1.11.2014

Bangga atau Sombong?

Dulu saya bingung, apa bedanya bangga dan sombong? Kayaknya kok identik, gitu.

Karena belum bisa menemukan bedanya sekaligus khawatir jadi orang sombong, sayapun memutuskan untuk tidak berbangga diri sama sekali. Lebih cenderung merendahkan diri sendiri, melabeli diri sendiri dengan hal-hal negatif. Dan akhirnya demikianlah dunia melabeli saya, lebih banyaknya dengan kata-kata negatif..

Baru setelah menikah, saya diberi tahu oleh suami bahwa bangga dan sombong adalah dua hal yang berbeda..
Rasulullah pernah bersabda:
"sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain."

Misalnya begini. Si Z adalah seorang gadis yang pandai memasak. Tangannya cekatan menggunakan peralatan dapur, piawai meracik bumbu dan makanan yang dibuatnya hampir tak dapat dipungkiri kenikmatannya. Adalah hal yang wajar jika si Z membanggakan diri. Justru dengan rasa bangga kepada kemampuan tersebut, si Z mungkin akan mendorong dirinya sendiri untuk maju. Sebaliknya, jika ia tidak mengembangkan rasa bangganya, kemungkinan ia menumbuhkan passion atau hasratnya untuk memasak bisa jadi sangat kecil. Bahkan nol. Jadi dapat disimpulkan di sini bahwa rasa bangga merupakan hal yang positif.

Nah, kalau rasa berbangga diri ini tidak dikendalikan dengan benar, ia bisa saja berubah menjadi kesombongan. Dapat dengan bentuk menolak kebenaran atau merendahkan orang lain. Misalnya mengeluarkan komentar seperti ini:
"Masa' gitu aja nggak bisa sih, padahal mudah. Aku doong, bikin ini pasti enak. Nggak kaya' kamu", atau
"Apaan pake ngoreksi caraku masak. Kayak udah lebih jago aja", atau
"Udah tua, udah kawin, tapi kagak bisa masak opor. Malu-maluin amat lu", atau lebih parah
"Kalo perempuan kagak bisa masak, emaknye yang salah ngasuh"... --> ciri-ciri yang bakan kualat same emaknye orang yang diomongin.. Hehe

Emm, bisa menangkap bedanya kan? :)

(sumber gambar: sayingandquotes.blogspot.com)

Bangga adalah bahagia atas apapun bentuk pencapaian diri, dan biasanya ingin membaginya kepada orang lain agar diri sendiri terpacu berbuat lebih baik; sedang sombong adalah membanggakan diri sambil menjatuhkan orang lain, dan biasanya diiringi dengan menolak kebenaran)..

By the way, saya jadi teringat cerita nyata tentang seorang teman sebangku saya saat SMA kelas 3 dulu. Dia itu anak pejabat, otomatis tajir. Saat itu internet masih barang mewah, tapi dia sudah main internet untuk belajar di rumah. Belum lagi gadget-gadget yang ia punya, sangat memfasilitasi deh. Alhasil dengan kerja keras dan keberuntungannya (dikaruniai keluarga yang tergolong kelas atas yang mampu memfasilitasinya belajar), ia bisa jadi juara paralel sekolah setiap tahun. Bayangkan, diantara siswa yang berjumlah kurang lebih 320 siswa (8 kelas rata-rata 40-an orang), dia adalah juaranya! Dan saya tahu benar itu semua ia capai atas usaha kerasnya dan otak cerdasnya, karena selama berteman dekat ia tidak pernah sekalipun memberikan contekan apalagi menyontek..

Pernah suatu ketika saat ada pertemuan di musholla sekolah, seorang ibu panitia acara (bukan guru) memegang benda yang saya yakini adalah kamera untuk keperluan dokumentasi acara. Tapi cara ibu itu memotret sangat aneh bagi saya, saat itu. Ia hanya meletakkan kamera tersebut agak jauh di depan mukanya _tanpa mengintip seperti yang biasa dilakukan orang yang akan memotret_ lalu sejurus kemudian cahaya blitz keluar dari benda yang dipegangnya tersebut. Saya, dengan sok tahunya dan pedenya, berkomentar dengan bisikan kepada sahabat saya yang itu: "Mak e, Til, cube liat ibuk itu. Aneh benar gak die moto. Ndak ke jadi ndak jadi foto dibuatkannye, hihihi". (artinya kira-kira seperti ini: Alamak, Til, coba lihat ibu itu. Aneh sekali caranya memotret. Bisa-bisa foto yang diambilnya tidak ada yang jadi), lalu saya tertawa terkikik, sedikit mencemooh karena merasa pintar. Lebih pintar dari ibu itu.. :p

~Sebelumnya, kamu tahu, zaman saya SMA, kamera saku digital bukanlah barang biasa. Dulu kamera saku digital adalah barang mewah yang hanya bisa dimiliki oleh orang-orang kaya. Dan seperti yang saya ceritakan sebelumnya, teman sebangku saya itu termasuk orang beruntung yang mampu memiliki barang seperti itu. Ia sudah terbiasa dengan barang tersebut dan tahu cara menggunakannya. Dan dari komentar saya yang sombong sebelumnya, dia bisa saja berkomentar pedas kepada saya yang sok tahu, atau setidaknya menertawakan saya. Tapi kamu tahu apa yang dikatakannya kepada saya?

"Yanet, itu namenye kamera digital. Make'nye emang gitu'. Jadi di belakang lensanye tu ade layar. Ibu itu ndak perlu ngintip agi' karne gambarnye uda keliatan di layar", (Yanet, itu namanya kamera digital. Cara menggunakannya memang seperti itu. Jadi di bagian belakangnya ada layar. Ibu itu tidak perlu mengintip lagi karena gambarnya sudah terlihat di layar) . Itu komentarnya kepada saya, tanpa tawa, dengan suara berbisik pelan yang memang ditujukan ke saya sendiri.

Jleb~jleb~jleb.. Rasanya malu sekali mendengar penjelasan seperti itu. Bukannya malu karena saya tidak tahu. Wajar saya tidak tahu karena saya belum punya. Masalahnya, saya sudah sombong dan saya malu sekali atas kesombongan tersebut..

Untung saja yang saya bisiki dengan komentar sotoy itu adalah orang yang bisa merendahkan hatinya untuk orang seperti saya. Kalau bukan kepada orang seperti itu, bisa jadi yang saya dapatkan hanyalah tawa mencemooh atau komentar yang menjatuhkan di hadapan teman-teman yang lain.. Kalau kamu, apakah kamu menertawakan saya tadi?