11.29.2018

The A Home-Team [Resume]

Kemarin pagi saya mendengarkan siaran live on-air Ibu Profesional Kalbar di salah satu radio di Kota Pontianak. Tema rabu pekan ini adalah "A Home Team" dengan Ria Arianty dan Isti Arbaniah sebagai narasumber. Karena menurut saya bahasannya menarik (dan pas juga, sempat menyimak dari awal sampai akhir), jadi saya sempatkan untuk berbagi di sini ^^

Disclaimer: 
Tulisan ini bukan buah pikir saya melainkan hanya catatan ringkasan yang bisa saya ambil dari diskusi tersebut. Catatan ini mungkin tidak runut, tidak detil sesuai kronologi, dan bisa jadi mengalami pengurangan sesuai kemampuan saya dalam menelaah diskusi atau sedikit penambahan yang menurut saya relevan. Mohon dimaklumi.


(Sumber gambar: WAG Kampus Kalimantan Barat)

Apa yang dimaksud A Home Team?

Yang dimaksud dengan The "A Home Team" adalah home team berkualitas terbaik (grade A).

Secara garis besar, yang dimaksud home team / tim rumah adalah (1) sekumpulan orang dalam rumah tangga yang (2) menjunjung nilai/value yang sama, (3) bergerak dalam koordinasi yang terarah dan (4) berkomunikasi dengan baik, untuk mencapai (5) tujuan bersama.

Setiap keluarga adalah unik. Oleh karena itu, untuk membangun home team yang baik diperlukan manajemen/ pengelolaan yang unik pula. Keunikan keluarga dapat dilihat dari perbedaan anggota keluarga dari sisi:
- peran
- usia dan tingkat kematangan
- kepribadian dan potensi*
- kemampuan/ keterampilan*

Samakah Tim (team) dan Kerumunan (crowd)?

Tidak, tim berbeda dengan kerumunan. Orang-orang di pasar adalah contoh kerumunan sementara kesebelasan sepak bola adalah contoh tim.

Di pasar terdapat banyak orang dengan peran masing-masing (penjual, pembeli, dsb) namun tujuan setiap orang berada di pasar tidak selalu sama. Antar sesama pembeli ataupun sesama penjual bisa saja saling sikut karena persaingan dalam memenuhi kepentingan pribadi. Pergerakan orang di dalam pasar pun tidak terkoordinasi dan belum tentu memiliki komunikasi yang baik. Hal-hal tersebut bisa membuat kondisi simpang siur karena tiap orang merasa perlu untuk memenuhi tujuannya sendiri.

Sementara itu, sebuah kesebelasan sepak bola pasti memiliki tujuan bersama (misalnya memenangkan piala bergilir, lolos klasemen, dsb). Karena kesamaan tujuan itu, pergerakan dapat dikoordinir dengan baik selama komunikasi antar peran (penyerang, kiper, pertahanan) berjalan baik. Ketika semua anggota mengetahui dan menjalankan perannya dengan baik, maka tujuan bersama akan tercapai.

[Baca juga Resume Berpikir Kreatif - Panduan Bagi Orang Tua]

Apa saja yang perlu dilakukan untuk menciptakan A Home Team?

1. Lakukan komunikasi yang baik
Komunikasi produktif bersama pasangan dan anak sangat penting sebagai tahap awal membentuk home team. Berkomunikasi memungkinkan setiap anggota keluarga menyampaikan pendapat dan memetakan potensi yang sesuai dengan perannya dalam tim.

Tips! 
Agar anggota keluarga terbiasa melakukan komunikasi, cobalah untuk melakukan aktivitas bersama, main bersama, dan ngobrol bersama.

2. Tentukan nilai (value) yang ingin ditumbuhkan
Nilai ditentukan dari komunikasi keluarga sebagai kesepakatan bersama. Nilai tersebut menjadi tolok ukur setiap anggota home team dalam menjalankan perannya.

Tips!
Jika ada masalah:
- Tetap berkomunikasi produktif meskipun dalam keadaan marah.
- Keputusan yang diambil dalam keadaan marah tidak berlaku/batal.
- Selalu kembalikan kepada dasar Al-Quran dan Hadist (bagi muslim) jika terjadi silang pendapat atau selisih paham.
- Hindari sikap saling menyalahkan.

3. Menentukan tujuan bersama
Mengetahui tujuan dapat memberikan gambaran jelas kepada masing-masing anggota tim sehingga dapat bekerja sama meskipun memiliki peran yang berbeda.

4. Mengatur strategi
Strategi setiap keluarga bersifat unik. Diperlukan pembagian peran, pemetaan kekuatan, penguatan nilai, pembiasaan komunikasi produktif, dsb.

Tips!
Agar bisa membuat strategi home team yang efektif, kita perlu belajar dari orang pertama yang sudah berpengalaman. Misalnya dengan mengikuti workshop yang akan diselenggarakan oleh IP Kalimantan Barat pada bulan Desember nanti. Berikut ini sedikit infonya.

(Sumber gambar: WAG Kampus Kalimantan Barat)

Beberapa hal yang menurut saya menarik dari narasumber workshop tersebut (yaitu Bapak Dodik M dan Ibu Septi Peni W):
- Keduanya adalah pasangan yang berhasil mendidik ketiga anaknya menjadi anak berprestasi dan berorientasi "pencipta perubahan" (change-maker). Ketiga anak mereka telah mengetahui bakat masing-masing sebelum akil baligh.
- Keduanya merupakan pendiri Institut Ibu Profesional (founder IIP) yang telah banyak membantu keluarga lain menemukan perannya dalam membangun peradaban. Pak Dodik adalah konseptor sementara Bu Septi adalah eksekutornya.
- Sejak menikah, keduanya terbiasa melakukan presentasi aktivitas yang dilakukan dalam sepekan. Ini menunjukkan penerapan komunikasi dalam home team yang kompak sejak awal.
- Bu Septi membuktikan bahwa menjadi ibu rumah tangga dapat tetap berprestasi, produktif, dan bermanfaat bagi orang banyak. Beliau menemukan metode belajar cepat seperti abaca (belajar membaca), abata (belajar huruf hijaiyah), jarimatika dan menghitung cepat ketika membersamai anak-anaknya belajar.

Sebenarnya masih banyak yang lain. Saya hanya menuliskan apa yang disebutkan di siaran on-air ini saja ya, hhehe.

Oke deh. Sekian dulu. Semoga tulisan ini bermanfaat ya. Maaf sudah lama tidak nge-blog. ^^


Note:
* Sedikit tambahan dari saya.