5.20.2018

Filosofi Kebahagiaan | Renungan Ramadhan 1439 H

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, rumah ortu saya masih berantakan dan harus segera dirapikan. Mumpung punya energi lebih, kemarin pagi saya berinisiatif mengemaskan ruang kecil di bawah tangga yang dijadikan gudang. Targetnya jam 10 beres.

Renungan Ramadhan, Filosofi Kebahagiaan
Yang namanya rencana, Allah jua yang menentukan. Kerjaannya banyak bok! Akhirnya bebenah gudang baru beres setelah dzuhur alias sekitar jam 12-an siang. Molor 2 jam, hehe. Kayaknya saya masih harus belajar membuat target yang realistis. :p

Waktu beberes gudang, saya memilah barang ke dalam 3 kategori dasar yaitu (1) disimpan, (2) didonasikan, (3) dibuang. Ini umum ya. Untuk mempermudah, Mama membantu saya menyortir barang-barang sambil duduk di kursi. Tak jarang kami cekikikan waktu menemukan barang-barang lama yang "ajaib". Hhihi. Sebenarnya bukan barang spesial, tapi karena sudah lamaaa tidak lihat atau sudah lama dicari tidak ketemu-ketemu atau barang yang sama sekali tidak disangka ada di situ, benda-benda itu jadi terasa ajaib dan berhasil bikin kami ketawa atau minimal senyum-senyum. Ini salah satu alasan saya suka beberes rumah: banyak harta karun! hehe.

Untuk barang kategori disimpan dan akan sering dipakai (seperti kompor cadangan, sepatu, oven, dsb), kami menyimpannya di rak bawah atau area lain yang cukup mudah dijangkau; sementara barang yang lebih jarang dipakai disimpan di rak lebih tinggi. Ada beberapa pengecualian (seperti cat seukuran ember besar dan aki listrik) disimpan di bawah karena berat dan cukup berisiko kalau disimpan di atas. Kotak-kotak sepatu disisihkan buat modal nyobain teknik konmari. Entah kapan, hehe, tapi niatin dulu deh. Nah, kalau barang yang akan didonasi, semua yang masih layak pakai dimasuk ke satu kantong besar. Isi kantong ini bikin syok, karena ternyata cukup banyak barang yang masih bisa dipakai tapi tidak dipakai. Astaghfirullah. Tapi memikirkan bahwa barang-barang ini akan segera punya rumah baru dengan orang-orang yang mungkin merasa terbantu ketika memakai mereka, rasanya senang. Teringat nasihat Rasulullah SAW, rezeki itu hanya 3: yang habis dimakan (dan akan sirna), yang saat ini dipakai (dan akan usang), dan yang disedekahkan (harta sebenarnya). **cmiiw, tapi insyaAllah seperti itu isi hadistnya. Kalau tidak salah HR Muslim no 2959 (abis nyontek google, hehe) . Itulah, kadang sudah tahu tapi sering lupa diamalkan. Astagfirullah... :(

Untuk kategori barang yang dibuang, ini cukup banyak juga. Tidak menyangka ternyata rumah kami menyimpan banyak sampah. Syukurlah dibuang. Alhamdulillah lega, jadi ada ruang untuk barang-barang lain. Saya jadi teringat perkataan Sam Berns tentang filosofi kebahagiaan: "I try not to waste time feeling bad about myself, because when I do, there's no room for happiness". Jadi memang sebaiknya barang yang tidak lagi dipakai, tidak berguna, tidak spark joy, apalagi yang rusak --sebaiknya disingkirkan supaya ada ruang untuk hal-hal lain yang membahagiakan (dalam hal ini barang-barang) untuk disimpan dengan rapi. Lingkungan yang rapi, bersih, dan lapang insyaAllah juga bisa bikin hati senang. *demikian kata orang-orang

Okee. Tak terasa sudah panjang juga ternyata. Intinya, kebahagiaan kemungkinan besar muncul ketika kita (1) melakukan yang disukai --asal baik dan bermanfaat, misalnya bebersih, masak, dsb (2) menyingkirkan atau menjauhkan diri dari hal-hal tak berguna sehingga ada ruang untuk hal yang berguna (3) merapikan lingkungan supaya pikiran juga rapi (4) berbagi hal yang bermanfaat (5) menerima keadaan meskipun di luar harapan. Tambahan yang tak kalah penting adalah harus selalu ingat untuk bersyukur. Huaa.. Semoga selalu ingat ini semua..

Baiklah. Saya cukupkan dulu yaa. Semoga tetap ada manfaatnya walaupun ceritanya muter-muter. Hhihi. Sampai nanti lagi. Daaah!