3.30.2017

Masak Bodoh

Satu penyesalan mendalam yang saya rasakan sampai sekarang adalah kenyataan bahwa saya dulu pernah begitu peduli dan mencurahkan banyak perhatian untuk kepentingan orang-orang yang nyatanya tidak pedulian, yang pantasnya memang tidak dipedulikan dari awal. Harusnya waktu itu, begitu lepas ya lepas saja. Seperti buang air, tidak perlu dilihat lagi, disiram dengan air sampai bersih. Sudah. Insyaallah sehat lahir batin..

sumber gambar: fanpop.com


Kalau dipikir-pikir, jadi orang yang tidak peduli dan masak bodoh itu enak. Aman dari segala konfrontasi. Kalau ada yang nanya, tinggal bilang "saya tidak tahu". Ketika ada yang culas dan ketahuan curang, dia tidak ambil resiko bersuara supaya posisinya tetap aman. "Itu bukan urusan saya". Masak bodoh dengan orang lain. "Yang penting bukan saya yang mengalaminya".

Mungkin yang begini lupa pepatah lama, kalau hari ini dia, besok mungkin saya.

Yang paling ajaib dari orang-orang yang tak pedulian seperti ini adalah mereka bisa tiba-tiba berubah maniiis sekali kalau ada perlunya. Malah kita yang jadi merasa bersalah kalau mau balas sikapnya yang tidak pedulian. Tapi kalau sudah tidak perlu, ya balik lagi. Dikenali juga syukur-syukur deh. Dilema.

Aah, jujur saya bingung harus bereaksi apa saat berdiri di posisi ini. Rasanya semacam sembelit yang berlangsung lama. Capek badan capek pikiran. Sepertinya saya harus memperbanyak makan okra, atau mungkin juga perlu konsultasi ke (semacam) dokter penyakit dalam, biar lega... :p