Memang sudah sekitar 2 pekan belakangan ini Kakak menghabiskan waktu di Negeri Sakura untuk mewakili sekolah pascasarjana-nya dalam program pertukaran pelajar antara Universitas Tanjungpura (Pontianak, Indonesia) dan Universitas Waseda (Tokyo, Jepang).
Persiapannya banyak, termasuk materi presentasi dan tentu saja barang-barang yang dibawa. Maklum, di Tokyo masih musim dingin menjelang musim semi. Tidak bersalju, sih, tapi sering hujan dan suhunya tentu saja sangat jauh berbeda dengan suhu khas khatulistiwa kami yang panas bedengkang. Pokoknya satu rumah jadi ikut heboh, deh, dengan keberangkatannya. Apalagi ini pertama kalinya ada anggota keluarga kami yang pergi ke luar negeri yang jauh, yang berjam-jam perjalanan dengan pesawat, yang huruf-hurufnya bikin saya merasa buta huruf..
Banyak sekali cerita yang dibawanya ke rumah. Seru. Mulai dari cerita awal kedatangannya, tentang tempatnya menginap, teman-temannya di sana, suasana kampus dan laboratorium, tentang kebiasaan orang Jepang yang menarik, tentang pengalamannya tersesat di stasiun kereta, dan tentu saja tentang kunjungan-kunjungannya ke beberapa tempat wisata yang bikin mupeng. Mana ia sempat naik kereta Shinkansen ke Kyoto, yang harga tiketnya sekitar 2600-an yen itu (atau setara 3.120.000-an rupiah). Akaaii.. Mupeng maak.. xD
Eh tapi Kakak tetap tidak lupa keluarga, terutama saya yang adinda satu-satunya ini. Hehe. Jadi terhibur deh.
Seperti biasanya, Saya tidak berani pesan macam-macam. Apalagi mengingat harga barang-barang di sana yang terkenal uwiih. Mana berani berharap... Jadi waktu Kakak berangkat, saya hanya minta foto boneka salju yang dibuat di sana. Di pekan pertama, jeng~jeeng, foto boneka salju untuk saya sudah ada. Senangnyaa...
Mr Snowman berwajah acem yang imut-imut ^^ |
Tak disangka ternyata bukan hanya foto boneka salju yang jadi oleh-oleh untuk saya dari negeri sakura. Saat menuruti ajakan Kakak berbongkar tas, saya diberi beberapa benda yang sangaaat cantik. Ada sumpit dan gantungan kunci yang dipersonalisasi (bertuliskan nama saya), gantungan boneka jepang, gantungan hp Ski Tree, kotak pensil kelinci, pulpen yang bisa dihapus, dan sapu tangan berwarna
^^ |
Saya (dan keluarga di rumah) tentunya senaaang sekali mendapatkan oleh-oleh yang semuanya cantik dan unik. Mungkin karena kami tidak minta dibelikan apapun, jadi pas menerima rasanya senang berlipat-lipat. Kalau kata Kakak sih, lebih enak membelikan orang yang tidak menitip macam-macam kepada orang yang baru pertama kali keluar negeri. Selain jadi minim komplain (karena orang yang tidak berharap tidak akan komplain), dititipi itu bikin beban juga kan. Masak tidak tahu jalan disuruh beli macam-macam. Apalagi kalau yang nitip cerewet, tidak cocok tidak segan komplain. Lebih tidak enak lagi kalau tidak disertai dengan titipan dananya. Itu semacam modus yang memberatkan batin dan juga kantong. Hihihi, iya juga sih. Ini jadi pelajaran buat saya supaya jangan suka membebani orang lain yang bepergian dengan pesanan oleh-oleh. Dikasih syukur, tidak dikasih ya bukan rejeki. Ihiks.. *mode lebay
Pelajaran lainnya, sekecil apapun pemberian orang lain, walaupun hanya sekadar cerita singkat, adalah sesuatu yang perlu dihargai. Apalagi kalau dikasih banyak. Itu pertanda kita diingat dan disayang.
Jadi mikir. Saya sendiri, apa yang sudah saya berikan kepada orang lain? Balas oleh-oleh Kakak pakai apa ya? Hmm...
Pakai senyum aja deh, hhihi ~nggak modal! |