1.18.2014

Krakatoa, The Last Days [Film]

Sabtu petang Kanda mengajak saya menonton satu film yang di-download-nya tadi, ketika menunggui saya latihan olah vokal bersama teman-teman GSP. Saya curiga, jangan-jangan film dokumenter. Dan ternyata benar..

Litograf letusan Gunung Krakatau
(sumber gambar: wikipedia.com)


Biasanya, film dokumenter yang Kanda download seputar kehidupan liar. Tentang burung hantu, burung elang, burung hantu yang memangsa burung elang (saya lupa namanya), berbagai jenis burung Irian yang pandai menari-nari, tentang kehidupan di alaska, tropis, tentang srigala, ular, panda, berang-berang, dan sebagainya. Intinya, banyak. Hehe..

Film dokumenter memang umumnya terkadang bisa sangat membosankan, dan bikin ngantuk. Walaupun tentu saja ada juga film dokumenter yang enak untuk dinikmati. Tergantung penyajian dan minat sih ya. Jadi kurang bijak kalau saya bilang semua film dokumenter nggak asik, karena banyak juga film non-dokumenter yang nggak asik.. :p

Tapi syukurlah, film Krakatoa, The Last Days yang barusan kami tonton sangat seru sekaligus menambah pengetahuan dan membuka mata tentang bencana letusan gunung berapi. Film ini dibuat oleh BBC tahun 2006 tentang sebuah bencana alam terbesar sepanjang sejarah manusia modern: letusan Gunung Krakatau pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Film ini dibuat berdasarkan catatan sejarah dari para saksi mata yang selamat, yang dirangkum oleh ilmuan Belanda bernama Rogier Verbeek.

Film Krakatoa The Last Days menceritakan hari-hari menjelang letusan besar Krakatau dari sudut pandang keluarga Beijerinck, keluarga Schuit, Kapten Linderman, dan Rogier Verbeek. Hmm, terdengar seperti keluarga non-pribumi semua ya.. :/  Sebenarnya ada cerita tentang keluarga Tokaya (pribumi) oleh Beijerinck, tapi akhir cerita keluarga tersebut tidak diketahui. Hal ini karena Tokaya tidak membuat catatan tentang kehidupannya setelah bencana tersebut. Maka dari sini kita, orang-orang Indonesia, kembali diingatkan agar rajin menulis. Bukan sekedar untuk dikenal atau dikenang dunia. Ingatlah bahwa sekecil apapun peran kita, kita adalah bagian dari dunia yang memiliki tujuan. Salah satunya, berbagi ilmu dan pengalaman lewat tulisan (bukan hanya lewat teladan dan lisan).
Jadi, Indonesian, tetap semangat menulis yaa! ;D

Secara keseluruhan, saya suka film ini. Sayangnya, kalau boleh berkomentar sih, sebagai orang Indonesia asli, saya sangat terganggu dengan logat artis pemeran pribumi yang terdengar maksa. Terlalu kentara logat asingnya. :(  Untung saja ekspresi dan akting mereka bagus.. :)

Saya bersyukur karena lewat film ini saya diingatkan oleh Tuhan tentang kuasa-Nya atas manusia melalui alam yang dicipta-Nya. Alhamdulillah... Selain itu secara tidak langsung film ini juga memberi informasi kepada penonton tentang fenomena alam sebelum gunung meletus yang mungkin dapat menyelamatkan nyawa orang banyak di kemudian hari, seperti perilaku hewan yang tidak biasa, peningkatan aktivitas gunung berapi, dan gempa yang semakin intens..

Btw, kalau boleh jujur, saya jadi tambah ngeri deh sama gunung berapi. Magma, lava, kabut, abu vulkanik, gelombang piroklastik... Hiks..  ---> anak tanah seberang yang tidak punya gunung berapi :(  Ya Allah,, lindungilah kami yang lemah ini.. :'(  *jadi melow*