(credit: teaser-trailer.com) |
Walaupun bernuansa jadul dengan latar Kota Paris sekitar tahun 1930-an, film Hugo sebenarnya bukan film jadul. Film ini diproduksi tahun 2011 dan dirilis di Indonesia tahun 2012. Saya sendiri baru nonton film ini tahun 2013 lalu, waktu lagi hamil, ditonton sambil leyeh-leyeh di tempat tidur. *kalimat terakhir tidak ada hubungannya :p
Secara keseluruhan, film Hugo ini dapat dikategorikan sebagai film petualangan anak yang seru. Awalnya saya sempat merasa agak-agak ngeri sama nuansanya: ada anak kecil yang tinggal di stasiun kereta api sendirian, suka mengintip aktivitas orang di sekitarnya, terus ketahuan mencuri komponen mekanik, dan ternyata punya buku catatan yang ada gambar orang yang dikasih baut-baut gitu. Jadi mikir, apa jangan-jangan ini film tentang anak kecil psiko atau semacamnya? Ih, ngeri kan. Creepy. Eh tapi tenang, film ini murni bukan film psiko kok. Film ini diangkat dari novel karya Brian Selznick berjudul The Invention of Hugo Cabret.
Jadi ceritanya, si Hugo Cabret ini memang suka mencuri
Hugo memang takut sekali kepada Inspektur Gustave yang pincang, soalnya sang inspektur suka langsung mengirim anak yatim ke panti asuhan sih. Yah, Hugo memang yatim, ayahnya meninggal saat kebakaran museum, tapi ia punya wali, saudara ayahnya yang bernama Claude. Paman Claude adalah keluarga satu-satunya yang Hugo punya, sayangnya Paman Claude yang bekerja dan tinggal di stasiun kereta api Kota Paris itu adalah seorang alkoholik parah. Hugo terpaksa berhenti sekolah dan tinggal di stasiun kereta api Paris mengikuti Paman Claude, agar tidak dikirim ke panti asuhan oleh negara.
Untuk mendapatkan kembali catatan automaton sang ayah yang disita oleh Papa Georges, Hugo mengikuti Papa Georges pulang dalam cuaca dingin. Sepanjang jalan, meskipun tahu diikuti, Papa Georges sengaja tidak memperdulikan Hugo. Tiba di rumah, Papa Georges langsung masuk dan meninggalkan Hugo sendiri di luar. Tak habis akal, Hugo memanggil seorang anak gadis sebaya dengannya yang ia lihat berada di lantai atas rumah Papa Georges. Saat itulah ia berkenalan dengan Isabelle, anak angkat Papa Georges dan Mama Jeanne. Isabelle yang haus akan petualangan, berjanji akan membantu Hugo. Ia memastikan bahwa buku catatan tersebut akan tetap aman, agar Hugo segera pulang.
Pulang, berarti kembali ke stasiun kereta api. Hugo meratapi nasib automaton peninggalan ayahnya. Ia sangat yakin akan memperoleh pesan rahasia dari ayahnya jika ia berhasil memperbaiki automaton tersebut. Esok harinya, ia kembali menemui Papa Georges untuk mendapatkan kembali catatannya, tapi Papa Georges memberikan abu sehingga Hugo mengira bahwa itu adalah abu dari buku catatan ayahnya. Di tengah jalan, Hugo bertemu Isabelle. Isabelle memberi tahu Hugo bahwa buku tersebut belum dibakar. Itu hanya trik lama dari Papa George. Isabelle menyarankan Hugo untuk terus melawan kekeraskepalaan Papa Georges dan tetap kuat. Ia berjanji akan membantu Hugo secara diam-diam.
Di toko mainan Papa Georges, Hugo tetap memaksa agar Papa Georges mengembalikan bukunya. Oleh Papa Georges, Hugo ditantang memperbaiki mainan rusak. Karena Hugo bisa memperbaikinya, Papa George menawarinya bekerja di tokonya dengan iming-iming akan mengembalikan buku catatan yang diinginkan Hugo dan membuktikan bahwa ia bukan pencuri. Dari magang di toko Papa Georges, Hugo mulai memperbaiki hubungannya dengan Papa Georges dan juga menyicil perbaikan automaton. Waktu berlalu. Hugo sudah mendapatkan dan merakit seluruh komponen yang diperlukan automaton, namun sayang disayang, automaton tidak dapat menyala karena memerlukan anak kunci berbentuk hati.
Lalu bagaimana kelanjutannya? Apa pesan yang ada pada automaton? Apa hubungannya automaton dengan kehidupan Hugo? Nah lho. Karena ini film petualangan, sebaiknya tonton sendiri kelanjutannya ya. Hihi. Piss, teman-teman. Piss
Kalau menurut saya, film ini bagus dan seru. Dengan musik latar yang sangat menyenangkan untuk didengar, aksen bicara Inggris-Eropa, dan setting tempat jadul ala Perancis tempo dulu, membuat saya betah nonton berkali-kali. Iya, berkali-kali. Kebetulan saya memang suka genre seperti ini, hehe. Dan dari semua adegan, saya paling suka adegan ini. Penuh makna. Tapi tetap ya, kalau ditonton anak-anak sebaiknya tetap didampingi karena ada sepotong adegan ciuman bibir yang berasal dari potongan film-film yang digabungkan. Khawatirnya mereka jadi terbiasa dengan adegan seperti ini. Saran aja sih.
Baiklah, sekian resensi dari saya. Selamat menonton dan selamat berakhir pekan ya teman-teman! Daah