4.12.2016

Mengunjungi Desmy si Ibu Baru

Awal bulan April ini, salah seorang sahabat baik saya semasa SMA, Desmy, melahirkan anak pertamanya. Hari Sabtu sebenarnya saya diundang menghadiri acara aqiqah dan gunting rambut anandanya, tapi karena tidak nyaman badan (sakit kepala dan agak demam), saya tidak bisa hadir.



Setelah merencanakan kado bayi yang sekiranya diperlukan oleh ibu baru dan sesuai kantong, pada hari Senin siang, saya pergi berburu kado bayi ke pasar. Soalnya sudah janjian dengan Jumi akan menjenguk Desmy di sore harinya. Sebelum pergi, cuaca masih terasa panas bedengkang, tapi rupanya Allah ingin menurunkan hujan yang cukup lebat siang itu. Maka, hujan lah atas kehendak-Nya. Untung saya waktu itu sudah di dalam toko, padahal sempat lama di jalan karena saya lupa jalan masuk ke toko bayi yang cukup besar dan berharga miring itu. Hehe, maklum tidak terlalu hapal jalan pasar.

Sebenarnya ada toko perlengkapan bayi di kompleks Ayani Mega Mall yang relatif jauh lebih dekat dengan rumah saya. Tapi mengingat lokasinya, harganya pun pasti lebih mahal, standar mal. Lagipula memori tentang kisah sedih di sana rasanya terlalu kuat. Saya khawatir jadi lemah semangat karena masih kuat dalam ingatan, sekitar 3,5 tahun lalu, beberapa hari menjelang persalinan, saya dan Mama' sempat lama di toko tersebut, memilih perlengkapan untuk bayi saya.

Toko yang saya datangi kemudian, pun sebenarnya tidak kalah penuh kenangan. Itu adalah toko yang dulu menjadi tempat saya dan Mama' memilih baju dan perlengkapan bayi untuk Weissar (alm) waktu usia persalinan berada pada trimester kedua akhir. Saya awalnya sempat ragu apakah berani ke toko itu lagi atau tidak, tapi mengingat setidaknya harganya tidak terlalu mencekik, ya sudahlah. Itu cukup menghibur.

Terus terang, mengunjungi Desmy adalah kali pertama saya mengunjungi seorang ibu baru pasca-IUFD sekitar 3 tahun lalu. Sebelum-sebelumnya, saya sengaja menolak untuk stabilitas pribadi. Doa insyaallah tetap. Paling jauh ya interaksi lewat ucapan di facebook, instagram, atau postingan blog. Itupun kepada orang yang bikin caption bahagia tanpa menyombongkan diri sudah jadi orang tua baru. Malas menanggapi yang sombong. Em, bangga dan sombong kan beda ya.

Baper? Banget! Saya tidak mau, tapi perasaan itu terjadi begitu saja. Mungkin kapan-kapan saya akan cerita tentang ini.

Berhubung Desmy adalah salah satu dari sahabat terbaik yang pernah saya miliki, saya merasa sangat bersalah kalau sampai tidak mengunjunginya secara langsung. Toh kami di kota yang sama. Di satu sisi, saya sangat rindu dan merasa ikut bahagia untuknya; tapi di sisi lain saya ragu pada diri sendiri, merasa khawatir dan rapuh, bertanya pada diri sendiri, bisakah saya menguatkan diri?

Sebenarnya saya bersyukur karena Sabtu lalu sakit, jadi saya bisa mengunjungi Desmy di hari lain tanpa harus menghadapi suasana ramai khas acara selamatan. Dan yang saya ajak pun sahabat baik lainnya, Jumi. Jadi saya merasa kurang terbebani kalau-kalau sampai mengacaukan suasana. Mereka cukup mengenal saya, walaupun saya tidak yakin mereka tahu kalau saya sedang dalam masa pemulihan dari depresi.

Hujan reda dan saya segera pulang dari toko setelah membeli yang saya inginkan. Saya tiba di rumah sekitar pukul 2 siang, lanjut bungkus dengan kertas kado plus menyisipkan secarik surat cinta singkat untuk sahabat saya. Saya teringat, dulu waktu Desmy masih kuliah di Bandung, ia pernah menulis surat untuk saya tapi tidak pernah saya balas. Lupa. Makanya sekarang saya bela-belain menulis surat walaupun hanya berupa surat singkat.

Sore hari pun tiba. Jumi datang menjemput dan kami berdua langsung menuju klinik bersalin di bilangan Serdam (Sungai Raya Dalam) yang kebetulan milik Mamahnya Desmy. Kami disuruh naik ke lantai 4 oleh para suster. Sudah bertahun-tahun tidak main ke klinik tersebut.

Saya agak gugup pada awalnya, tapi pas sudah ketemu, alhamdulillah tidak seburuk yang saya khawatirkan. Malah kami bertiga bisa tertawa-tawa bersama sambil bercerita bermacam-macam hal: mulai dari nostalgia masa SMA, tukar kabar teman, sedikit pengetahuan berharga tentang kehamilan, blablabla~. Si kecil Rasya lelap tertidur-bangun lagi-tidur lagi, tidak menangis. Kulitnya masih merah dan lembut. Sungguh, melihatnya membuat saya berandai-andai jika saja si kecil Weissar masih ada.. Eh tapi kan tidak boleh ya. Itu bisikan setan, jadi pikiran tersebut diganti dengan banyak-banyak senyum. Punya depresi memang bikin depresi, hehe.

Happy for my bestie..
Tak terasa waktu maghrib akhirnya tiba karena keasyikan ngobrol. Saya dan Jumi pamit pulang. Sampai di rumah, saya merasa sangaaat senang. Bukan hanya karena bisa berkenalan dengan Rasya kecil dan bercerita hangat dengan 2 teman baik saya, tapi juga karena setidaknya saya bisa kuat menghadapi perasaan campur aduk yang selama ini ada di hati. Alhamdulillah, ternyata saya bisa dan saya mampu. Semangat, Yanet!

Mungkin ini bukan cerita teladan buat yang tidak (atau belum pernah) mengalami, tapi buat saya, ini adalah salah satu langkah besar yang saya pernah ambil untuk mengobati sendiri depresi yang saya rasakan: hadapi ketakutan dan banggalah atas pencapaian itu.

Akhir kata, saya ucapkan selamat atas kelahiran ananda Rasya Arsyad Abrisham bin Yusuf untuk Desmy dan keluarga. Semoga ananda menjadi penyejuk hati dan mata kedua orang tua, keluarga serta orang-orang yang mengenalnya. Aamiin. Kecup sayang dari Tante Yanet :*

Catatan: Maaf kolom komentar di postingan ini sengaja dinonaktifkan..