain --dengan penerbangan yang sama-- akhirnya dipanggil untuk menaiki pesawat. Asyiknya, kali ini saya duduk sendiri. Yey. Saya duduk di bangku 23K, dekat jendela. Tidak ada penumpang lain di samping saya (23H). Nasib yang sama juga dirasakan oleh kakak di depan saya (22K), bangku di sampingnya juga kosong. Penerbangan kali ini agaknya tidak terlalu ramai, mungkin karena baru puasa. Kalau menjelang lebaran mungkin baru penuh lagi.

Setelah meletakkan tas jinjing berisi pakaian ke dalam bagasi kabin, saya duduk dan melihat-lihat ke sekeliling. Nah saat itulah, di deretan bangku seberang (23C), saya melihat sesosok pria yang sepertinya saya kenal. Saya menunggu orang tersebut mengalihkan pandangannya ke arah saya, agar saya bisa tersenyum dan menyapanya dari kursi saya. Pas orang tersebut menoleh ke arah saya, betapa saya kaget bukan kepalang. Ternyata saya salah orang. Ekspresi ramah spontan saya tarik balik karena kaget, menyisakan ekspresi yang aneh. Saya jadi malu karena sepertinya orang itu sempat melihat saya hampir menegurnya. Rasa mual hilang seketika.
*btw, mual dan malu ternyata dari 4 huruf yang sama dengan susunan berbeda ya. ^^

Sepanjang penerbangan yang makan waktu kurang lebih 1 jam itu, saya menyibukkan diri dengan buku yang memang saya bawa dari rumah. Kalau tidak sedang membaca, saya melihat pemandangan ke luar jendela. Sempat ketiduran juga sih. Yang pasti, saya berusaha untuk tidak bertemu pandang dengan pria tersebut. Tidak enak. Soalnya tadi kan, saya tidak sopan..

Eh tapi bukan berarti saya tidak melihat pria itu sama sekali. Hehe. Saya justru mengamati pria tersebut diam-diam waktu dia sedang tidak melihat saya. Penasaran! Berkali-kali melihat perawakannya dari samping, "ih beneran mirip bang A (nama sepupu saya) ha yee. Iye bukan sih.. Tapi tadi dari depan rasanye sih bukan..", batin saya, ragu.  Saking miripnya perawakan orang tersebut dengan sepupu yang saya maksud (dilihat dari samping), saya berniat memotretnya diam-diam dan mengirimkan fotonya kepada orang rumah, sekadar mengabari bahwa ternyata ada lho doppelganger-nya bang A. Hhihi. Masalahnya, saya selalu gagal mengambil gambar yang jelas dari pria tersebut. Berkali-kali jepret, berkali-kali juga gambarnya kabur. Gagal deh.

Pesawat akhirnya mendarat. Kami sampai dengan selamat, alhamdulillah.

#Tak disangka 3

Saya tidak suka berdesak-desakan. Karena itu, kalau turun dari pesawat, saya selalu menunggu sebagian besar penumpang turun lebih dulu --atau setidaknya sampai kondisi tidak terlalu macet-- baru kemudian saya mengeluarkan tas dari kabin dan berjalan keluar pesawat. Hampir selalu begitu. Itu karena perjalanan santai ya, kalau perjalanan dinas atau perlu cepat mungkin beda lagi.

Saat keluar, saya disapa seorang bule perempuan setengah baya yang duduk tepat di belakang saya. Tidak seperti kebanyakan bule berambut jagung yang biasanya suka kelihatan takut menyapa wanita berjilbab seperti saya, bule yang satu ini malah ramah menyapa duluan dan tersenyum ramah. Mungkin sudah biasa berinteraksi dengan muslim. Sementara itu, pria yang duduk di seberang saya sepertinya sudah turun duluan bersama istri dan anak bayinya.

Saat turun dari pesawat, sinar matahari terik menyapa. Ah, apakah Kanda sudah di depan menjemput saya? Saya berjalan cepat. Pertama karena panas, kedua karena tak sabar bertemu belahan jiwa. eaak xD Sampai di bangunan bandara, saya langsung mengarah ke pintu keluar. Ada Kanda sedang tersenyum di luar sana. Yey, senangnya!

Saya tidak membawa banyak bawaan, hanya membawa 2 tas. Yang satu ditenteng, yang satu dijinjing. Tidak ada barang yang dititip ke bagasi. Anehnya, Kanda tidak langsung membawa saya pergi meninggalkan bandara.

Rupanya ia datang bersama seorang rekan kerjanya. Mereka tidak hanya menjemput saya melainkan menjemput orang lain juga. Orang yang dijemput ini rencananya akan bekerja sama dengan tim lapangan sebuah penelitian di Danau Sentarum. Waktu saya tanya, yang mana orangnya, Kanda menjawab sambil menunjuk ke arah tempat pengambilan bagasi, "itu yang pakai topi putih". Makjleb, itu kan..

~~jeng jeeeeng

Itukan pria yang duduk di bangku seberang --yang perawakannya dari samping sangat mirip abang sepupu saya. Namanya Pak B. Nahlo nahlo nahloo.. Pantas saja tadi saya lihat wanita yang duduk di kursi 23A (yang saya kira istrinya) terlihat berjalan sendirian di depan saya sambil menggendong bayinya dan memegang payung berukuran cukup besar untuk menghindari panas. Kirain berantem. :p

Mengetahui itu, saya langsung melaporkan kejadian kepada Kanda, bahwa di pesawat tadi Pak B itu duduk di seberang kursi saya, bahwa saya sempat mengira Pak B adalah Bang A dan saya hampir menegur tapi tidak jadi, bahwa saya mengira Pak B itu pergi bersama anak-istrinya tapi rupanya bukan, dan bahwa saya berusaha memotret orang tersebut untuk melaporkannya kepada grup wa rumah tapi gagal. Kanda tertawa mendengar cerita saya tersebut.

Selesai Pak B mengambil tasnya, Kanda dan rekannya menyapa Pak B. Kanda memperkenalkan saya kepadanya "Ini istri saya, bang. Sama-sama baru datang". Saya cuma bisa cengengesan canggung. Awkward! Hhaha. Ada-ada saja.

#Tak Disangka 4

Dari bandara, kami berempat menuju ke rukan (rumah sekaligus kantor) yang selama ini menjadi homebase lembaga. Rukan tersebut merupakan tempat dimana Kanda dkk menginap dan bekerja. Di depan rukannya ada plang, jadi bukan lembaga abal-abal, ya. Lembaganya resmi dan kegiatannya legal. Ini penting supaya tidak ada yang salah sangka.

Dulu di kunjungan pertama dan kedua saya di kota ini, saya pernah menginap di rukan tersebut. Pas kantor tidak ramai. Tapi yang namanya numpang kan, sesepi apapun tempatnya, tetap saja privasinya kurang. Apalagi yang naik-turun di kantor mayoritas bergender lelaki (bukan mahram), mana bisa leluasa. Makanya demi kenyamanan, Kanda mencarikan kontrakan kecil yang cukup untuk kami berdua. Pun rencananya saya akan lama di sini. Beda kalau cuma beberapa hari, nggak papa lah numpang sebentar..

Dulu kami pernah ngontrak, tapi jaraknya jauh dari kantor. Kontrakan baru kami sekarang dekat dengan rukan, hanya beda beberapa rumah. Kanda memang sengaja mencari yang dekat kantor supaya lebih mudah dipantau dan irit ongkos bensin. Mendengar kabar ini, sejak dari Pontianak, saya sudah semangat ingin ke sana. Tapi rupanya sampai saya datang, Kanda belum mengambil kunci kontrakan karena yang empunya rumah berjanji akan membersihkan kontrakan tersebut terlebih dahulu. Ditunggu sampai sore, tidak ada kabar. Saya yang sudah niat tidak bermalam di rukan meminta Kanda mengambil kunci segera. Agak maksa, soalnya kami kan sudah bayar beberapa hari sebelumnya. Kanda akhirnya pergi untuk mengambil kunci dan bersiap memindahkan barang.

Berhubung kepala saya kembali sakit, saya berbaring di salah satu kamar rukan. Tidur. Pas bangun, tiba-tiba Kanda bilang, sepertinya malam ini kami harus tidur di rukan dulu karena kontrakan ternyata belum juga dibersihkan oleh pemilik. Kami di-php. Mendengar itu, duuh, rasanya kepala saya tambah sakit, kesal. Kesaaal sekali. Gara-gara itu, air mata saya sedikit keluar demi menyalurkan emosi yang campur aduk dan membingungkan antara rasa lapar, capek, gemes, kesal, marah, kaget, ditambah sakit kepala. Nangisnya diam-diam, kasihan Kanda. Saya balik rebahan. Kayaknya berkurang deh pahala puasa saya gara-gara cobaan ini, tapi ya sudahlah. Mau gimana lagi. Hayati lelah bang.. ~eh

Tapi lagi-lagi tak disangka. Menjelang maghrib, Kanda bilang ke saya kalau ia sudah membersihkan kontrakan semampunya. Masih harus dibersihkan sih, tapi yang pasti kami sudah bisa pindah, Aww, suami daku manis sekali. Rupanya ia melihat reaksi saya sore tadi. Setelah membatalkan puasa pada waktunya di rukan, kami berdua pun berjalan kaki menuju ke kontrakan minimalis ini. Walau masih harus makan di luar (karena perabot masak belum siap), saya merasa bahagia. Alhamdulillah, senangnyaaa. ^^
~~~
Begitulah cerita-cerita penuh kejutan hari ini. Manis asem asin, rame rasanya! ^^ Atas semua kenangan ini, alhamdulillah ya Allah... <3

Catatan: 
Maaf fotonya tidak nyambung. Sayang kalau tidak dipajang. Hihihi. Semua foto diambil sendiri dengan menggunakan kamera hp yang berada dalam mode pesawat.