1.25.2023

LAPORAN YANG MENGGANGGU!!

Seperti biasa, akhir semester adalah saatnya bagi para dosen mengoreksi banyak hal, termasuk laporan-laporan dari para mahasiswa tercinta. Tak terkecuali laporan magang. FYI, di pendidikan vokasi (politeknik), magang dilakukan lebih banyak porsinya daripada pendidikan akademik (universitas). Di prodi tempat saya mengabdi, magang dilakukan sebanyak 2 kali, jadi di akhir semester genap menguji laporan magang fase 1 dan di akhir semester ganjil menguji laporan magang fase 2.

Sayangnya, tahun ini saya mengetahui sesuatu yang cukup miris. Di bagian saran salah satu mahasiswa magang (bukan bimbingan saya), tertulis sebuah saran yang spektakuler: saran menghapuskan kewajiban magang fase ke-2 karena menurutnya pembuatan laporan magang adalah hal yang sia-sia dan mengganggu waktu penyusunan proposal penelitiannya yang waktunya begitu sedikit. Waktu mengetahui hal ini, reaksi pertama saya adalah: Wow.. just wow. haha. Sementara rekan saya yang lainnya berkata "mungkin skripsi sebaiknya dihapus juga, karena mengganggu masa hidup yang sangat pendek". Analogi yang sungguh mengena dan setara dengan pernyataan mahasiswa yang bersangkutan (ybs), namun di saat yang sama sangat membagongkan. Saya semakin tertawa. 

Ingin saya mengatakan kepada mahasiswa-mahasiswi kami tercinta:
"Membuat laporan, sayang, adalah salah satu skill mendasar yang membedakan kamu dan orang yang tidak mengecap pendidikan. Mereka bisa saja pandai bekerja, tapi membuat laporan, belum tentu. Karena jelas sekali, menulis adalah hal yang sulit, dan untuk menguasai ini maka ia perlu diasah, dilatih, dan diulang-ulang, terus-menerus tanpa bosan, tanpa malu saat diberi masukan. Menulis memerlukan keluasan dan keterbukaan pikiran. Inilah yang diasah di bangku perkuliahan.

Bahkan, sayang, skill menulis laporan amat sangat penting dan berguna saat sudah bekerja nanti. Pekerja tidak akan pernah lepas dari yang namanya laporan, di manapun ia bekerja: swasta kek, negeri kek, wirausaha kek. Kamu bilang mau jadi bos? Maka kamu harus tahu seperti apa dan bagaimana cara membuat laporan yang baik itu. Omong kosong menjadi bos jika otak kosong melompong. 

Kita hanya bisa mengukur keberhasilan pencapaian target dari menunjukkan laporan, yang selaras dengan hasil di lapangan, tentunya. Tidak ada pekerja yang lepas tanggung jawab dari menulis laporan, karena laporan tertulis bersifat dapat dibaca berulang sehingga bisa dicek kebenarannya. Beda dengan laporan lisan, yang sangat mungkin indah penuh dengan bunga, padahal banyak comberannya. Jadi laporan adalah bukti sikap bertanggung jawab. 

Maka, berusahalah belajar menulis meskipun sulit, meskipun banyak revisi. Inilah saatnya belajar, karena saat bekerja nanti akan lebih sulit untuk belajar."

Btw, berhubung saya tahu mahasiswa ybs malas-malasan saat magangnya, saya hanya tersenyum tipis. Benar lah bahwa hanya orang yang bekerja lah yang mampu melaporkan hasil

Ini pengingat juga untuk saya. 

With love
Kota Terigas, 25 Januari 2023